Tuesday, August 24, 2010

MUI Haramkan Bisnis Penukaran Uang

INILAH.COM, Rembang - Selain ketupat dan baju baru, ada bisnis yang laris menjelang Hari Raya Idul Fitri 1431 Hijriah. Bisnis itu adalah penukaran uang.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Rembang, Jawa Tengah, mengharamkan bisnis penukaran uang yang mengambil keuntungan dalam jumlah tertentu.

"Penukaran uang diperkenankan apabila memiliki nilai yang sama. Misalnya, saya tukar uang pecah Rp100.000, maka uang pecahan yang saya terima juga harus senilai Rp100.000," kata Ketua MUI Rembang, Zaenudin Ja`far, di Rembang, Senin (23/8).

Jika terjadi penukaran uang yang tidak senilai, menurut dia, hal itu sudah termasuk riba. "Riba adalah sesuatu yang dilarang agama Islam, dan pantang bagi umat muslim terlibat dalam riba, baik sebagai penjual maupun pembelinya berdosa," katanya.

Dia menjelaskan, sebenarnya berbisnis penukaran uang bukanlah sesuatu yang tercela. Pasalnya, hampir semua orang membutuhkannya.

"Namun tindakan memangkas nilai atau melebihkan nilai uang merupakan sesuatu yang dilarang oleh Islam," katanya.

Menurut dia, akan lebih pas jika penyedia layanan penukaran uang menyebutkan secara gamblang niat baiknya.

"Penyedia bisa mengatakan seperti ini, Anda menukar Rp100.000 maka akan kami beri pecahan senilai Rp100.000. Persoalan si penukar akan memberikan imbalan, itu atas kemauan penukar," katanya.

Memberi imbalan tanpa disyaratkan sebelumnya, kata dia, jelas bukan merupakan riba. "Imbalan tersebut diberikan sebagai bentuk terima kasih karena penyedia sudah bersusah payah menyediakan pecahan yang diinginkan si penukar. Imbalan tersebut tidak mengikat," katanya.

Lautan Es Antartika Meluas Secara Misterius


INILAH.COM, Jakarta- Data satelit menunjukkan selama 30 tahun terakhir, es di laut Kutub Utara telah berkurang. Tapi lautan es di Antartika secara misterius terus meluas.

Peneliti Georgia Tech Atlanta, Jiping Liu mengatakan lebih banyak salju menutupi lapisan laut bagian atas yang saat ini kurang asin sehingga tidak terlalu padat. Lapisan ini menjadi lebih stabil sehingga mencegah suhu menghangat.

Akan tetapi, karena peningkatan jumlah gas rumah kaca yang menghangatkan lautan lepas pantai Antartika, maka dampak selanjutnya adalah tingginya curah hujan yang mencairkan salju dan es , ujar penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences.

Semakin banyak es yang mencair maka semakin banyak pula sinar matahari yang diserap di dalam laut gelap yang memantulkan kembali ke atmosfir. Dampak lebih lanjut adalah pemanasan laut dan lebih banyak es di permukaan laut yang mencair.

Hilangnya es laut juga bisa berdampak pada pengurangan jumlah gletser saat kuantitas air terus bertambah, kata Liu.

Lautan Antartika termasuk wilayah bumi yang terdingin dengan tingkat kepadatan air yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan wilayah tersebut sebagai ‘kekuatan pendorong dominan’ pola sirkulasi tiga perempat kehidupan laut.

Hasil studi ini sejalan dengan prediksi sebelumnya bahwa berkurangnya lautan es Antartika dapat menimbulkan kerugian di sisi kehidupan lain, kata Walt Meier dari National Show and Ice Data Center (NSIDC) di Boulder, Colorado.

Kevin Trenberth, ilmuwan senior di National Center for Atmospheric Research Boulder Colorado mengatakan bahwa studi ini juga menunjukkan pengaruh lubang di lapisan ozon.

Awan musim panas yang sangat cerah didorong oleh keberadaan lubang atmosfir telah bertindak sebagai perisai dari pemanasan global, ujar para ilmuwan.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lubang tersebut mungkin saja menutup, mengikuti fase meluasnya unsur kimia yang disebut chlorofluorocarbons.

Saat awan yang memantulkan matahari ternyata menghilang, maka suhu di belahan bumi selatan dapat naik lebih cepat.

“Pemulihan lubang ozon di masa depan merupakan faktor utama dari perkembangan yang diharapkan,” kata Treth.

Ellyzar Zachra PB

Studi: Berhenti Merokok Seks Makin Puas


INILAH.COM, Hong Kong- Berhenti merokok secara dramatis dapat meningkatkan kualitas kehidupan seksual seseorang, berdasarkan studi dari Universitas di Hong Kong.

University of Hong Kong menemukan bahwa 53,8% perokok yang menderita impotensi mengaku masalah mereka mulai berkurang setelah berhenti mengkonsumsi rokok lebih dari enam bulan.

Jumlah ini berbanding dengan 28,1 % pria yang melakukan pengobatan disfungsi ereksi dan terus merokok. Sekitar 91,5% pria yang berhenti merokok mengakui mendapatkan kehidupan seksual lebih baik.

Sophia Chin, profesor yang membantu studi ini, mengatakan disfungsi ereksi sangat ‘populer’ di China dan Asia sehingga banyaknya program pelarangan rokok harus digalakkan di sebagian besar wilayah.

“Perokok harus khawatir soal dampak lanjutan merokok dan sebaiknya berhenti secepatnya untuk mencegah disfungsi ereksi atau penyakit lain yang disebabkan rokok,” kata Lam Tai-hing, salah satu kolega Chin.

“Nyatanya, pasien disfungsi ereksi yang merokok mendapatkan manfaat yang cukup cepat setelah berhenti merokok.”

Lebih dari 700 pria yang menderita disfungsi ereksi ini berusia 30 hingga 50 tahun. Mereka menjadi koresponden dalam studi yang diadakan School of Public Health and Nursing di universitas tersebut selama tiga tahun.

Ellyzar Zachra PB

Monday, August 23, 2010

Olahraga Kardio Selama Puasa, Bolehkah?

Meski kita terasa tak bertenaga selama puasa, bukan berarti kita tak boleh berolahraga. Hanya saja kita memundurkan waktu olahraga, sesudah berbuka dengan intensitas olahraga yang ringan. Tapi jika olahraganya ringan, apakah itu berarti kita tak boleh melakukan latihan kardio selama Ramadhan?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada satu fakta menarik mengenai puasa dengan eksistensi lemak dalam tubuh. Yaitu, puasa membuat tubuh kita membakar lebih banyak lemak! Dalam Journal Clinical Endocrinol Metabolism, disebutkan, puasa sama dengan membuat metabolisme kita lebih ‘santai’ bekerja.

