Monday, October 31, 2011

Cegah Hipertensi, Disfungsi Ereksi Menyingkir

JAKARTA, KAMIS — Pria usia di atas 40 tahun dianjurkan mewaspadai beberapa gangguan kesehatan yang bisa mengakibatkan disfungsi ereksi (DE), terutama penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) seperti hipertensi (darah tinggi), dislipidemia, hiperkolesterolemia.

"Disfungsi ereksi erat hubungannya dengan penyakit kardiovaskular," kata ahli jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Santoso Karokaro, dalam seminar bertema Waspadai Penyakit Kardiovaskular yang Mengakibatkan Disfungsi Ereksi, Kamis (19/2), di Jakarta.

Sejauh ini, terdapat prevalensi yang tinggi pada kondisi gangguan kardiovaskular yang dialami pria dengan disfungsi ereksi. Sebanyak 64 persen dari pria yang dilaporkan DE setidaknya memiliki satu atau lebih dari kondisi-kondisi berikut hipertensi, sakit jantung kronis/angina, tingginya tingkat kolesterol, diabetes, dan depresi.

Menurut Santoso, meningkatnya tekanan darah dan kolesterol (dislipidemia) dalam tubuh akan mengakibatkan menyempitnya pembuluh darah dan sebagaimana ukuran pembuluh darah yang mengalirkan darah ke penis menyempit. Gangguan DE juga dapat merupakan manifestasi awal dari aterosklerosis (pengerasan dan pengecilan pembuluh darah).

Karena itu, mencegah munculnya penyakit kardiovaskular menyelamatkan seseorang dari DE. Faktor-faktor risiko antara lain merokok, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis (penimbunan deposit lemak pada arteri) harus dihindari.

Pengobatan untuk mendapatkan kehidupan seksual yang normal kembali tentu saja sangat penting bagi kebanyakan penderita DE, baik itu dengan penyakit-penyakit penyebabnya, maupun tidak. Hasil survei yang ada memperlihatkan, pria mementingkan mencari pengobatan bagi DE yang menjamin ereksi lebih cepat dan lama. Padahal, keseluruhan kondisi fungsi tubuh memerankan fungsi yang cukup signifikan bagi penderita DE.

Awas, Hipertensi Rusak Ginjal Anda!

PENYAKIT gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari sepuluh orang dewasa. Tanpa pengendalian yang tepat dan cepat, pada tahun 2015 penyakit ginjal diperkirakan bisa menyebabkan kematian hingga 36 juta penduduk dunia.

Di Indonesia, peningkatan jumlah penderita gagal ginjal bisa dilihat dari data kunjungan ke poli ginjal dan banyaknya penderita yang menjalani cuci darah (hemodialisis).

Dari data dari wilayah Jabar dan Banten dua tahun terakhir ini, bisa terlihat peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis. Pada tahun 2007 tercatat hanya 2148 pasien dan meningkat menjadi 2260 pada tahun 2008. Dari jumlah itu, sekitar 30 persen pasien berusia produktif, yakni kurang dari 40 tahun.

Karena itu, Kamis, 12 Maret 2009 ini, dunia kembali memperingati Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day/WKD). Tema peringatan WKD tahun ini adalah keep the pressure down. Tema ini diambil untuk mengingatkan bahwa tekanan darah yang tidak terkontrol akan merusak ginjal.
"Salah satu tujuan kampanye WKD tahun 2009 ini adalah untuk mengenali tekanan darah tinggi (hipertensi) sebagai salah satu penyebab penyakit ginjal kronis," ujar spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Afiatin SpPD. Afiatin mengatakan, hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih keras. Akibatnya, sel-sel pada ginjal akan lebih cepat rusak, kata Afiatin.

Meski ancamannya mengerikan, masih banyak anggota masyarakat yang mengabaikan hipertensi. Prof Enday Sukandar SpPD-KGH mengatakan, pengabaian ini dikarenakan sifat dari hipertensi itu sendiri. Ketika belum merusak organ tubuh, penyakit tekanan darah tinggi tidak menunjukkan gejala spesifik. Akibatnya, pada tahap ini, orang masih merasa nyaman dengan kondisi tubuhnya dan tidak merasa perlu memeriksakan diri, kata Enday.

Penanganan menjadi lebih sulit dan mahal karena penderita darah tinggi baru mengeluh dan memeriksakan diri ketika sudah sakit ginjal, jantung, lumpuh, buta, dan sebagainya. Enday mengatakan, pengabaian terhadap tekanan darah tinggi tidak hanya terjadi di Indonesia yang masih tergolong sebagai negara berkembang. Di Amerika Serikat yang sistem asuransi kesehatannya jauh lebih baik, juga masih banyak terjadi pengabaian hipertensi, kata Enday.

Dr Rubin S Gondodiputro SpPD-KGH mengatakan, berdasarkan survei di AS, dalam kasus hipertensi didapati hasil yang kemudian disebut hukum separuh (the rule of half). Mudahnya begini, dari 100 orang hanya 50 orang yang tahu kalau dirinya menderita hipertensi. Lalu, dari 50 orang itu, hanya 25 orang yang berobat. Ironisnya, da ri 25 orang yang berobat, hanya 12,5 orang yang berhasil sembuh. "Itu hasil penelitian di Amerika, apalagi di Indonesia," kata Rubin.

Rubin mengatakan, di Indonesia belum pernah dilakukan studi komprehensif mengenai hipertensi. Sebab itu, dalam penentuan pasien menderita hipertensi atau tidak, Indonesia masih menggunakan standar WHO, yakni tekanan darah pada 140/90. Namun, angka ini hanya bisa dipakai pada pasien yang semata-mata hanya menderita hipertensi. "Pada kasus khusus, misalnya pada pasien yang juga menderita penyakit kencing manis, tekanan 130/80 sudah bisa dinyatakan hipertensi," kata Rubin.

Enday menambahkan, hipertensi merupakan salah satu penyakit genetik. Namun, dengan gaya hidup yang tidak sehat, orang yang secara genetis tidak memiliki risiko juga bisa terkena hipertensi. Sebaliknya, dengan gaya hidup sehat, orang yang mewarisi gen hipertensi justru bisa terhindar. Ada banyak faktor risiko hipertensi, antara lain usia lanjut, diabetes, merokok, kolesterol, dan obesitas, kata Enday.

Sebagai bagian dari kampanye WKD ini, Sub-bagian Ginjal Hipertensi Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin akan mengadakan simposium bertajuk Mengenal Hipertensi dengan Berbagai Aspeknya. Subtopik yang akan dibahas adalah, yakni hipertensi sebagai masalah masyarakat, mengenal berbagai akibat hipertensi, kelainan jantung, ginjal, dan otak terkait hipertensi, dan pengelolaan hipertensi.

Polusi di Perkotaan Picu Hipertensi

Kompas.com — Tinggal di area perkotaan yang tinggi polusi udara bisa memicu naiknya tekanan darah. Sumber polusi bisa berasal dari kendaraan bermotor, debu jalanan, ataupun polutan dari pembangkit listrik.

Para peneliti melakukan penelitian terhadap 5.000 orang mengenai terjadinya penyakit jantung. Analisis dilakukan dengan melihat dampak polusi udara pada tekanan darah antara tahun 2000 dan 2003.

"Polusi udara bukan cuma memicu kejadian serangan jantung dan stroke, tapi juga berpengaruh pada terjadinya proses penyakit itu," kata Dr Barbara Hoffman, ketua peneliti.

Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko terjadinya ateroklerosis atau pengerasan pembuluh darah yang berujung pada penyakit jantung dan stroke. Dari berbagai studi sebelumnya telah diketahui bahwa peningkatan polusi udara akan meningkatkan tekanan darah, tetapi belum diketahui dampak jangka panjangnya.

Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai pembunuh terselubung. Risikonya terletak pada kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan penyakit tersebut. Tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama terjadinya stroke, serangan jantung, gagal ginjal, demensia, dan mati muda.

Tidak ada obat untuk tekanan darah tinggi, tetapi kondisi ini bisa dicegah dan dirawat. Perubahan gaya hidup dan obat-obatan, bila perlu, dapat membantu mengendalikan tekanan darah dan mempertahankannya pada tingkat yang aman.

Sumber :LiveScience

Wahai Perokok, Awas Ancaman Leukoplakia!

JAKARTA, KOMPAS.com — Anda perokok berat dan sekaligus penyuka minuman keras? Berhati-hatilah! Kebiasaan ini membuat Anda menghadapi risiko besar terserang penyakit leukoplakia.

Dokter spesialis bedah mulut dan maksilofasial Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur, Juliani Kusumaputra Isbandiono, menyatakan, asap rokok dapat menyebabkan iritasi pada rongga-rongga mulut.

"Iritasi itu kemudian mempermudah senyawa kimia berbahaya yang terkandung di dalam tembakau untuk masuk ke dalam jaringan di mulut dan terjadilah leukoplakia," ujar dia.

Bahkan, hasil penelitian Silverman S Jr, seorang dokter di Kanada, sudah mengukuhkan teori tersebut. Menurutnya, sebanyak 95 persen penderita leukoplakia adalah perokok.