Kondisi ini akan menghasilkan growth hormone (GH) lebih banyak secara alami yang nantinya akan membuat lipolytic lebih aktif bekerja. Lipolytic inilah yang nantinya akan membuat tubuh membakar lemak lebih banyak, plus menekan konsentrasi glukosa dalam darah. Jadi puasa tak hanya akan membuat lemak-lemak tubuh berkurang tapi juga menyelamatkan kita dari risiko inflasi insulin.

Bagi kita yang tengah menjalani program pembentukan tubuh, GH adalah hal yang dibutuhkan agar proses penguatan otot-otot semakin mudah dilakukan. Itu artinya, kerja pembakaran otot akan semakin optimal apabila selama puasa kita tetap berolahraga. Tidak terkecuali apabila kita ingin melakukan kardio. “Hanya saja, kita perlu memperhatikan waktu dan intensitas melakukan kardio,” ucap Shazly Khan, personal trainer dan sudah beberapa kali ikut triathlon dan maraton di Eropa serta Asia.

Dan untuk mengetahui waktu serta intensitas yang ideal bagi tubuh, Khan menyarankan kita untuk mendengarkan tubuh. Sejam sebelum berbuka adalah waktu yang ideal, karena kardio akan membuat tubuh lebih cepat dehidrasi. Sehingga jika kita melakukannya sejam sebelum berbuka, saat tubuh mulai butuh air, kita bisa segera memberikannya.

Plus jauhkanlah latihan kita dari gerakan-gerakan yang bersifat high impact agar tubuh tidak terlalu kelelahan. Serta apabila kita mulai merasa pusing, sebaiknya langsung menghentikan olahraga, karena itu tandanya tubuh sudah kekurangan glikogen alias energi.

Saat berbuka puasa, minumlah air secukupnya untuk mengganti elektrolit yang keluar bersama keringat. Plus air akan membuat suhu tubuh kita menjadi lebih stabil. Dan saat waktu makan tiba, pilihan makanan berbuka yang tinggi serat dan protein. Sebab protein akan menguatkan otot-otot yang kita membentuk tanpa tubuh harus mengubahnya menjadi lemak. Jadi ingatlah rumusnya dan selamat membentuk tubuh dengan sehat selama berpuasa. (PreventionIndonesiaonline/Siagian Priska)

Mau Hamil? Cobalah Lebih Rileks

KOMPAS.com - Cobalah untuk rileks dan bebas dari stres! Itulah nasihat kuno yang sering diberikan kepada para wanita yang tengah mendambakan kehamilan.

Anjuran untuk menghindari stres memang kerap diberikan oleh teman maupun keluarga pada mereka yang menginginkan kehamilan. Kendati nasihat itu seringkali tak digubris, bahkan tak pernah dianjurkan oleh sebagian kalangan para ahli kebidanan maupun dokter.

Tetapi sekarang, nasihat itu kini tak bisa lagi dianggap remeh. Bahkan para peneliti di Amerika Serikat menyatakan sebaiknya para wanita menjalan nasihat tersebut.

Alice Domar, pengelola sebuah Klinik Kesuburan di Boston dan bekerja di Fakultas Kedokteran Harvard, menemukan bahwa wanita yang mengikuti program manajemen stres, sambil menjalani terapi kesuburan, telah menunjukkan peningkatan rata-rata peluang kehamilan 160 persen lebih besar dibanding mereka yang hanya menggunakan teknik bayi tabung (in vitro fertilization/IVF).

"Para ahli kesehatan reproduksi telah lama khawatir tentang pengaruh stres terhadap tingkat kesuburan, yang dapat menghalangi seorang perempuan untuk hamil," kata Domar dalam pernyataannya.

"Hasil studi itu menunjukkan bahwa manajemen stres akan memperbaiki tingkat kehamilan, mengurangi stres melalui manajemen kesuburan itu sendiri, meningkatkan tingkat kesuksesan dari prosedur IVF dan mutlak membantu menghilangkan beban emosional pada kaum wanita yang sedang menghadapi ujian tantangan untuk hamil," katanya.

Dalam risetnya, Domar melibatkan 97 pasien yang dipilih secara acak di kliniknya untuk ambil bagian dalam program relaksasi dalam 10-sesi selama menjalani program bayi tabung.

Program ini tak memberi pengaruh terhadap seberapa banyak wanita yang hamil selama masa percobaan, kata Domar, Tetapi wanita yang gagal dalam percobaan pertama, ternyata berhasil pada percobaan kedua. Tercatat 52 persen yang mengikuti program relaksasi berhasil mendapatkan kehamilan, sedangkan yang tak ikut program hanya 20 persen saja.

Ancaman Penyakit Stres Makin Meningkat

MANADO, KOMPAS.com - Pakar psikiatri dari Universitas Udayana Prof Dr Luh Ketut Suryani mengatakan, musibah bencana alam serta tidak stabilnya kondisi sosial politik yang dialami manusia masa kini menjadi tren memicu peningkatan penyakit stres.

"Kondisi ini akhirnya membuat traumatik berkepanjangan sehingga timbul kecemasan, ketakutan dan hilang kepercayaan dan ini merupakan gejala-gejala penyakit stres," ujar dokter ahli kejiwaan itu di sela-sela Kongres Nasional VI, Perhimpunan Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia di Manado.

Suryani mengatakan, saat ini kondisi masyarakat boleh dikatakan tidak stabil, hilangnya harta benda, keluarga sanak saudara akibat gempa. Kemudian kondisi politik di tingkat elite yang tidak kondusif merangsang masyarakat menjadi lemah secara psikologi yang kemudian berdampak pada pola berpikir yang kurang baik.

"Apalagi kalau hal itu terlihat secara visual di setiap waktu, bisa merangsang daya berpikir yang kurang baik akhirnya depresi," ujarnya.

Suryani mencontohkan betapa serangkaian musibah mengguncang kejiwaan masyakat. Tsunami Aceh menewaskan ratusan ribu orang, kemudian gempa bumi di Sumbar yang menewaskan ribuan orang, belum lagi pertikaian di kalangan elit dan pejabat negara yang tak kunjung usai.

Itu semua, kata Suryani, mengakibatkan banyak masyarakat kurang bergairah dalam menjalankan hidupnya. Belum lagi aksi-aksi mobilisasi masa untuk melakukan demo besar-besaran juga sangat berpengaruh pada psikologi manusia, bahkan dinilainya bisa menambah beban penderitaan.

"Pada prinsipnya masyarakat sudah terlalu banyak mengalami kesulitan dalam menjalankan hidup ini, kalau kemudian ditambah lagi dengan tindakan-tindakan yang mengundang massa, bisa-bisa orang akan menjadi gila karena menilai kondisi di negara sudah tidak aman," ujarnya.

Untuk mengantisipasi agar tidak berpengaruh secara psikologi, Suryani menyarankan dikuranginya tayangan tentang perilaku yang dapat merangsang terganggunya psikologi seperti tindak kekerasan, mayat dan darah.

Apabila hal tersebut sering diserap oleh otak (tentang hal-hal buruk) dapat merangsang penyakit kejiwaan, katanya menjelaskan.

Benarkah Stres Bikin Sulit Hamil?

KOMPAS.com - Anda mendambakan kehadiran seorang anak, namun segala upaya Anda belum membuahkan hasil. Tak jarang perempuan menjadi stres memikirkan hal ini, yang -menurut keyakinan sebagian orang- justru makin menyulitkan kemungkinan hamil.

Benar enggak sih, memusingkan soal kehamilan bisa membuat Anda makin sulit hamil?

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Resolve, asosiasi infertilitas nasional di Amerika, 64 persen wanita salah mengartikan stres (yang bukan suatu kondisi medis) sebagai penyebab sulitnya terjadi pembuahan. Dalam kenyataannya, banyak dokter yang juga meyakini bahwa ada hubungan antara stres dan kesuburan, namun tidak ada studi ilmiah yang membuktikan bahwa kepikiran atau stres karena belum juga dikaruniai momongan dapat mengurangi peluang Anda hamil.

"Yang jelas, banyak perempuan di seluruh dunia yang juga berada di bawah tekanan hebat, tapi mereka masih bisa hamil, kok," ujar Shari Lusskin, MD, direktur bidang psikiatri reproduksi di New York University Langone Medical Center. "Tetapi kenapa wanita karier lain tidak bisa hamil? Kami tidak tahu apakah stres memang penyebabnya."

Jika memang tidak ada hubungan antara stres dan kesulitan hamil, mengapa fakta tersebut seringkali muncul? Bagaimana dengan wanita yang sulit hamil, dan penyebabnya karena situasi kerja wanita tersebut yang memang full of stress? Tidakkah hal ini saling berkaitan?

"Terlalu banyak stres emosional maupun fisik -misalnya terus mengkhawatirkan sesuatu atau berlatih keras untuk pertandingan- dapat menurunkan kadar progesteron Anda. Hal inilah yang dapat mengganggu ovulasi," jelas Sami David, MD, asisten profesor klinis di bidang obstetri dan ginekologi di Mount Sinai Hospital di New York City.

Namun penulis buku Making Babies: A Proven 3-Month Program for Maximum Fertility ini juga mengatakan, sulit mengambil kesimpulan yang sederhana dari keterkaitan itu.

Nasihat terbaik yang diberikan untuk Anda yang sedang menanti kehadiran anak, atau berharap bulan depan Anda mulai terlambat mens, tetaplah untuk rileks. Jangan biarkan kekhawatiran Anda karena usia yang tak lagi muda menenggelamkan hal-hal lain dalam hidup Anda yang lebih indah. Cobalah untuk lebih santai, namun lakukan hal ini terutama untuk kedamaian pikiran Anda.

Jangan Stres Kalau Mau Hamil!

KOMPAS.com - Banyak perempuan yang sulit hamil akibat terlalu stres dengan kondisi di sekitarnya. Setidaknya, itulah dugaan sebagian orang mengapa ada perempuan yang tak juga dikaruniai buah hati. Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hal itu. Penelitian yang terbaru akhirnya berhasil membuktikan: perempuan yang memiliki enzim stres yang lebih tinggi kemungkinan untuk dibuahi pada masa suburnya cenderung berkurang 12 persen.

Tingkat stres yang tinggi bisa merusak peluang perempuan untuk hamil, demikian peringatan dari para peneliti. Angka 12 persen memang kecil, namun hal ini terutama terjadi pada perempuan di usia akhir 30-an yang baru merencanakan kehamilan pertama. Umumnya, perempuan di rentang usia ini kesuburannya mulai menurun akibat usia.

Menurut studi yang dilakukan Oxford University dan US National Institutes of Health, pada perempuan yang bermasalah dalam pembuahan, ditemukan kadar darah dari penanda hormon stres (disebut alpha-amylase) yang secara konsisten lebih tinggi.

"Ini merupakan studi pertama untuk menemukan apakah ukuran stres bisa dikaitkan dengan peluang perempuan untuk hamil bulan itu," kata Dr Cecilia Pyper, dari National Perinatal Epidemiology Unit di Oxford University. "Perempuan dengan tingkat penanda stres yang tinggi cenderung tidak berhasil dibuahi."

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Fertility and Sterility ini dilakukan dengan menguji air liur 274 perempuan usia 18 - 40 tahun, yang semuanya merencanakan kehamilan, namun tidak lebih dari tiga bulan.

Peneliti menganalisa kadar kortisol (hormon stres) dan enzim alpha-amylase, yang merupakan penanda untuk adrenalin. Peneliti mengadakan tes pada hari keenam dari siklus menstruasi para responden selama total enam siklus, atau sampai perempuan tersebut hamil. Monitor kesuburan digunakan untuk mengidentifikasi ovulasi dan memastikan kehamilan dengan alat penguji kehamilan.

Dari pengujian, terlihat bahwa kortisol tidak mempengaruhi peluang untuk hamil. Namun untuk perempuan dengan kadar alpha-amylase paling tinggi, peluang hamilnya berkurang 12 persen untuk setiap hari dari hari-hari yang paling subur, daripada mereka yang kadar alpha-amylase-nya paling rendah.

"Terlepas dari hari atau frekuensi hubungan seks selama masa subur, perempuan yang konsentrasi alpha-amylase-nya lebih tinggi cenderung tidak akan menimbulkan pembuahan daripada mereka yang konsentrasinya lebih rendah. Stres mengurangi kemungkinan pembuahan secara signifikan," tegas Dr Pyper.

Ia mengatakan, belum jelas bagaimana hormon stres bisa mempengaruhi kesuburan. Tetapi, kemungkinan hal ini bisa mengurangi aliran darah dalam saluran telur, yang dapat mempengaruhi transportasi telur atau sperma.

Maka, saran bahwa pasangan harus bebas stres jika ingin memiliki anak, memang perlu dipertimbangkan. "Pada beberapa orang, cukup relevan untuk melakukan teknik-teknik relaksasi, konseling, dan bahkan pendekatan seperti yoga dan meditasi," tambah Dr Pyper. Menurutnya, terapi semacam ini juga mampu meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan dengan metode bayi tabung.

Dokter spesialis kesuburan, Dr Allan Pacey, mengungkapkan bahwa penemuan ini sungguh menarik. Namun, meskipun pasangan umumnya sudah tahu bahwa mereka harus rileks bila ingin punya baby, kenyataannya tidak mudah melakukan hal tersebut.

"Saran saya sih, pasangan tidak usah memusingkan jadwal kesuburan itu, dan jangan mengusahakan kehamilan itu menjadi sebuah tugas. Itulah yang bisa bikin Anda stres!"