Bahaya ini juga menghampiri penenggak minuman beralkohol. Senyawa kimia berbahaya yang terkandung di dalam alkohol mudah masuk ke dalam jaringan di mulut.

Oleh karena itu, umumnya, dokter menyarankan pasien leukoplakia untuk berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol. Jika menaati larangan ini, penderita gangguan leukoplakia akan lebih cepat pulih.

Deteksi lewat pemeriksaan rutin
Meskipun potensi leukoplakia menjadi sel ganas hanya 3-6 persen, Anda harus tetap waspada. Apalagi, jika sudah terdapat plak putih di sekitar dinding rongga mulut atau gusi Anda. Ada baiknya, Anda melakukan pemeriksaan sekitar mulut atau biasa disebut biopsi secara rutin.

Biopsi adalah pemeriksaan dengan mengambil contoh sel plak pada mulut dan gusi untuk diteliti. Ini untuk mendeteksi apakah plak pada dinding rongga mulut ini termasuk jenis leukoplakia yang berbahaya atau tidak.

"Bila tidak ditemukan tanda-tanda keganasan leukoplakia, sebaiknya Anda tetap melakukan ohservasi rutin setiap tiga sampai enam bulan sekali," kata Tri Erri Astoeti, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, yang juga seorang dokter gigi.

Selain itu, observasi rutin juga perlu dilakukan untuk mendeteksi leukoplakia secara dini. Sebab, leukoplakia juga bisa timbul karena penyebab lain, di antaranya akibat pemasangan gigi palsu dan penambalan gigi berlubang yang tidak sempurna. "Jadi, jangan ragu melangkah ke dokter untuk pemeriksaan," kata Tri. (Herlina Kartika Dewi)





*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.

Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.

Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.

Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.

*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.

UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.

Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.

Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." An-Nisa: 29

Manfaat Rokok Hanyalah Sugesti dan Mitos

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Perokok berlindung dengan banyak alasan saat diminta berhenti merokok. Menurut mereka, merokok bisa meningkatkan daya pikir, kreativitas, menunjukkan kejantanan, dan menurunkan stres. Tetap merokok pun badan sepertinya juga masih sehat. Tapi, kebaikan rokok itu hanyalah mitos, sugesti, dan tak ada bukti ilmiahnya.

"Intinya, mereka sudah kecanduan rokok. Tanda-tanda penurunan kondisi badan dan penyakit sudah didapat, misalnya batuk-batuk, badan lesu, dan kena penyakit seperti darah tinggi, paru-paru, hingga diabetes. Tapi mereka tak mau berhenti merokok," ujar Kepala Dinas Kesehatan DIY Bondan Agus Suryanto, Kamis (12/11).

Yang memprihatinkan lagi, jumlah perokok terus meningkat dan perokok pemula semakin muda umurnya. Dari pengamatannya, banyak remaja perempuan yang sekarang juga merokok agar dianggap keren.





*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.

Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.

Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.

Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.

*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.

UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.

Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.

Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." An-Nisa: 29

Asap Rokok Bikin Bayi Sulit Bangun

KOMPAS.com - Para ibu hamil yang mengisap asap rokok atau bahkan merokok sendiri bisa menyebabkan bayi mereka kesulitan bangun saat berada di kandungan. Demikian penjelasan dari para ilmuwan Royal Children’s Hospital di Queensland, Australia.

"Gejala yang disebut Sudden Infant Death Syndrome ini bisa menyebabkan kematian pada bayi,” tutur Anne Chang, salah satu ilmuwan Royal Children dalam laporan yang disampaikannya dalam Journal Archives of Disease in Childhood tentang sindroma kematian bayi itu.

Sulitnya bayi menanggapi setiap rangsangan yang muncul dari luar, tampak pada saat bayi bangun dari tidurnya. Tidak hanya gerakan mata, reaksi fisik lain terlihat lambat dibanding bayi-bayi yang ibunya tidak mengisap rokok baik secara aktif maupun pasif.

Penelitian yang dilakukan Chang terhadap 20 bayi usia antara 8 sampai 12 minggu itu menunjukkan bahwa nikotin yang terkandung dalam tembakau itulah yang menyebabkan terganggunya sistem saraf. Karenanya, proses penerimaan rangsangan oleh bayi terhadap berubahnya kondisi di luar dirinya tampak lambat.





*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.

Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.

Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.

Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.

*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.

UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.

Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.

Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." An-Nisa: 29

WHO: Rokok Membunuh 5 Juta Orang Tiap Tahun

KOMPAS.com — Sudah jelas tembakau bukan sahabat kita. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataannya, Rabu(09/12/2009), menyatakan, setiap tahunnya 5 juta orang meninggal akibat rokok. Angka ini akan terus bertambah bila pemimpin negara belum punya kemauan melindungi rakyatnya dari bahaya rokok.

Dalam laporan terbaru mengenai penggunaan dan pengendalian tembakau, PBB mengatakan, hampir 95 persen dari populasi global tidak terlindungi oleh Undang-Undang Pelarangan Rokok. WHO juga menyebutkan, lebih dari 600.000 perokok pasif meninggal tiap tahunnya.

Laporan tersebut menyebutkan berbagai strategi yang bisa diambil oleh pembuat kebijakan di tiap negara untuk menekan jumlah perokok, misalnya meregulasi produksi, promosi, dan pemasaran rokok serta meningkatkan pajak produk rokok. Langkah-langkah itu termasuk dalam enam paket strategi yang dikeluarkan WHO tahun lalu, tetapi kurang dari 10 persen dari populasi dunia yang terlindungi dari bahaya rokok.

"Masyarakat butuh tindakan lebih, bukan hanya diberi tahu bahwa rokok berbahaya untuk kesehatan. Mereka butuh implentasi nyata dari WHO Framework Convention yang dilakukan oleh pemerintahnya masing-masing," kata Douglas Bettcher, Direktur WHO Tobacco-Free Initiative.

Saat ini tembakau adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah di dunia. WHO memperkirakan bila masih banyak negara yang tidak mengambil tindakan drastis, 8 miliar orang akan mati karena penyakit-penyakit yang berkaitan dengan tembakau pada 2030, terutama penduduk dari negara berkembang.

Sumber :AP





*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.

Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.

Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.

Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.

*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.

UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.

Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.

Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." An-Nisa: 29

Mengapa Rokok Bisa Membunuh

KOMPAS.com — Sudah tak terhitung penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak rokok terhadap kesehatan fisik dan emosi. Diperkirakan seperlima orang di dunia tiap tahun meninggal karena penyakti yang berkaitan dengan rokok.

Bila tidak sampai membunuh, paling tidak rokok akan mengurangi hak Anda untuk sehat lebih lama. Selain itu, rokok juga akan memperparah penyakit yang sedang Anda derita.

Penelitian menunjukkan, asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia, termasuk bermacam-macam racun dalam takaran sangat kecil. Pada setiap isapan, racun-racun ini akan masuk melalui paru-paru, kemudian meneruskannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Sebagian racun-racun ini dikenal sebagai radikal bebas.

Riset teranyar yang dilakukan para peneliti dari National Cheng Kung University di Taiwan menunjukkan, zat karsinogenik dalam rokok yang disebut NNK menyebabkan kanker paru.

"NKK membuat akumulasi protein yang disebut DNMT1 di dalam inti sel. Selanjutnya, DNMT1 akan membuat gen berubah menjadi sel-sel tumor," kata peneliti dalam laporan yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Investigation. Para peneliti juga menemukan tingginya kadar DNMT1 pada pasien kanker paru dengan diagnosis buruk.

Sementara itu, nikotin dalam asap tembakau menyebabkan kelenjar-kelenjar adrenal memproduksi hormon yang meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung sehingga jantung Anda bekerja lebih keras. Ini salah satu alasan mengapa perokok berisiko menderita serangan jantung dan stroke.

Merokok juga mengurangi kemampuan Anda untuk tetap bugar karena menghabiskan oksigen yang diperlukan untuk menyegarkan tubuh dan otak Anda.

Sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Inggris menemukan bahwa perokok yang tertular HIV dua kali lebih cepat mendapatkan serangan AIDS dibandingkan dengan bukan perokok.

Sumber :healthdaynews





*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.

Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.

Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.

Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.

*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.

UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.

Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.

Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." An-Nisa: 29

Apa Penyebab Darah Tinggi?

Kompas.com - Hampir semua gangguan medis diikuti dengan tanda dan gejala. Namun hal ini tidak berlaku untuk tekanan darah tinggi karena sebagian besar orang dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi tidak merasakan gejala sampai mereka mengukur tekanan darahnya.

Hipertensi adalah istilah untuk menunjukkan kondisi aliran darah pada arteri yang bertekanan terlalu tinggi. Tekanan darah dinyatakan tinggi jika tekanan sistolik konsisten pada angka 140 mm Hg atau lebih dan angka diastolik konsisten pada angka 90 mm Hg atau lebih.

Kondisi hipertensi tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyabab penyakit kardiovaskular. Penyebab hipertensi umumnya sulit ditentukan dan keadaan ini biasanya berhubungan dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Karena itu, hipertensi seperti ini disebut hipertensi esensial.
Akan tetapi ada beberapa faktor yang berpengaruh pada hipertensi, yakni:

- Faktor usia
- Merokok
- Kegemukan atau obesitas
- Kurang aktivitas fisik
- Terlalu banyak mengonsumsi garam
- Minum alkohol secara berlebihan
- Stres
- Kelainan pembuluh darah
- Adanya gangguan ginjal seperti gagal ginjal, penyempitan arteri ginjal, dan sebagainya.
- Masalah tiroid
- Preeklamsia, suatu komplikasi kehamilan.