Stres Tingkatkan Gula Darah

KOMPAS.com — Kaitan antara stres dan gangguan kesehatan sudah lama diketahui para ahli. Kelelahan, gangguan konsentrasi, hingga naiknya berat badan merupakan sedikit dari dampak stres. Kini Anda bisa menambahkan satu gangguan lain, yakni naiknya gula darah.

Hal itu terjadi karena saat kita stres, tubuh akan melakukan penyesuaian. Usaha penyesuaian tadi akan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat, dan napas pendek-pendek. Gula darah pun ikut-ikutan melonjak.

"Di bawah tekanan stres, tubuh kita akan berada dalam mode melawan atau membiarkan sehingga gula darah pun akan naik sebagai bentuk persiapan terhadap kondisi tadi," kata Richard Surwit, PhD, penulis buku The Mind Body Diabetes Revolution.

Pada dasarnya hormon stres dalam tubuh kita didesain hanya untuk menghadapi situasi stres yang sifatnya sementara, seperti terjebak macet, menghadapi tes kerja, atau bertemu calon mertua, misalnya. Sayangnya, kebanyakan stres yang kita alami bersifat kronis, alias sudah menetap lama. Sebut saja pekerjaan yang setiap hari menuntut lembur, atau harus merawat orangtua yang sakit.

Akibatnya, hormon stres tadi akan seperti predator karena harus bertahan dalam kurun waktu yang lama. Gula darah pun dipaksa untuk terus-menerus menyesuaikan dengan kondisi ini. Untuk orang yang diabetes, peningkatan gula darah ini merupakan suatu masalah sendiri mengingat mereka tidak bisa memproduksi insulin secara ekstra untuk mempertahankan gula darahnya.

Kabar baiknya, olahraga yang sifatnya relaksasi dan teknik manajemen stres lain bisa membantu kita mengendalikan kadar gula darah.

Dalam penelitian yang dilakukan para ahli dari Duke University terhadap 100 pasien gula darah yang mengikuti kelas manajemen stres, diketahui setelah setahun kadar gula darah mereka tetap terjaga dan risiko terkena komplikasi diabetes pun berkurang.

Para responden penelitian tersebut mengikuti kelas manajemen stres yang meliputi relaksasi otot, olah napas, dan belajar memiliki pikiran positif.

Ini yang Terjadi Pada Bayi Jika Ibu Hamil Stres


Jakarta, Ibu hamil jangan stres, mungkin ini dinilai sebagai omongan yang klise. Tapi jangan anggap klise efek ibu hamil yang stres terhadap bayinya. karena stres yang dialami ibu hamil bisa berdampak pada bayi yang dikandungnya.

Stres yang muncul saat hamil bisa dipicu oleh banyak hal, seperti perubahan hormon, kehidupan kerja yang tidak kondusif, masalah keuangan, hubungan keluarga yang tidak harmonis atau kecemasan dan ketakutan memikirkan proses melahirkan.

Jika stres yang dialami tidak terlalu parah biasanya akan ditunjukkan dengan sering menggigit-gigit kuku atau penampilan yang berantakan.

Tapi jika stres yang dialami cukup parah ada kemungkinan timbul beberapa gejala, yaitu:

1. Tidak bisa tidur.
Keluhan yang paling umum dialami oleh ibu hamil adalah kekurangan waktu tidur karena banyaknya pikiran yang mengganggu sehingga ibu hamil sulit tertidur.

2. Sakit kepala.
Sakit kepala yang disebabkan oleh stres biasanya akibat otot di leher dan bahu yang kaku sehingga menyebabkan ketegangan di kulit kepala. Kondisi ini memicu terjadinya sakit kepala.

3. Perubahan nafsu makan.
Stres yang dialami saat sedang hamil bisa membuat seseorang tidak nafsu makan atau justru memiliki nafsu makan yang berlebihan, dan hal ini berbeda dengan ngidam.

4. Gangguan pencernaan.
Meskipun saat hamil ada kemungkinan mengalami mual dan muntah akibat morning sickness, tapi stres yang ada juga bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, muntah atau diare.

Saat seseorang merasa stres, maka tubuh akan memberikan respons siaga untuk melindungi diri dari ancaman yang ada. Hal ini akan membuat organ-organ tubuh meningkatkan aktivitasnya sehingga hormon kortisol yang dihasilkan lebih besar. Hormon kortisol yang tinggi bisa menembus plasenta dan mempengaruhi pertumbuhan otak bayi, terutama daerah yang berfungsi mengendalikan stres.

"Kecemasan akibat tingkat kortisol yang tinggi pada akhir kehamilan bisa berpengaruh terhadap kehidupan anak-anak nantinya, terutama resiko atau gangguan psikologis," ujar psikolog Dr Thomas O'Connor, seperti dikutip dari Babyworld.co.uk, Kamis (5/8/2010).

Nah ini efeknya pada bayi jika ibu hamil mengalami stres yang cukup parah selama berminggu-minggu:
1. Berisiko melahirkan bayi prematur.
2. Bayi lahir dengan berat badan yang rendah.
3. Anak yang dilahirkan berisiko mengalami hiperaktif atau ADHD.
4. Gangguan dalam hal perkembangan dan pertumbuhan otak bayi.
5. Bisa berisiko keguguran.

Vera Farah Bararah - detikHealth

Stres Terbukti Mempersulit Kehamilan


Oxford, Tidak salah jika ada anjuran untuk rileks agar cepat punya momongan. Perempuan yang gelisah di masa subur cenderung lebih sulit dibuahi dibandingkan perempuan yang tidak banyak pikiran.

Meski banyak yang meyakini dan telah membuktikannya, anjuran itu belum banyak dibuktikan secara ilmiah. Akibatnya tidak sedikit pula yang mulai mengabaikan karena menganggapnya sebagai mitos belaka.

Baru-baru ini peneliti dari Oxford University membuktikan adanya hubungan antara stres dengan peluang terjadinya pembuahan di masa subur. Pada perempuan yang banyak pikiran, peluang itu turun sebesar 12 persen.

Dikutip dari Dailymail, Kamis (12/8/2010), penelitian tersebut melibatkan 274 perempuan berusia 18-44 tahun yang sedang berusaha untuk mendapatkan keturunan. Para partisipan tidak berhubungan seks maupun menjalani terapi kesuburan dalam 3 siklus menstruasi sebelumnya.

Berdasarkan pemeriksaan air ludah (saliva), peneliti menemukan bahwa perempuan yang pada masa subur memiliki kadar enzim alfa-amilase paling tinggi punya peluang 12 persen lebih kecil untuk dibuahi. Enzim tersebut merupakan indikator tingkat adrenalin, yang meningkat saat sedang mengalami kegelisahan.

Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam edisi terbaru jurnal Fertility and Sterility.

"Dalam beberapa kasus, peluang kehamilan bisa ditingkatkan dengan berbagai teknik relaksasi, konseling maupun pendekatan-pendekatan seperti yoga dan meditasi," ungkap Dr Cecilia Pyper yang terlibat dalam penelitian itu.

Terkait hal itu, Dr Pyper juga mengusulkan adanya penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah berbagai teknik relaksasi benar-benar efektif meningkatkan peluang terjadinya kehamilan.

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Friday, August 20, 2010

Hati-hati, Wi-Fi Dianggap Bahayakan Anak-anak


INILAH.COM, Jakarta – WiFi dianggap telah membahayakan kehidupan anak di Kanada. Anak mengalami gejala seperti sakit kepala, pusing, mual, dan peningkatan denyut jantung.

Seperti yang dikutip dalam artikel “Simcoe County Safe School Committee” dalam sebuah situs, beberapa orang tua menyadari bahwa dalam satu tahun terakhir anak-anak mereka ‘tidak seperti biasa’.

Hal ini terkait penurunan nilai di sekolah, kurangnya pergaulan, serta catatan dari guru.

Anggota kelompok orang tua telah melobi dewan sekolah Simcoe County untuk menghapus jaringan nirkabel dari sekolah itu.

Mereka mengatakan, “intensitas microwave dalam satu ruang kelas County Simcoe ternyata empat kali lebih kuat dari menara ponsel.”

Cerita serupa terjadi pada bulan Juli tahun lalu. Seorang DJ Inggris bernama Steve Miller menyatakan bahwa dia alergi terhadap jaringan nirkabel.

Menurut The Sun, ”sensitivitas elektromagnetik” yang diderita Miller membuatnya sakit kepala dan pusing saat berada dalam jangkauan sinyal Wi-Fi. “Saya tidak bisa naik kereta api, bandara atau hotel tanpa mengalami sakit kepala.”

Namun demikian, beberapa lembaga termasuk Lakehead University di Kanada telah melarang instalasi jaringan nirkabel hingga potensi, efek kesehatan telah terbantahkan secara ilmiah.

Rodney Palmer, anggota Safe School Committee, bahkan berniat mengirim kedua anaknya ke sekolah alternatif jika kelompok ini mengalami kegagalan dalam menghapus fungsi nirkabel.

Billy A Banggawan

Wednesday, August 18, 2010

Ejekan Bisa Menyebabkan Penyakit Serius


California, Ejekan, penghinaan atau cercaan yang merupakan bentuk dari penolakan sosial, tak hanya bisa menyebabkan luka secara emosional. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penolakan sosial juga menyebabkan sakit serius pada tubuh.

Tak sedikit orang yang mengalami penolakan sosial dalam wujud ejekan dan hinaan merasakan 'sakit hati' secara emosional. Tapi tanpa disadari, ejekan tersebut juga berdampak buruk pada tubuh dan dapat menyebabkan sakit yang serius.

Apa yang terjadi ketika orang terus-terusan diejek?

Ketika mengalami penolakan sosial atau pengejekan, tubuh menunjukkan adanya reaksi aktivitas di dua wilayah otaknya, yaitu korteks orsal anterior cingulated dan anterior insula, yang diamati dengan menggunakan fungsional Magnetic Resonance Imaging (fMRI).

Kedua wilayah otak ini memainkan peran dalam fungsi otonom, seperti tekanan darah, mengatur denyut jantung serta fungsi kognitif rasional, seperti antisipasi, pengambilan keputusan, empati dan emosi.

Peningkatan aktivitas pada bagian otak ini dapat menyebabkan inflamasi (peradangan) meningkat dalam tubuh. Tingkat peradangan kronis yang tinggi bisa menyebabkan asma, penyakit kardiovaskular dan bahkan depresi.

"Hasil ini membuat kita benar-benar memahami bagaimana hubungan antara kesehatan pikiran dan tubuh," ujar George Slavich, peneliti dari University of California, Los Angeles (UCLA), seperti dilansir dari Livescience, Jumat (13/8/2010).

Menurut Slavich, sensitivitas saraf terhadap penolakan sosial dalam kehidupan sehari-hari, dapat meningkatkan peradangan dalam beberapa hari atau minggu.

Temuan ini menjelaskan mengapa beberapa orang sangat peka terhadap kondisi peradangan, yang ditandai dengan depresi.

Kata stres dan depresi begitu sering didengar dalam kehidupan sehari-hari, tetapi banyak orang hanya berasumsi bahwa stres yang secara langsung dapat menyebabkan depresi.

"Tapi ini adalah pertanyaan yang sangat kompleks. Stres terjadi di luar tubuh, tetapi dapat menyebabkan banyak perubahan di bagian dalam tubuh. Inilah yang memicu terjadi penyakit-penyakit yang lebih serius," tambah Slavich.

Merry Wahyuningsih - detikHealth

Monday, August 16, 2010

Anak Emosinya Stabil Jika Punya Kenangan Baik dengan Ayah


Jakarta, Ayah sering digambarkan sebagai sosok yang kaku, kurang bisa berkomunikasi dengan anak, otoriter dan tidak suka dibantah. Jarang sekali anak yang memiliki hubungan yang baik dengan si ayah ketika kecil.

Kesibukan ayah sebagai pencari nafkah kerap membuat anak jarang bertemu bapaknya kecuali hari libur. Belum lagi jika pulang kerja ayah lebih sering menampilkan wajah capek dan cemberut yang membuat anak-anak takut mendekat.

Para pakar psikologi menemukan hubungan ayah dan anak juga bisa mempengaruhi emosi anak saat dewasa. Selama ini penelitian lebih banyak fokus pada hubungan ibu dan anak.

Psikolog dari California State University-Fullerton, Profesor Melanie Mallers menemukan anak-anak yang punya hubungan baik dengan ayah akan memiliki emosi yang lebih stabil kala menghadapi stres saat dewasa.

Peneliti melakukan survei terhadap 921 pria dan wanita dewasa yang dilakukan melalui wawancara melalui telepon. Partisipan berusia mulai dari 25 tahun hingga 74 tahun yang difokuskan pada masalah psikologis dan emosi.

Contoh pertanyaannya seperti apakah partisipan mengalami depresi, gelisah atau sedih jika sedang stres dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi itu muncul bisa karena adu argumentasi, perselisihan, ketegangan dalam kerja, masalah keluarga hingga mengalami diskriminasi.

Partisipan juga ditanya tentang kualitas hubungan masa kecilnya dengan ayah dan ibu. Pertanyaan yang diajukan seperti bagaimana partisipan menilai hubungannya dengan ayah dan ibu selama bertahun-tahun. Berapa banyak waktu dan perhatian yang didapatkan saat partisipan sedang membutuhkannya.

Hasilnya ditemukan partisipan cenderung memiliki masa kecil yang baik dengan ibu ketimbang ayah. Hubungan dengan ibu juga jarang mengalami tekanan psikologis. Sementara hubungan dengan ayahnya hambar.