Sumber :WebMD

Malas Bergerak Berisiko Hipertensi

Kompas.com — Kurangnya aktivitas fisik atau olahraga merupakan salah satu faktor utama terjadinya tekanan darah tinggi, terutama bila gaya hidup pasif itu dimulai sejak usia muda.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena tidak memiliki gejala tertentu. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan mati muda.

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Hypertension diketahui sepertiga dari kasus hipertensi bisa dicegah dengan meningkatkan aktivitas fisik. Penelitian itu dilakukan terhadap 4.618 pria dan wanita berusia 18-30 tahun yang menjalani riset jangka panjang mengenai penyakit kardiovaskular.

"Mereka yang secara fisik kurang aktif, baik berdasarkan jawaban wawancara maupun hasil tes treadmill, ternyata yang paling berisiko menderita hipertensi 20 tahun kemudian," kata ketua peneliti, Mercedes Carnethon, dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago, Amerika Serikat.

Olahraga secara teratur merupakan salah satu cara untuk menjaga tekanan darah berada dalam kadar yang normal. Para ahli merekomendasikan minimal 30 menit aktivitas fisik berskala menengah. Bila sejak muda hal ini sudah menjadi gaya hidup, sampai tua pun biasanya akan tetap aktif.

Kegiatan fisik penting untuk mengendalikan tekanan darah tinggi sebab membuat jantung lebih kuat. Jantung mampu memompa lebih banyak darah dengan lebih sedikit usaha. Makin ringan kerja jantung untuk memompa darah, makin sedikit tekanan terhadap arteri.

Sumber :Healthday News

Turunkan Hipertensi dengan Olahraga

Kompas.com - Hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke, sehingga sebaiknya diturunkan. Guna mencegah hipertensi, lakukan olahraga dan tentu saja menyantap makanan sehat. Cara ini juga berlaku bagi mereka yang sudah mengalami hipertensi.

Untuk memulai kebiasaan olahraga, bagi sebagian orang, memang bukan hal mudah. Dalam situs WebMD, dibeberkan sejumlah cara menarik agar olahraga menjadi aktivitas yang menyenangkan.

* Cari aktivitas menyenangkan Cari aktivitas yang bisa Anda nikmati selama 30 menit setiap harinya. Berkebun, naik tangga, berjalan kaki, atau bersepeda dengan anak bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan. Aktivitas tersebut juga akan menambah jatah olahraga Anda dan tentu saja bermanfaat bagi kesehatan jantung.

* Ikut klub kebugaran Untuk lebih aktif, sebenarnya Anda tak perlu harus terdaftar dalam sebuah pusat kebugaran. Kalau sulitkeluar rumah, Anda bisa membuat pusat kebugaran sendiri. Beli saja sejumlah alat untuk berlatih seperti barbel, bola voga. atau undakan. Pertimbangan untuk membeli treadmil atau sepeda stationer. Anda bisa menggunakannya sambil menonton televisi atau menunggu anak yang sedang tidur.

Namun, kalau Anda lebih senang berlatih di pusat kebugaran, segera daftar saja. Selain lebih fokus untuk berolahraga, para pelatih kebugaran di sana dapat mengajarkan cara penggunaan alat-alat dengan tepat guna menghindari terjadinya cedera.
* Berenang Ada sejumlah orang yang enggan berkeringat saat olahraga. Solusinya, berenang saja. Berenang selama 30 menit akan mengurangi jumlah sirkulasi adrenalin di dalam tubuh dan membuat pembuluh darah rileks. Berenang juga membantu menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.

* Lakukan 30 menit Kalau tekanan darah Anda naik secara moderat, jalan cepat 30 menit cukup untuk menjauhkan diri dari obat-obatan. Namun, bila Anda sudah mengonsumsi obat untuk mengatasi hipertensi, lakukan olahraga moderat selama 30 menit.

Olahraga setidaknya mampu meningkatkan denyut jantung, sehingga akan membantu pengobatan Anda bekerja lebih efektif. Bila tekanan darah Anda normal, aktif secara fisik akan membantu menjaganya tetap normal.

Kalau Anda belum pernah berolahraga sama sekali, sebaiknya lakukan secara perlahan guna mencegah terjadinya cedera. Setelah beberapa hari baru tingkatkan intensitasnya. Lakukan juga olahraga pembebanan atau resistensi untuk membantu menurunkan tekanan darah.

Jangan lupakan pemanasan dan pendinginan. Menurut American Heart Association, pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelahnya penting bagi orang dengan hipertensi.

Hentikan bila olahraga atau aktivitas yang dikerjakan membuat sakit. Kalau cuaca sedang panas, lakukan olahraga secara perlahan. Pilihan lainnya, berolahraga di tempat yang menggunakan penyejuk udara.

* Konsultasikan dengan dokter Diskusikan dengan dokter sebelum memulai aktivitas fisik. Hal ini terutama jika memiliki pula hidup kurang gerak (sedentari), berat badan berlebihan, atau memiliki risiko tinggi atas penyakit jantung atau penyakit kronis lainnya.

Waspadai Hipertensi pada Anak

Semarang, KOMPAS - Orangtua harus mewaspadai hipertensi atau tekanan darah tinggi yang terjadi pada anak sesegera mungkin. Hipertensi pada anak biasanya merupakan gejala dari penyakit yang sesungguhnya diderita anak.

”Hipertensi bahkan dapat menyerang bayi. Angka hipertensi pada anak-anak semakin meningkat, dari 1-3 persen menjadi 10 persen dari populasi anak,” kata dokter spesialis anak konsultan penyakit ginjal anak Rumah Sakit Telogorejo, Semarang, Rochmanadji Widajat, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (10/10).

Hipertensi pada anak, lanjut Rochmanadji, biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal, saraf pusat, jantung dan pembuluh darah, serta endokrin. Namun, hipertensi juga dapat tidak diketahui penyebabnya. Kasus seperti itu disebut hipertensi primer atau hipertensi esensial. ”Yang berbahaya ketika penyebab hipertensi tidak diketahui. Karena itu, orangtua sepatutnya senantiasa waspada dengan mengukur tekanan darah anaknya secara rutin,” katanya.

Sebelum kasus hipertensi pada anak tidak setinggi seperti sekarang ini, orangtua sangat jarang mengukur tekanan darah anak mereka. ”Sebab, hipertensi identik dengan orang dewasa, terutama mereka yang kelebihan berat badan,” kata Rochmanadji.
Pada anak-anak yang dirawat di RS Telogorejo, menurut Rochmanadji, dijumpai beberapa penyakit sistemik yang menyertai hipertensi. Penyakit-penyakit itu antara lain ginjal akut, ginjal kronik, tumor dan infeksi berat (penyakit saraf pusat), penyempitan pembuluh darah, serta diabetes melitus.

”Pada bayi, gejala hipertensi biasanya (berupa) rewel berkepanjangan. Beda dengan anak yang sudah besar. Gejala hipertensi, antara lain, berupa sakit kepala, gelisah, berdebar-debar, hingga sesak napas,” kata Rochmanadji.
Kasus hipertensi pada anak dapat berlangsung hingga mereka menginjak usia dewasa serta meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Karena itu, orangtua perlu mencegah risiko tersebut dengan mencegah anak yang sedang bertumbuh tidak kelebihan berat badan (obesitas). Waspada jika anak sering sakit demam (dengan atau tanpa gejala lain). Waspada bila anak sakit perut atau sakit pinggang berulang serta sakit saat buang air kecil. Selain itu, waspada pula saat mata anak terlihat sembab pada pagi hari. (UTI)

Atasi Segera Masalah Mendengkur pada Anak

Jakarta, Kompas - Henti napas saat tidur sering dialami anak yang mendengkur. Apabila tidak diatasi, gangguan tidur itu bisa mengganggu tumbuh kembang anak dan menimbulkan gangguan pada pembuluh darah.

Hal ini dipaparkan dokter spesialis anak Bambang Supriyatno dalam disertasinya untuk meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran Universitas Indonesia, Selasa (7/7) di Jakarta. Bambang meraih predikat cumlaude.

Mendengkur pada anak sering dianggap karena kelelahan. Padahal dengkuran dapat menjadi tanda terjadi sumbatan pada jalan napas saat tidur. Apabila tidak ditangani dengan baik, hal itu bisa menyebabkan komplikasi seperti hiperaktif, mengantuk di sekolah, dan gangguan pembuluh darah.

Bambang menjelaskan, mendengkur merupakan salah satu tanda berhenti napas saat tidur akibat ada obstruksi (obstructive sleep apnea syndrome/OSAS). Gejala klinis lain OSAS adalah kesulitan bernapas saat tidur, infeksi saluran napas berulang, gangguan konsentrasi, hiperaktif, mengantuk pada siang hari, dan bernapas lewat mulut.