"Hasil ini memang tidak mengejutkan karena penelitian masa lalu telah menunjukkan ibu memang yang berperan dalam perawatan anak dan selalu bisa memberikan kenyamanan," kata Profesor Mallers yang telah mempresentasikan penemuannya dalam the 118th Annual Convention of the American Psychological Association di San Diego.

Ayah memang memiliki gaya yang unik dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Namun psikolog memandang ayah jangan terlalu cuek dengan anaknya karena dampaknya bisa pada emosi anak saat dewasa.

Irna Gustia - detikHealth

Friday, August 13, 2010

Kesehatan Jantung, Kuncinya Bergerak

KOMPAS.com - Teknologi kedokteran kini telah memungkinkan dokter menyelamatkan pasien penyakit jantung dengan semakin baik dan tingkat keberhasilan tinggi. Sayangnya, mayoritas masyarakat melupakan cara paling dasar untuk mencegah penyakit ini, yakni olahraga dan menjaga berat badan ideal.

Menurut para pakar kesehatan, seseorang yang sehat dan bugar pun tidak selalu dapat mengelak dari penyakit jantung. Oleh karena itu, kita perlu mengenali berbagai faktor risiko penyakit yang mematikan ini.

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh American Heart Association ditemukan bahwa 59 persen responden mengatakan tidak pernah melakukan aktivitas olahraga. "Seharusnya masyarakat semakin fokus menjaga berat badan dan lingkar pinggang," kata Dr. Donald M.Lloyd-Jones, ketua komite kesehatan jantung.

Menurut Jones, ada sejumlah faktor risiko penyakit jantung yang dapat dikurangi atau dicegah, yakni kelebihan kolesterol, diabetes, hipertensi, merokok, stres, kegemukan, serta kurangnya aktivitas fisik. "Pada kelompok responden yang lebih muda, justru kesadarannya paling buruk," kata Jones.

Sayangnya, penderita kerap kali tidak menyadari hal itu selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi yang berbahaya, seperti stroke, serangan jantung, atau gagal ginjal. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah faktor keturunan. Oleh sebab itu perlu ada pengendalian faktor-faktor risiko.

Ingin Jauhi Sakit Jantung, Gembiralah!

KOMPAS.com — Hati yang bahagia dan selalu positif akan membantu Anda terhindar dari penyakit jantung. Demikian menurut para peneliti yang dimuat dalam European Heart Journal.

Dalam pengawasan kesehatan yang dilakukan terhadap 1.700 orang selama 10 tahun, para ahli menemukan bahwa orang yang depresi dan sering merasa cemas lebih tinggi risikonya terkena penyakit jantung.

Pada awal penelitian, para responden diminta menaksir kadar emosional mereka, mulai dari rasa dendam, kecemasan, hingga kegembiraan dan antusiasme. Mereka diminta memberi penilaian pada tiap level emosi, baik yang negatif maupun positif.

Pada akhir penelitian, sebanyak 145 responden menderita penyakit jantung. Akan tetapi, responden yang masuk dalam kategori bahagia saat awal penelitian memiliki risiko menderita penyakit jantung 22 persen lebih rendah.

Para ahli meyakini bahwa orang yang bahagia mungkin memiliki pola tidur yang lebih baik, jarang stres, dan lebih mudah beralih dari situasi yang membuatnya tertekan. Semua faktor tersebut diyakini akan meningkatkan kekebalan tubuh.

Ketua peneliti, dr Karina Davidson, mengakui jika hasil penelitian ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut. Meski begitu, ia menyarankan agar setiap orang selalu berpikir positif supaya terhindar dari stres. "Tidak perlu menunggu liburan untuk bersenang-senang. Rasa bahagia harus dimunculkan setiap hari," katanya.

Davidson menyarankan agar kita setiap hari memiliki "me time" untuk meningkatkan mood. "Jika Anda merasa senang saat membaca novel, luangkan waktu 15 menit setiap hari untuk melakukannya. Demikian juga dengan aktivitas lain yang membuat hati gembira," ujarnya.

Pemarah Rentan Sakit Jantung

KOMPAS.com - Ternyata benar apa yang Nenek bilang, sering marah tak baik untuk kesehatan. Penelitian ilmiah membuktikan, orang dengan temperamen tinggi lebih berpeluang menderita penyakit jantung.

"Kita berbicara tentang orang yang kadar emosinya selalu berada di level tertinggi," kata Laura Kubzansky, PhD, dari Harvard School of Public Health yang meneliti tentang stres dan emosi pada penyakit kardiovaskular.

Orang dengan sifat pemarah yang dimaksud Kubzansky adalah mereka yang emosinya gampang tersulut, sering meledak-ledak, dan suka mengintimidasi orang lain. "Marah dalam kadar sedang bukanlah masalah, namun bila emosi selalu tinggi, berhati-hatilah," katanya.

Mengekspresikan rasa marah adalah sesuatu yang baik, namun orang yang tak bisa mengontrol emosinya, misalnya berteriak bahkan sampai memukul meja saat hatinya gusar, memiliki risiko terkena penyakit jantung lebih besar.

Saat kita marah, dampak psikologi akan langsung dirasakan jantung dan arteri. Emosi negatif seperti rasa marah dan benci akan mengaktifkan respon "melawan atau lari" sehingga hormon stres, termasuk adrenalin dan kortisol, akan membuat jantung berdetak lebih keras. Demikian juga halnya dengan napas yang menjadi cepat dan tekanan darah meningkat sebagai akibat pembuluh darah yang mengerut.

"Kadar adrenalin dan kortisol dalam kadar yang tinggi akan memberi efek racun bagi jantung. Selain itu terlalu sering marah akan mempercepat proses ateroklerosis atau penimbunan lemak di pembuluh darah," kata Jerry Kiffer, MA, peneliti bidang jantung dan otak dari Cleveland Clinic's Psychological Testing Center, AS.

Ia menjelaskan, hal itu terjadi karena otak memompa terlalu cepat, pembuluh darah mengerut, dan tekanan darah naik. Selain itu, saat emosi sedang meledak-ledak, kadar glukosa dalam darah ikut naik dan lebih banyak titik lemak di pembuluh darah. Para ahli meyakini hal itu akan merusak dinding arteri.

Selain marah, faktor lain yang mempercepat kerusakan jantung adalah kecemasan dan depresi. "Orang yang sering marah cenderung memiliki emosi negatif yang kronik, semisal rasa cemas dan depresi," kata Kubzansky.

Benarkah Bawahan Rentan Sakit Jantung?

LONDON, KOMPAS.COM - Di kantor Anda ada yang rentan terkena gangguan jantung? Coba deh perhatikan pangkat atau kedudukan mereka.

Menurut sebuah penelitian di London, Inggris, pekerja di level bawah memang lebih rentan terkena gangguan jantung dibanding pekerja di level atas. Otoritas terhadap pekerjaan diduga menjadi salah satu sebab penyebab perbedaan itu.

Menurut periset, kurangnya kendali atas pekerjaan menjadi kunci yang mengaitkan antara pekerja di tingkat bawah dengan buruknya kesehatan kardiovaskular. Periset mendapati, para pria dengan otonomi pekerjaan yang memuaskan memiliki detak jantung yang lebih rendah dan variasi detak jantung yang lebih baik – suatu kapasitas jantung sehat yang memungkinkan berdetak lebih cepat atau lambat dalam merespon stimulus dari luar.

Sebaliknya, bawahan yang tidak begitu memegang kendali atas pekerjaan sehari-hari, memiliki variasi detak jantung yang kurang, sehingga mudah mengalami gangguan tekanan darah tinggi atau serangan jantung. Demikian pula rata-rata detak jantung per menit bawahan ternyata 3,2 lebih cepat dibanding karyawan di anak tangga bagian atas.

Untuk sampai pada kesimpulan itu periset meneliti 2.197 pria di kantor-kantor pelayanan umum Inggris, di mana gaji diklasifiksikan secara hierarkis. Tingkat kendali karyawan pada pekerjaan, pendidikan mereka, status merokok, olahraga, pola makan, kebiasaan minum alkohol, tingkat depresi, partisipasi dalam kelompok sosial dan variasi detak jantung diukur semuanya.

Sayangnya, periset belum menguji apakah variasi detak jantung karyawan membaik begitu status pekerjaan mereka membaik.

Kolesterol Jahat Picu Sakit Jantung

London,Kompas.com, Sabtu - Para ilmuwan telah menemukan bukti baru terkait tipe kolesterol jahat lainnya yang ternyata ikut berkontribusi terhadap terjadinya penyakit jantung.

Tidak seperti kolesterol low density lipoprotein cholesterol (LDL/kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah) yang sudah banyak dikenal dan diketahui, Lipoprotein(a) atau Lp(a) tidak dapat dikontrol dengan diet menurunkan lemak makanan atau menelan obat statin. Namun, para peneliti berpandangan tingginya level Lp(a) masih lebih rendah risikonya dibandingkan level LDL yang tinggi.

Obat lain juga diduga dapat bekerja meminimalkan efeknya. Hasil studi itu dimuat di New England Journal of Medicine pada terbitan terbarunya.

LDL dikenal sangat agresif dalam ”menyerang” arteri dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Para ilmuwan percaya bahwa Lp(a) yang sifatnya turunan tidak ”seganas” LDL, tetapi dapat menimbulkan penyumbatan pembuluh darah.

Dalam meneliti Lp(a), para peneliti menggunakan teknologi chip genetika untuk memindai DNA yang merupakan titik potensial untuk risiko penyakit jantung yang mereka ketahui dari studi sebelumnya.

Profesor Martin Farrall, anggota tim penelitian yang dilakukan di Universitas Oxford itu, Sabtu (26/12), mengatakan, satu dari enam orang membawa satu atau lebih gen Lp(a).

”Harapannya, dengan menargetkan terapi, baik untuk LDL maupun Lp(a), kita bisa menemukan cara terbaik untuk mengurangi risiko penyakit jantung dengan lebih baik,” ujar Martin Farrall.

Dia mengatakan, peningkatan risiko terhadap orang yang tinggi level Lp(a)-nya masih lebih rendah ketimbang orang dengan LDL tinggi. Obat-obatan yang ada sekarang, seperti Niacin dan jenis lain yang akan masuk ke pasar seperti CETP-inhibitor menurunkan Lp(a), sama baiknya dengan LDL.

Profesor Peter Weissberg dari British Heart Foundation mengatakan, penemuan itu sangat berguna karena menekankan pentingnya menurunkan level Lp(a) yang akan menggiring kepada upaya-upaya baru. Namun, LDL tetap merupakan tipe kolesterol jahat utama yang harus diperhatikan.

Mudah Lelah Tanda Jantung Payah

KOMPAS.com - Sering merasa cepat lelah meski hanya melakukan kerja ringan? Waspadalah, bisa jadi itu gejala payah jantung (heart failure) atau yang umum disebut Iemah jantung. Ini terjadi kala jantung gagal menjalankan tugas utamanya, memompa darah ke seluruh tubuh.

Agus (41) merasa ada yang aneh pada dirinya. Beberapa bulan lalu ia masih sanggup naik tangga tiga lantai menuju ruang kerjanya. Kini ia harus berhenti di tiap lantai untuk beristirahat. "Nggak tahu, sekarang saya kok cepat ngos-ngosan. Tiap satu lantai saya berhenti untuk ambil napas," ucap ayah empat anák ini.

Seorang teman menduga jantungnya lemah. Penasaran, Agus periksa ke dokter. Hasilnya, benar ada kecenderungan payah jantung. Apalagi ia mengidap hipertensi. "Kata dokter, hipertensi telah merembet ke fungsi jantung. Saya tak boleh bekerja berat," ujarnya.

Hipertensi ikut andil
Penyakit payah jantung atau lemah jantung banyak diderita oleh kalangan lansia. Ini dikarenakan fungsi jantung yang memang menurun dimakan usia. Namun, payah jantung juga bisa menimpa orang usia produktif.

Dijelaskan Dr. Santoso Karo Karo, Sp.JP, MPH, ahli jantung dari Perkumpulan Dokter Kardiovaskular Indonesia (Perki), payah jantung merupakan kondisi jantung tak kuat lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh.

"Tugas utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan menampungnya kembali setelah dibersihkan di paru-paru. Jika fungsi ini terganggu dan tubuh kekurangan asupan darah, timbul berbagai gejala. Yang paling sering ditemui adalah mudah lelah," ungkapnya.

Istilah payah jantung ini dalam masyarakat lebih dikenal dengan sebutan lemah jantung. Menurut Dr. Santoso, "Yang benar payah jantung atau heart failure, bukan lemah jantung!"

Kemampuan jantung melaksanakan tugas secara alami berangsurangsur menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan semakin mencolok jika ada kondisi lain yang memengaruhi, misalnya infeksi pada otot jantung (miokarditis).

Bisa juga karena serangan jantung koroner yang merusak otot jantung. Hipertensi yang parch turut serta membuat massa otot jantung membesar, sehingga detaknya tidak normal, atau karena gangguan fungsi katup jantung.

"Masih banyak faktor yang menyebabkan payah jantung. Biasanya payah jantung diderita setelah seseorang sakit atau ada kondisi tertentu yang merusak organ jantung. Jadi tidak perlu heran, pengidap hipertensi yang masih muda bisa terkena payah jantung. Saat ini hipertensi banyak menyerang kaum muda," ucapnya.