Pada anak, tanda dan gejala OSAS lebih ringan dari orang dewasa sehingga diagnosisnya lebih sulit dan harus dipertegas dengan polisomnografi (PSG). Karena PSG butuh waktu, biaya mahal, dan belum tentu tersedia di fasilitas kesehatan, perlu metode lain sebagai uji tapis.

Dalam disertasinya, Bambang mendapat sistem penilaian pada remaja dini obesitas yang mendengkur. Anak dengan adenoid dan tonsil besar, obesitas, lingkar leher 34 sentimeter atau lebih, kemungkinan 97 persen akan terkena OSAS apabila tidak diet dan diangkat amandelnya.

Angka kejadian mendengkur pada anak 3,2 persen-12,1 persen. Pada anak dengan obesitas prevalensinya 30 persen atau lebih. Insiden tertinggi terjadi pada umur 3-6 tahun karena pada usia itu sering terjadi amandel (hipertrofi tonsil dan adenoid).
Gangguan tidur pada anak dengan obesitas disebabkan terjadi penyempitan saluran napas bagian atas akibat penimbunan jaringan lemak di dalam otot dan jaringan lunak di sekitar saluran napas, leher, dan rahang. (EVY)

Anak Gemuk Cenderung "Ngorok"

KOMPAS.com — Anak-anak dengan badan yang montok mungkin terlihat menggemaskan. Namun, ada gangguan kesehatan yang mengintai mereka, termasuk gangguan tidur. Dibanding anak yang bobot tubuhnya normal, anak yang kegemukan lebih sering mendengkur.

Tim peneliti dari Italia membandingkan 44 anak yang menderita habitual snoring (sering mendengkur) dengan 138 anak yang terkadang mendengkur (occasional snoring) dan 627 anak yang tidak pernah mendengkur. Dari semua responden, 64 anak termasuk obesitas, 121 kegemukan, dan 624 anak memiliki berat badan normal.

Insiden mendengkur pada anak yang obesitas 12,5 persen atau dua kali lebih tinggi dibanding anak yang kegemukan (5,8 persen) dan tiga kali lebih tinggi dibanding anak yang berat badannya normal (4,6 persen). Selain itu, anak yang obesitas juga berisiko dua kali lebih besar mengalami dengkur tingkat lanjut (obstructive sleep apnea) atau berhenti bernapas sejenak akibat jalan napas tersumbat.

Apabila tidak diatasi, henti napas dan mendengkur bisa mengganggu tumbuh kembang anak dan menimbulkan gangguan pada pembuluh darah. Pada anak, jika mendengkur tidak tertangani dengan baik, juga bisa membuat mereka mengantuk di sekolah dan hiperaktif.

Sumber :Healthday News

Asap Rokok Bikin Bayi Hipertensi

KOMPAS.com - Anda sedang hamil namun membandel tetap merokok? Ini adalah pertanda buruk bagi janin yang sedang Anda kandung. Selain mengganggu perkembangan saraf dan kecerdasan, studi terbaru menunjukkan tekanan darah bayi juga ikut terganggu.

Penelitian yang dilakukan peneliti senior dari Karolinska Institute, Stockhlom, menunjukkan bayi yang lahir dari ibu perokok memiliki masalah tekanan darah hingga mereka berusia satu tahun. "Gangguan tekanan darah ini bukannya menghilang namun terus memburuk seiring bertambahnya usia bayi," kata Gary Cohen, ketua peneliti.

Penelitian dilakukan dengan membandingkan balita dari ibu bukan perokok dengan balita yang ibunya merokok sampai 15 batang meski saat sedang hamil. Di usia satu minggu, dua persen bayi dari kelompok ibu perokok mengalami peningkatan tekanan darah dan 10 persennya di usia setahun.

Pola gangguan tekanan darah ini terjadi pada bayi berusia seminggu dan pada saat mereka berusia setahun. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu perokok juga mengalami gangguan denyut jantung. Gangguan-gangguan tersebut diyakini akan membawa masalah kesehatan jangka panjang. Demikian tulis Cohen dalam jurnal kesehatan Hypertension.

Cohen menjelaskan, asap rokok akan merusak struktur dan fungsi pembuluh darah, terutama endotel, lapisan pelindung pembuluh darah. Namun ia tidak bisa menjawab apakah kerusakan ini bersifat permanen. "Kami hanya mengamati gangguan ini selama 12 bulan, namun berencana untuk melakukan penelitian lanjutan," katanya.

Hasil penelitian para ahli dari Karolinska ini senada dengan hasil studi yang meneliti kesehatan bayi yang lahir dari ibu pengguna narkoba. "Bayi-bayi itu bisa mengalami gangguan sirkuit otak," kata Barry M.Lester, dokter anak dari Brown Medical School yang telah meneliti efek jangka panjang dari ibu hamil pengguna narkoba. "Para pengguna narkoba biasanya juga merokok," tambahnya.

"Efek asap rokok pada fungsi saraf janin mirip dengan efek kokain dan methaphetamin," kata Lester.

Berbagai hasil studi membuktikan gangguan kesehatan yang dialami janin terkait dengan produksi berlebihan hormon kortisol atau hormon stres yang berperan penting untuk mengatur tekanan darah dan sistem imun. Bila diproduksi berlebihan, kortisol bisa merusak sistem kekebalan tubuh sehingga bayi lebih rentan infeksi.

Asap rokok yang mengancam kesehatan janin bukan hanya berasal dari ibu yang merokok saat hamil tapi juga termasuk calon ayah yang kecanduan merokok sehingga janin menjadi perokok pasif.

Sumber :healthdaynews





*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.

Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.

Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.

Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.

*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.

UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.

Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.

Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." An-Nisa: 29

Anak Gemuk Terancam Hipertensi

Kompas.com — Orangtua sebaiknya mewaspadai kenaikan berat badan anak. Anak-anak yang menderita kegemukan dan obesitas berisiko menderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Sebagaimana diketahui, hipertensi bisa menimbulkan komplikasi di kemudian hari, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

"Dampak kegemukan pada tekanan darah tinggi berbeda-beda pada tiap anak tergantung pada kategori gemuknya," kata Wanzhu Tu, peneliti tentang hipertensi pada anak.

Ia menambahkan, sebenarnya cukup mudah mengurangi risiko hipertensi pada anak. "Turunkan berat badan anak sedikit saja sudah cukup mengendalikan tekanan darah," katanya.

Dalam penelitiannya, Tu dan timnya mengumpulkan data tekanan darah pada 1.113 anak. Para peneliti kemudian membandingkan indeks massa tubuh untuk menentukan kadar tekanan darah yang normal berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Para peneliti menemukan, penurunan BB pada anak yang tergolong kegemukan berpengaruh pada tekanan darahnya.

Para ahli mengingatkan, kegemukan dan obesitas pada anak-anak bukan cuma terkait dengan tekanan darah tinggi, melainkan juga kadar kolesterol yang tinggi, menurunnya resistensi insulin dan fungsi pembuluh darah yang tidak normal.

Hipertensi pada anak memang tidak diketahui penyebabnya. Karena itu, orangtua sepatutnya waspada dan mengukur tekanan darah anaknya secara rutin. Orangtua perlu mencegah anak kelebihan berat badan. Beberapa penelitian juga menemukan, hipertensi pada anak biasanya ditemukan pada anak yang menderita penyakit ginjal, saraf pusat, jantung, serta endokrin.

Sumber :Healthday News

Orangtua, Waspadai Mainan Anak Anda!

SEMARANG, SENIN - Maraknya mainan anak-anak buatan China dengan aneka warna yang menarik dan harganya relatif murah dijual di Indonesia perlu diwaspadai oleh masyarakat. Mainan tersebut banyak mengandung unsur timbal yang dapat mengganggu kesehatan anak-anak.

"Pada dasarnya unsur timbal banyak digunakan sebagai bahan pembuatan cat/pewarna pada mainan anak, seperti mobil-mobilan dan robot," kata Dra. Wahyuningsih, M.Si, pengajar Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Senin.

Ia mengatakan, timbal termasuk salah satu bahan logam yang berbahaya bagi kesehatan selain logam Merkuri. Unsur timbal yang terkandung pada mainan anak-anak buatan Cina sangat tinggi dan melewati ambang batas yang diizinkan untuk kesehatan manusia.

Itu sebab utama kenapa mainan anak-anak berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak. Sedangkan pada sandal produk China tidak begitu berbahaya, karena yang memakai orang dewasa, katanya.

"Kandungan timbal yang tinggi dapat menyebabkan keracunan kronik pada otak dan mengganggu sistem syaraf tubuh. Khususnya pada anak-anak, yang suka mengulum dan mencium mainan, unsur timbal ini dapat menyebabkan penyakit pernafasan dan pencernaan akut. Unsur timbal juga berisiko tinggi merusak kerja sistem metabolisme tubuh (ginjal, hati dll)," katanya.

Belum kuatnya peraturan baku standar kandungan logam pada mainan anak dan lemahnya pemerintah (Bea Cukai) membatasi impor barang tersebut membuat masalah ini semakin memprihatinkan. Padahal dibutuhkan keseriusan dari pemerintah guna meminimalisir peredaran mainan impor yang mengandung racun timbal.

Masuknya mainan, sandal, dan sepatu buatan China ke negeri Indonesia banyak diburu masyarakat karena harganya yang murah.