Sesak napas
Gejala awal payah jantung adalah mudah lelah, sering batuk hingga sesak napas berat, dan detak jantung lebih kencang. Kalau sudah begitu, aktivitas harian pun bisa terganggu. "Seperti kasus Agus, awalnya ia tidak masalah naik tangga tiga lantai. Lama-lama ia merasa cepat lelah," imbuh Dr. Santoso.

Para ahli jantung di New York Heart Association menetapkan empat tingkatan gejala lelah dan sesak napas akibat payah jantung. Pertama, pasien merasa sesak napas jika melakukan aktivitas berat.

Kedua, pekerjaan sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan baik karena mullah lelah sampai sesak napas. Ketiga, aktivitas ringan dalam rumah pun bisa membuat sesak napas. Keempat, dalam keadaan istirahat pun pasien bisa mengalami sesak napas.

Dari tingkatan tersebut, bisa terbayang kegiatan apa yang-boleh dan tidak boleh dilakukan pasien. "Jika masih tahap awal, olahraga mungkin tidak terlalu masalah. Kalaupun mau, pilih jenis olahraga yang tidak banyak menghabiskan tenaga, misalnya jolting atau jalan sehat. Tapi, jika sudah tahap keempat, sepertinya sulit bagi pasien untuk beraktivitas," paparnya.

Tak bisa diperbaiki
Pengobatan payah jantung hanya bertujuan mencegah kerusakan lebih lanjut. "Jadi pengobatan tidak untuk memperbaiki otot jantung yang rusak. Karena otot tersebut sudah sulit diperbaiki dengan terapi obat," ujarnya.

Pengobatan dilakukan berdasarkan penyebab. Jika payah jantung karena hipertensi, hipertensinya harus ditangani terlebih dahulu. "Obat pendukung untuk mengeluarkan cairan dari jantung atau mengurangi beban kerja jantung juga bisa diberikan," kata Dr. Santoso.

Cara mudah mencegah payah jantung, yakni berpola hidup sehat. "Hipertensi, serangan jantung koroner, dan lainnya yang merupakan pencetus payah jantung disebabkan pola hidup tidak baik. Cara mencegah yang paling efektif adalah pola hidup sehat: makan sehat, istirahat cukup, tidak stres, dan rajin olahraga," katanya.

Asap Dupa Sebabkan Kanker

BILA Anda tinggal di lingkungan yang terpapar asap pembakaran dupa atau kemenyan sebaiknya waspada. Bisa jadi Anda adalah kalangan yang berisiko tinggi mengalami penyakit kanker.

Hasil sebuah riset di Singapura belum lama ini mengindikasikan, orang yang terpapar asap dupa atau kemenyan dalam waktu lama berisiko lebih tinggi mengidap penyakit kanker seperti kanker mulut, lidah dan kanker paru-paru. Bahkan, risiko ini tetap tinggi meski mereka bukan seorang perokok.

Menurut penelitian, paparan terhadap asap dupa dalam waktu lama dapat memperbesar risiko mengalami jenis-jenis kanker yang menyerang alat pernafasan bagian atas serta kanker paru-paru squamous. Jenis kanker paru-paru squamous merupakan kanker yang banyak ditemukan pada perokok.

Menurut pimpinan riset Jeppe T. Friborg, MD, PhD, dari Statens Serum Institut Kopenhagen, tingginya risiko pada perokok atau non-perokok mengindikasikan bahwa paparan asap dupa merupakan faktor risiko independen untuk kanker-kanker organ pernafasan.

Digunakan sejak beribu-ribu tahun lalu, dupa merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Asia dan India. Di Amerika dan Eropa, dupa juga banyak di bakar untuk keperluan sehari-hari.

Beragam tanaman dan minyak digunakan sebagai bahan pembuat dupa. Ketika dibakar, bahan campuran ini terbukti menghasilkan zat yang menyebabkan kanker (karsinogen) yang juga ditemukan pada asap tembakau. Karenanya, banyak penelitian yang telah menguji hubungan antara asap dupa yang terhirup ke paru-paru dengan kanker. Namun riset tersebut belum menemukan kesimpulan final.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan Jurnal Cancer ini merupakan riset pertama yanga memantau orang sehat dalam waktu yang lama sebagai upaya dalam memahami pengaruh paparan asap dupa terhadap risiko kanker

Lebih dari 60.000 keturunan China yang tinggal di Singapura dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka dipantau selama beberapa tahun dan tak satu pun yang mengidap kanker. Para peneliti melakukan wawancara secara detil mengenai kebiasaan diet dan gaya hidup, termasuk penggunaan dupa.

Peneliti mencatat sekitar tiga perempat partisipan (wanita dan pria) dilaporkan adalah pengguna aktif dupa. Selama proses penelitian, ditemukan 325 kasus kanker organ pernafasan bagian atas dan 821 kanker paru-paru. Paparan dalam waktu yang lama dan sering terhadap pembakaran dupa berhubungan dengan peningkatan risiko signifikan dari squamous cell cancers pada organ pernafasan bagian atas.

Pria Rentan Terkena Kanker Paru

KAUM pria pecandu rokok dan berusia lebih dari 40 tahun sebaiknya waspada terhadap kanker paru. Gejala awal kanker paru ditandai dengan batuk yang tak kunjung sembuh hingga batuk darah dan peradangan. Selanjutnya, kanker juga bisa menyebar ke seluruh organ tubuh.

Demikian disampaikan Dr. Eddy Soeratman, SpP(K), SMF RS Kanker Dharmais, Selasa (8/7), usai seminar Rokok dan Tumor Paru, di Ruang Serba Guna RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat. Dikatakan Dr.Eddy, pria cenderung lebih rentan terkena kanker paru karena memiliki tingkat konsumsi rokok lebih tinggi dibanding perempuan.

"Sebanyak 85 persen hingga 95 persen penderita kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok", tuturnya.

Di Indonesia, ada 215 miliar batang rokok habis dikonsumsi tiap tahunnya. Sebanyak 59 pesen perokok adalah pria dan 37 persen diantaranya adalah perempuan dari total perokok Indonesia saat ini sebanyak 60 juta perokok. Sementara itu, di Rumah Sakit Kanker Dharmais tercatat 794 kasus penyakit kanker paru, semuanya disebabkan karena rokok.

Ironisnya, penderita umumnya terlambat datang ke dokter karena gejala kanker paru hampir sama dengan penyakit TBC. Pada stadium lanjut, biasanya penderita hanya memiliki angka harapan hidup antara tiga hingga enam bulan. "Tapi bisa lebih, masalah umur kan Tuhan yang menentukan," ujarnya.

Bahaya rokok terdapat dalam kandungan jenis zat yang ada di dalamnya. Satu batang rokok mengandung 4.000 jenis kimia, 400 jenis racun, dan 40 jenis karsinogen yang dapat menyebabkan kanker," tuturnya.

Sedangkan jenis bahan kimia dalam rokok juga terdapat zat karbon monoksida (CO), zat yang digunakan dalam cairan pembersih lantai.