Menurut Budi, penjual sandal dan sepatu plastik buatan China di pasar Johar, lebih dari sepuluh pasang sandal setiap hari dengan harga Rp15.000,00 sampai Rp25.000,00 per pasang bisa dijualnya.

"Dulu ketika booming lebih laris lagi mas. Bisa sampai tiga puluh pasang tiap hari. Sandal sepatu ini banyak digemari oleh cewek-cewek ABG (anak baru gede) mas," jelasnya.

Penujal mainan yang lain bernama Roni di Pasar Johar juga mengaku untung berjualan mainan buatan China. "Harganya mulai Rp5.000,00 untuk satu unit mobil mainan plastik hingga lebih dari Rp50.000,00 untuk mobil mainan dengan remote control," katanya.

Menurut Mono, seorang importir di Semarang, negara Indonesia tidak bisa menghentikan impor mainan yang mengandung racun timbal dari China. Jika hal itu dilakukan, maka Pemerintah China akan membalas dengan menghentikan ekspor produk makanan dan hasil laut dari Indonesia. Imbasnya, para nelayan di seputar Laut Jawa bisa gulung tikar, katanya.

Sumber :Antara

Pentingnya Memilih Mainan Sesuai Usia Balita

KOMPAS.com - Meski sudah hati-hati menjaga buah hati, terkadang orangtua alpa membiarkan anak bermain dengan mainan yang berisiko tinggi. Memilihkan mainan untuk anak perlu melihat usianya, dan pastikan terdapat instruksi yang menjelaskan fungsinya. Jika tidak, balita bisa tak sengaja memasukkan mainan ke lubang hidung atau telinga, atau menelannya.

"Untuk usia anak di atas satu tahun, selalu pilih mainan balita sesuai standar. Pilih mainan dengan instruction by age yang tertera di boks mainan tersebut. Ini cara paling aman untuk memberikan mainan kepada balita," papar dr Phan Oto, dokter spesialis anak kepada Kompas Female, usai talkshow di pameran ibu dan bayi, beberapa waktu lalu.

Menurut dr Oto, memberikan mainan kepada balita perlu melihat kebutuhan anak. Untuk bayi yang baru lahir, tak perlu memberikan mainan tertentu karena pada usia ini bayi hanya mengenali warna hitam dan putih. Mulai usia tiga bulan, bayi mulai menyadari perbedaan warna, jadi berikan mainan yang sifatnya hanya mengenalkan warna.

"Bayi baru lahir belum memiliki sensor, yang dibutuhkannya hanyalah belaian dan berikan juga nyanyian," tambahnya.

Memasuki usia empat bulan, bayi sudah mulai bergerak dan memiliki sensor, namun masih harus distimulasi. Bayi semakin bergerak aktif pada usia delapan bulan. Memberikan mainan pada usia ini tak jadi soal asalkan orangtua lebih hati-hati menjaganya.

Jika anak sudah berusia satu tahun, berikan mainan yang berukuran besar agar tidak mudah masuk ke mulut atau anggota tubuh lainnya, kata dr Oto. Nah, jika usia anak sudah lebih dari satu tahun, orangtua perlu lebih teliti memilih mainan. Di antaranya dengan memperhatikan instruksi dalam mainan, apakah sesuai dengan usia balita Anda. Jika perlu, tanyakan kepada toko atau penjual mainan anak, untuk memastikan apakah mainan tersebut aman untuk usia anak Anda.

Mainan Tepat bisa Bangkitkan Kecerdasan Anak

KOMPAS.com - Para ahli perkembangan anak setuju, bahwa mainan anak yang tepat sesuai usianya bisa bantu anak lebih cerdas dan memaksimalkan perkembangan otaknya. Namun, pilihan mainan anak di luar sana sungguh sangat banyak. Membuat para orangtua kebingungan memilih mainan apa yang tepat untuk anak.

Sandra Gordon, penulis Consumer Reports Best Baby Products, mengatakan, bahwa kunci memilih mainan dan aktivitas yang tepat untuk melatih perkembangan otak anak adalah dengan memilih yang sesuai level perkembangan si anak itu sendiri. Ketika Anda memilih mainan yang tepat, berarti Anda berbicara dengan bahasa yang sama dengan si bayi.

Ia menyarankan untuk memilih mainaan yang sesuai dengan usia anak agar tidak membuatnya frustasi. Bayi, tertarik pada barang yang bergerak dan bersuara. Jadi, menggoyangkan mainan berbunyi atau kunci akan menstimulasi mereka. Semakin mereka beranjak dewasa, Gordon merekomendasikan mainan bertekstur yang bisa disentuh dan remas, seperti boneka lembut.

Berikut adalah mainan dan kebisaan anak sesuai tahapan perkembangannya dari situs WebMD:

Dari lahir hingga 4 bulan
Lakukan aktivitas:
* Membaca untuknya,
* Membuat mimik wajah yang berlainan,
* Mengelitikinya,
* Memindahkan obyek yang dilihat bayi perlahan-lahan,
* Menyanyikan lagu anak-anak dengan frase yang diulang,
* Menceritakan aktivitas Anda saat bersamanya. Misal; "Adik sudah mandi, sudah wangi. Sekarang Mama taburin minyak telon di perut Adik supaya hangat. Sekarang Mama mau kasih bedak di badan Adik supaya wangi."

Usia 4-6 bulan
* Bantu bayi untuk memeluk boneka binatang,
* Tumpuk barang-barang seperti blok plastik dan biarkan si kecil menjatuhkannya,
* Mainkan musik dengan ritme berbeda,
* Tunjukkan buku dengan warna-warni terang kepada si bayi,
* Biarkan si bayi mengenal barang dengan tekstur yang berbeda.

Usia 6-18 bulan
* Bicaralah dan berinteraksi berhadapan untuk meningkatkan koneksi antara suara dan kata-kata,
* Tunjuk orang-orang yang ia kenal dan sering lihat sambil mengulang namanya,
* Nyanyikan lagu-lagu dengan kalimat berulang serta gerakan tangan,
* Bermain petak umpet yang ringan, seperti menutup matanya atau menutup wajah Anda dan kejutkan ia dari balik kain dan sebagainya.

Usia 18-24 bulan
* Main tunjuk bendanya. Misal, "Mana mobil berwarna merah? Mana permen warna hijau?" Atau, Anda bisa memintanya mengambilkan barang yang ada dekatnya, misal, "Mama minta tolong diambilkan bedaknya, dong, Dik."
* Bicaralah langsung kepada si bayi secara langsung,
* Kenalkan si anak kepada alat-alat menulis, seperti krayon dan kertas,
* Tanyakan pertanyaan "dimana dan apa" saat membacakan dongeng untuk anak,
* Dorong anak untuk bermain mandiri dengan mainan favoritnya.

Usia 24-36 bulan
* Berikan pujian pada anak dan dorongan saat ia bermain untuk melatih kemampuan motoriknya,
* Dorong ia dengan memberitahunya cara lain dalam menggunakan mainannya,
* Bantu anak untuk melakukan kegiatan harian, seperti bermain bicara di telepon, mengendarai mobil, mengadakan acara minum teh,
* Saat membaca buku, ajak si anak untuk ikut dalam ceritanya dengan menanyakan pertanyaan berhubungan dengan cerita, tunjukkan kata-kata pada saat membaca pada anak, sambil membantunya mengenali arti kata itu sambil didemonstrasikan jika memungkinkan.

Usia 3-5 tahun
* Ajarkan untuk berbagi dengan contoh,
* Mainkan permainan papan untuk mengajarkan tentang peraturan dan keahlian,
* Batasi waktu menonton televisi menjadi 1-2 jam per hari dan menontonlah bersama si kecil untuk membuatnya menjadi acara yang interaktif,
* Saat si kecil makin mahir, tawarkan pilihan yang sederhana, misal, memilih mau membaca buku atau bermain puzzle,
* Batasi penggunaan kata "jangan" dan dorong ia untuk mengeksplorasi dan mendorong keingintahuannya,
* Berikan rasa hormat dan perhatian, serta tunjukkan kesabaran saat si kecil berusaha menjelaskan pengalamannya,
* Sisihkan waktu setiap hari bersama si kecil untuk mendiskusikan apa saja yang telah ia lalui hari itu, dan dorong si kecil untuk menjelaskan dan mengeksplorasi pengalaman barunya.

Sumber :WebMD

Pola Asuh Pengaruhi Kepribadian Anak

Kompas.com - Bila Anda tidak ingin memiliki anak dengan perilaku buruk, kuatkan hubungan emosi Anda dengan si buah hati. Penelitian menunjukkan, anak yang diasuh dalam rasa aman dan kedekatan emosi yang erat dengan ibunya akan tumbuh menjadi anak dengan perilaku baik.

Analisa yang dilakukan Dr Pasco Fearon dari School of Psychology dan Clinical Languge Sciences terhadap 69 studi yang melibatkan lebih dari 6000 anak pra remaja, menunjukkan kualitas hubungan anak, terutama anak laki-laki dengan ibunya di masa kecil berpengaruh kuat pada pembentukan perilaku anak.

Anak yang besar dalam perasaan tidak aman dan kurang mendapat motivasi dan dukungan dari orang yang mengasuhnya, akan tumbuh jadi anak yang "tak bermasalah". Sebaliknya, anak yang merasa tidak dicintai, ditolak, dan kurang didukung, menjadi anak berperilaku buruk.

"Yang menarik adalah pola pengasuhan di masa kecil akan berpengaruh besar pada pola kepribadian dan perilakunya saat mereka dewasa," kata Fearon.

Selain itu, orangtua perlu menyadari bahwa orangtua adalah model bagi anak-anaknya. Sikap orangtua akan direkam dalam ingatan anak. Sikap orangtua terhadap rumah, keluarga, dan orang lain, terekam dengan baik dalam memori anak. Oleh sebab itu, mulailah menjadi orangtua yang patut ditiru. Sikap yang santun, berempati dan menghargai orang lain akan menjadi teladan bagi anak.

Sekolah Bisa Jadi Sumber Stres Anak

KOMPAS.com - Di sekolah, guru adalah pengganti orangtua bagi anak. Selain itu, tujuan pendidikan sesungguhnya adalah membentuk anak menjadi pribadi yang antara lain cerdas secara intelektual dan emosional. Kenyataannya, guru dan aturan sekolah seringkali menjadi sumber stres anak. Inilah contoh dan solusinya:

Terlalu banyak PR
Solusi: PR banyak tidak akan menimbulkan stres jika ada jadwal rutin untuk mengerjakannya. Orangtua harus membantu anak mengatur prioritas jadwal rutinnya di rumah. Lakukan kerjasama dengan pihak sekolah, diskusikan dengan guru bagaimana menciptakan PR dalam bentuk lain yang dapat dilakukan sambil bermain.

Ulangan/tes
Solusi: Seperti halnya PR, mengulang pelajaran di rumah sebaiknya dilakukan setiap hari. Dengan begitu, kapan pun ulangan diadakan, anak sudah siap. Namun, kalau soal tes memang dirasa sulit atau diluar kemampuan anak di tingkat yang sama, ayah ibu bersama orangtua yang lain bisa membicarakan ini dengan guru.

Dihukum/dipermalukan guru
Solusi: Bicaralah dengan pihak sekolah mengenai perasaan anak akibat dihukum atau dipermalukan guru di hadapan teman-temannya. Sebaiknya memang guru memberikan teguran lisan secara individual kepada anak yang melakukan kekeliruan. Ini penting supaya anak tetap merasa berharga kendati ia baru melakukan kesalahan.

Guru diperbolehkan memberikan sanksi sesuai aturan, tetapi guru tak boleh mengolok-olok anak didiknya. Olok-olok akan membuat anak merasa terhina tanpa dapat mengimbanginya, karena yang melakukan adalah pihak yang memiliki otoritas atas dirinya.

Harus tampil di depan kelas
Solusi: Jadikan acara presentasi ide dan hasil pekerjaan, juga mengerjakan soal di papan tulis, sebagai bagian dari kegiatan belajar. Sikap guru yang kooperatif, penuh penghargaan, dan ramah sangat membantu memupuk rasa percaya diri anak. Di rumah, orangtua bisa mengajak anak bermain peran yang mengharuskannya tampil di muka. Libatkan penghuni rumah lain sebagai pendengar.

Sekolah pagi
Solusi: Ciri-ciri anak yang mengalami stres karena harus bangun pagi antara lain mengeluh sakit di pagi hari, rewel, mengamuk, dan mogok sekolah. Atasi dengan memajukan jadwal tidurnya. Bangunkan anak secara bertahap dengan musik, cerita lucu atau suara binatang yang mampu menarik perhatiannya untuk bangun.

Ingatkan si kecil pada hal-hal menyenangkan yang akan dihadapi di hari itu, apakah teman-temannya, gurunya, atau bekal sekolahnya yang enak. Kalimat, "Ayo bangun! Kalau tidak, nanti kamu terlambat lo!" seringkali malah tidak efektif karena isi pesannya tidak menyenangkan. (Nakita/Uttiek)

Jangan Biarkan Anak Stres!

JAKARTA, KOMPAS.com — Spontan, ceria, tidak punya beban, dan jauh dari stres! Bila kecewa atau sedih, ia akan menangis sebentar dan segera pulih kegembiraannya. Itulah dunia anak-anak menurut pandangan orang dewasa. Pandangan itu melekat di benak orangtua dan menganggap stres hanya milik orang dewasa. Simak tanda-tanda anak Anda stres.

Lestari, ibu dari dua anak berusia 16 tahun dan 8 tahun, sangat kagum pada dunia anak bungsunya, Tommy. Ia begitu spontan, ceria, penuh eksperimen, dan banyak canda. Lestari sering menikmati kegembiraan anaknya itu.

Kadang timbul keinginan Lestari untuk menggoda Tommy berbarengan dengan rasa ingin tahunya mengenai perasaan si anak. “Enak ya… jadi Tommy? Bisa asyik bermain dan ketawa-ketawa terus?”

Itu kalimat yang tak jarang dilontarkan Lestari kepada Tommy. Biasanya Tommy akan menjawab dengan lucu, “Iya dong. Ibu mau jadi Tommy? Boleh! Nanti Ibu …,” dan seterusnya.

Lestari berpikir, Tommy selalu ceria karena segala kebutuhannya terpuaskan: kasih sayang, rasa aman, makanan kesukaan, mainan, dan sebagainya. Kepuasan mengembang di hati Lestari. Ia membayangkan anaknya akan terus tumbuh sehat dan bebas tekanan karena ia dan suami mengerti dan selalu memenuhi kebutuhan anaknya.

Tekanan psikologis mungkin dialami beberapa anak tertentu, tapi bukan pada anaknya. Dia cenderung berpikir, anak-anak sekarang memang lebih beruntung: bukan zamannya lagi orangtua otoriter seperti dulu sehingga anak bebas stres.

Perubahan keadaan
Meski demikian, ternyata keadaan tidak berjalan seperti dibayangkan Lestari. Suatu saat, hampir satu bulan Tommy kehilangan nafsu makan. Usaha pun sudah dilakukan. Tommy selalu dibujuk dengan makanan-makanan kesukaan serta diberi vitamin dan penambah nafsu makan. Namun, tetap tidak ada hasil.

Tommy menjadi sangat kurus dan tampak pucat bila pulang sekolah. Prestasi sekolahnya sangat menyedihkan: turun hingga di bawah rata-rata kelas. Lestari berpikir, mungkin pokok persoalannya adalah penambahan jam belajar di sekolah (di kelas 3 SD ini lebih dari 6 jam, setelah sebelumnya hanya belajar tidak lebih dari 3 jam), ditambah perjalanan ke dan dari sekolah cukup jauh, mengakibatkan kekacauan jam makan.

Setelah lebih jauh menyimak perubahan pada Tommy, Lestari menemukan bahwa si anak yang sebenarnya cenderung manja kepadanya menjadi lebih mudah marah kepada ibunya. Keadaan semakin jelas ketika beberapa kali menjelang tidur Tommy gelisah dan menanyakan ayahnya yang sudah hampir dua minggu di luar kota. Lestari sendiri sudah lebih dari sebulan di luar kota selama dua hari dalam seminggu untuk urusan studi, di samping tetap sibuk dengan pekerjaannya.

Rupanya Tommy banyak kehilangan kesempatan merasakan nyamannya keluarga berkumpul secara utuh yang sebelumnya selalu ia rasakan. Terlebih semua itu terjadi setelah berturut-turut ia juga kehilangan dua burung kesayangannya: si burung hantu mati dan si betet terbang setelah diganggu temannya.

Kedua peristiwa itu sangat menyentuh perasaan Tommy. Ia berurai air mata menangisi dua peristiwa itu dengan wajah disembunyikan, tidak ingin diketahui orang lain. Dalam percakapan, tampak ia tetap lekat dengan burung itu.

Kekecewaan itu tak terobati selama ayahnya di luar kota. Sang ayahlah yang menanamkan kesayangannya kepada binatang. Ia tak dapat berharap dari ibunya, yang kurang peduli kepada binatang peliharaan, untuk mendapatkan burung pengganti sehingga ia cenderung marah kepada ibunya. Ibu yang merupakan sumber kelekatan akhirnya sekaligus menjadi “sumber” kemarahannya.

Akhirnya Lestari memahami situasi yang dihadapi anaknya. Ternyata anaknya mengalami stres akibat berbagai perubahan, di sekolah dan di rumah. Sungguh hal yang tak terbayang sebelumnya.

Mengenal stres
Stres merupakan respons terhadap berbagai faktor atau situasi yang menciptakan emosi negatif, perubahan fisik, juga kombinasi perubahan fisik dan emosi. Ini merupakan kondisi yang tidak menyenangkan yang dapat dialami baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.

Dalam keadaan tertentu, stres justru dapat menjadi motivator. Misalnya, ketika takut gagal ujian, kita justru terdorong untuk belajar secara maksimal. Namun, stres yang berat bagaimanapun akan mengganggu kehidupan, aktivitas, dan kesehatan.

Semua orang memiliki respons alami terhadap stres yang merupakan bentuk pertahanan hidup (survival). Anak-anak juga memiliki cara tersendiri dalam menghadapi stres. Mereka belajar merespons stres dengan pengalaman dan hasil pengamatannya. Ada yang menjadi agresif, ada yang berperilaku serampangan, ada pula yang menarik diri dari pergaulan.

Penyebab dan gejala
Stres pada anak sering kali disebabkan hal-hal yang dianggap sepele oleh orangtua. Lestari, misalnya, menganggap kehilangan burung hanya soal kecil. Demikian pula kepergian orangtua untuk bertugas, rasanya hal biasa, bisa diganti dengan komunikasi via telepon, toh masih ada kakak, kakek-nenek, dan pembantu. Ternyata ini merupakan persoalan besar bagi Tommy, yang meskipun bisa ceria, memiliki perasaan sensitif.

Respons anak-anak terhadap situasi tertentu dapat berbeda-beda. Ada situasi yang dianggap menegangkan bagi anak yang satu, tapi tidak untuk anak lain. Meski demikian, stres pada anak biasanya disebabkan oleh:
- Situasi baru yang terasa asing atau tak terduga.
- Harapan-harapan yang tidak pasti terpenuhinya.
- Antisipasi terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan (sakit dan sebagainya).
- Ketakutan akan gagal (prestasi belajar ataupun dalam pergaulan).
- Memasuki tahap penting dalam kehidupan (meninggalkan TK masuk SD, dan sebagainya).

Ketika mengalami stres, anak-anak mungkin tidak mengetahui dirinya mengalami stres. Oleh sebab itu, orangtua diharapkan waspada terhadap kemungkinan anak-anaknya mengalami stres serius, yang dapat dikenali dari gejala-gejala seperti:

- Gejala fisik: sakit kepala, sakit perut atau mulas-mulas, gangguan tidur, mimpi buruk, mengompol, bicara gagap, hilangnya nafsu makan atau perubahan lain dalam kebiasaan makan, dan gejala fisik lain tanpa sakit fisik.

- Gejala emosional atau perilaku: cemas, gelisah, tidak bisa rileks, takut sesuatu (takut gelap, takut sendirian, takut orang asing, dan sebagainya), gangguan konsentrasi belajar, menempel terus pada orangtua atau pengganti orangtua, marah, menangis, rewel, tidak dapat mengendalikan emosi, perilaku agresif, keras kepala, regresi (kembali berperilaku seperti masa kecil), tidak berkeinginan untuk berpartisipasi dalam aktivitas keluarga atau sekolah. @

MM Nilam Widyarini

Pola Asuh Ibu Pengaruhi Stres Anak

Kompas.com - Pola asuh orangtua sangat memengaruhi kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan oleh ibu yang memiliki sikap positif dan toleran cenderung akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan lebih mampu mengatasi stres dalam hidupnya.

Para ahli sejak lama telah mengetahui banyak hal yang diwariskan orangtua pada anaknya. Selain bakat dan kecerdasan, secara genetik anak-anak juga akan mendapatkan kebiasaan, penyakit, dan juga stres. Ya, stres dan depresi memang bisa menurun pada anak.

Namun, selain genetik pola asuh (nurture) berperan cukup besar dalam membentuk kepribadian anak. Hal itu terbukti dalam penelitian yang muat dalam jurnal Developmental Psychology. Para ahli menemukan bayi yang terlahir dari ibu yang depresi namun diadopsi dan dibesarkan oleh ibu yang responsif pada emosi anak, akan tumbuh menjadi anak yang lebih anteng dan jarang rewel.

Sebaliknya dengan anak-anak yang memiliki ibu angkat yang kurang responsif (jarang memberi feedback positif atau tak ada saat anak butuh dukungan) cenderung lebih rewel.

"Anak mungkin mewarisi depresi yang dialami orangtuanya. Namun bakat tersebut tidak akan berkembang bila anak dibesarkan dalam lingkungan yang positif serta ibu yang responsif pada kebutuhan anak," kata Misaki Natsuaki, psikolog dari Universitas California, yang melakukan studi ini.

Pola pengasuhan yang responsif juga akan membuat anak lebih pandai mengelola emosinya sehingga anak mampu mengendalikan perasaannya sehingga emosinya tidak meledak-ledak.

Sumber :LiveScience

Belajar Dari Pola Pengasuhan Anak di Jepang

Di sebuah shopping arcade di pusat kota Kyoto, saat sedang menikmati segelas cappucino sambil mengamati orang berbelanja, tiba-tiba saya dikejutkan suara keras tangisan anak kecil. Rupanya ada gadis kecil berumur 4 tahunan tersandung dan jatuh. Lututnya berdarah. Kami heran ketika melihat respons ibunya yang hanya berdiri sambil mengulurkan tangan ke arah gadis kecilnya tanpa ada kemauan untuk segera meraih anaknya. Cukup lama. Beberapa menit adegan ini berlangsung. Si ibu tetap sabar dan keras hati untuk menunggu anaknya menyelesaikan sendiri rasa shock dan sakitnya. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya si gadis kecil mulai berusaha berdiri lagi, dan dengan bantuan kecil tangan ibunya dia kembali berdiri. Masih sambil terisak-isak ia pun berjalan lagi.

Dalam benak saya waktu itu, kok tak punya hati ibu si gadis kecil ini? Tega membiarkan anaknya dalam kondisi kesakitan. Ingatan langsung terbang ke Indonesia. Jika kejadian yang sama terjadi di Kota Jakarta ataupun Yogyakarta, saya yakin si ibu pasti akan langsung meraih dan menggendong untuk menenangkan anaknya.

Dari adegan itu, bisa kita bayangkan perbedaan cara pengasuhan anak Jepang dan anak Indonesia. Dari pengamatan saya selama hampir setahun tinggal di Jepang, anak Jepang cenderung dibiasakan dari kecil untuk mengatasi berbagai kesulitan sendiri, sementara anak Indonesia selalu disediakan asisten untuk mengatasi kesulitannya. Babysitter atau pembantu rumah tangga pun tidak ada dalam kebiasaan keluarga-keluarga di Jepang. Sebaliknya di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan lain-lain kehadiran mereka wajib ada sebagai asisten keluarga maupun sebagai asisten anak-anaknya.

Dalam sebuah studi perbandingan yang dilakukan oleh Heine, Takata dan Lehman pada tahun 2000 yang melibatkan responden dari mahasiswa Jepang dan mahasiswa Kanada dinyatakan bahwa mahasiswa Jepang lebih tidak peduli dengan inteligensi dibandingkan orang Kanada. Hal ini disebabkan orang Jepang lebih menghargai prestasi didasarkan pada usaha keras daripada berdasarkan kemampuan inteligensi. Artinya, bagi orang Jepang kemauan untuk menderita dan berusaha keras menjadi nilai yang lebih penting daripada kemampuan dasar manusia seperti inteligensi.

Dalam keseharian dengan mudah kita dapat menyaksikan mereka selalu berjalan dalam ketergesaan karena takut kehilangan banyak waktu, disiplin dan selalu bekerja keras. Suasana kompetitif dan kemauan untuk menjadi yang lebih baik (yang terbaik) sangat menonjol. Studi ini juga menemukan bahwa orang Jepang memiliki budaya kritik diri yang tinggi, mereka selalu mencari apa yang masih kurang di dalam dirinya. Untuk kemudian mereka akan segera memperbaiki diri.

Lain lagi Indonesia, yang saat ini terjebak dalam kesalahan umum di mana hasil akhir menjadi segala-galanya. Hasil akhir lebih dihargai dibandingkan usaha keras. Tengok saja kompetisi yang terjadi dari anak usia sekolah tingkat SD hingga perguruan tinggi untuk mendapatkan nilai kelulusan yang tinggi. Guru, orang tua maupun masyarakat umum selalu menekan anak untuk mendapatkan nilai kelulusan yang tinggi, sehingga mereka pun menghalalkan segala cara. Kita baca di koran polisi menangkap para guru karena berlaku curang dalam ujian nasional, sementara di tempat lain orang tua membeli soal ujian, siswa menyontek dan lain sebagainya.

Pola pengasuhan ini, pada gilirannya pasti berperan besar dalam pembentukan karakter anak dalam perkembangan berikutnya. Oleh karenanya, memberi kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk mengembangkan semua potensinya adalah satu prinsip dasar dari satu pola pengasuhan yang sangat baik bagi pembentukan karakter anak. Orang tua, asisten, atau pun orang yang lebih dewasa jangan mengambil alih tanggung jawab anak.

Sebagai contoh, beri kesempatan pada anak untuk belajar makan secara benar dengan tangannya sendiri sejak dia mampu memegang sendok. Jangan diambil alih hanya karena alasan akan membuat kotor. Atau beri kesempatan pada anak untuk menghadapi dunia sekolah pertama kali tanpa banyak intervensi dari pengasuh maupun orang tua. Memberi rasa aman pada anak memang penting jika diberikan pada saat yang tepat. Tetapi menunggui anak selama dia belajar di sekolah adalah pemberian rasa aman yang tidak perlu. Momen ini adalah momen penting bagi anak untuk belajar menghadapi dunia di luar rumah tanpa bantuan langsung orang-orang di sekitarnya.

Pengalaman anak merasa mampu menghadapi persoalan dengan kemampuannya sendiri akan menumbuhkan kepercayaan diri. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya membatasi diri hanya menjadi partner diskusi yang membantu anak menemukan berbagai kemungkinan solusi. Orang tua kadang harus berteguh hati membiarkan anak mengalami rasa sakit, menderita, dan rasa tertekan dalam isi dan porsi yang tepat, karena hal itu akan sangat baik untuk perkembangan mental anak.

Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan hidup dan tidak mudah menyerah. Hargai anak bukan dari hasil akhirnya melainkan dari proses perjuangannya. Anak perlu diberi pembelajaran (dan juga orang tua perlu belajar) untuk bisa menikmati dan menghargai proses, meskipun proses seringkali tidak nyaman.

Dr. Christina Siwi Handayani

Mengasuh Anak dengan "Fun Learning"

KOMPAS.com - Setiap keluarga punya karakter khas dan unik. Karenanya, pola pengasuhan dalam keluarga tidak bisa dipukul rata. Meski begitu, cobalah amati, sejauhmana pola asuh membuat anggota keluarga Anda tumbuh dengan manusiawi. Artinya, semua anggota keluarga secara alami mengalami proses bertumbuh tanpa ada satu pun tahapan hidup yang terlewati.

Ermalen Dewita, pendiri Yayasan Cerdas Merdeka, Pendidikan Perempuan & Anak, mengedepankan metode fun learning dalam pendidikan anak berbasis karakter untuk usia 2 - 6 tahun.

Menurut ibu dari tiga anak yang akrab dipanggil Dewi ini, metode belajar dengan cara menyenangkan membuat anak belajar banyak hal termasuk problem solving.

"Fun learning adalah ketika anak belajar dengan cara mereka namun tetap ada aturan main, tetapi bukan dengan cara interfensi, melainkan dengan cara membangun," papar Dewi kepada Kompas Female.

Metode ini juga ditularkan kepada para orangtua untuk diterapkan dalam pola pengasuhan di rumah. Karena menurut Dewi, jika di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Cerdas anak-anak dibiasakan dengan pembelajaran menyenangkan, namun di rumah masih dengan cara formal yang tidak membangun, maka jiwa mereka tidak akan terbangun.

Pola pengasuhan di rumah pun semestinya mengedepankan pembentukan karakter. Artinya orangtua mengurangi intervensi terhadap anak. Bahasa sederhananya, tidak mendidik anak dengan menggunakan persepsinya sebagai orang dewasa.

"Karakter anak tidak tergali dengan baik ketika banyak hambatan seperti intervensi, bentakan, kekerasan, hingga pukulan. Sebaliknya seseorang bisa berkembang lebih ketika ada dukungan, kasih sayang, dan perhatian dari orangtuanya," papar Dewi.

Metode parenting dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian utama merupakan kebalikan dari metode formal yang membuat imajinasi anak tidak berkembang karena dikebiri lantaran intervensi orangtuanya.
Dewi menjelaskan, bentuk interfensi di antaranya anak selalu diarahkan, dipaksa, ditekan, dihukum, dilabelkan, dengan persepsi orangtua.

Contohnya, apa yang Anda lakukan ketika melihat anak asyik main sendiri dengan mainan tentara di tangannya, dan tak hentinya berlari ke sana kemari?

"Orangtua yang menerapkan metode formal umumnya akan menggunakan persepsinya, kemudian menyuruh anak menghentikan aktivitasnya. Lain halnya ketika orangtua memperhatikan dan saat jeda, bertanya tanpa memaksa kepada si anak tentang aktivitasnya. Orangtua bisa mengetahui bahwa saat itulah imajinasinya sedang berkembang dengan
mainannya, si anak tengah menggali jiwanya," jelas Dewi, menekankan imajinasi anak terpenggal ketika orangtua mengintervensi dengan menyuruhnya diam.

Dengan pola pembentukan karakter terhadap anak, atau berorientasi pada kebutuhan anak, orangtua dapat menggali potensi anak, membantu anak mengeksplorasi dirinya, membangun keberanian diri, dan tidak dihantui rasa takut salah, membebaskan anak menggali rasa ingin tahunya, mengembangkan imajinasinya, membantu proses tumbuh-kembangnya, membangun kemandiriannya, dan menumbuhkan motivasi dirinya.

"Dengan begitu, anak akan bertumbuh dengan bangunan jiwa yang kuat dan permanen. Kesadaran diri akan tumbuh dengan sendirinya, termasuk dalam belajar, jadi orangtua tak perlu menyuruh anak belajar tiap datang waktunya belajar, karena anak sudah sadar akan tanggungjawabnya, dalam hal ini untuk belajar," tukas Dewi.

Menyimak Pola Asuh Anak di Negara Lain

KOMPAS.com — Setiap bangsa punya cara unik dan khas dalam hal pengasuhan anak karena memang pola asuh anak erat kaitannya dengan budaya setempat. Psikolog sosial Susan Newman, PhD, penulis buku The Case for the Only Child, mengatakan, setiap pola asuh yang dipengaruhi oleh budaya masing-masing bangsa punya sisi positif dan negatif.

Orangtua berkebangsaan China yang membesarkan anaknya di Amerika, bagaimanapun, akan dipengaruhi latar belakang budaya masyarakat China. Sebuah esai di Wall Street Journal menuliskan pola pengasuhan keluarga China cenderung keras tetapi tetap menunjukkan cintanya. Mentalitas masyarakat China yang pantang menyerah juga terlihat dalam pola asuh. Penulis esai tersebut mengatakan, orangtua tidak akan sungkan memberikan hukuman jika anaknya mendapatkan nilai A minus. Mereka cenderung menggembleng anak-anak dengan keras. Tujuannya agar anak berusaha sekuat tenaga mencapai hasil maksimal. Saat anak menunjukkan sikap tidak menghargai orangtua, anak-anak harus bersiap menerima omelan atau kritik tajam dari orangtuanya.
Ini adalah mentalitas masyarakat China yang diterapkan dalam pola asuh anak di mana pun mereka berada. Berbeda lagi dengan pola asuh keluarga di Amerika yang dikenal sangat terbuka. Tentunya setiap keluarga punya hak prerogatif untuk memberlakukan pola asuh terhadap anak. Namun, tidak ada salahnya mengenali baik-buruknya pola asuh sebagai pembelajaran.

Sebagai contoh, pola asuh di keluarga Amerika terbagi menjadi tiga kategori permisif, kekuasaan, menuntut perhatian. Masing-masing pola asuh ini punya sisi positif dan negatif. Namun, masih ada cara untuk menyeimbangkan kedua sisi ini.

Bersikap permisif
Positifnya, sikap permisif dalam merawat anak menumbuhkan penghargaan atas diri sehingga bisa membentuk rasa percaya diri anak. Anak menjadi lebih berani mencoba hal baru.

"Orangtua biasanya terlibat dalam diskusi terutama saat anak sedang berargumentasi mengenai suatu hal," kata Newman menggambarkan bagaimana orangtua bersikap permisif terhadap anak-anaknya. Membangun komunikasi terbuka justru membuat anak tahu mana yang baik dan benar, dan tidak menerka dengan pikirannya saja.

Negatifnya, orangtua cenderung sulit bilang tidak kepada anak-anak. "Orangtua di Amerika secara membudaya tak bisa bilang tidak," kata Newman. Hal ini tentunya tidak terjadi pada semua orangtua dengan pola asuh ala Amerika. Namun, sebagian besar dari mereka mengalami hal ini.

Sikap permisif membuat orangtua menjadi defensif dalam rangka melindungi anaknya. Saat anak gagal dalam tes di sekolah, sangat mudah bagi orangtua menyalahkan pihak lain, menyalahkan guru yang tidak berkualitas atau menganggap hasil tes tidak adil. Orangtua tidak menyadari bahwa anak perlu mengalami kegagalan untuk tahu caranya belajar menjadi sukses.

Solusinya, menurut Newman, tidak salah bersikap permisif, tetapi batasi pada situasi tertentu saja. Karena jika tidak, anak-anak akan memanfaatkan kesempatan untuk mengelabui Anda dengan sikap permisif tersebut. Tambahkan sikap permisif dengan memberikan motivasi kepada anak. Newman mencontohkan, tanyakan anak ada mengenai etos kerjanya, dan apa yang mendorongnya melakukan sesuatu. Anak juga memerlukan arahan tegas dari Anda.

Menunjukkan orangtua berkuasa
Positifnya, orangtua bisa memosisikan diri sebagai pihak yang patut didengar dan dihargai. Dengan menunjukkan siapa yang berkuasa, Anda sedang mengajarkan anak bahwa orangtua berkuasa dan bisa menolak, memerintah, bilang tidak atas permintaan yang berlebihan, termasuk juga mendapatkan penghargaan dari anak-anak.

Negatifnya, tidak semua anak bisa memiliki kemampuan dan kekuatan dalam menerima sikap orangtua yang tegas, kata Newman. Anda bisa memarahi dan bersikap tegas kepada anak untuk menunjukkan orangtua berkuasa. Namun, hanya lakukan sikap seperti ini saat memang anak sudah melampaui batas.

Solusinya, kenali lebih jauh karakter anak Anda. Sayangnya, banyak orangtua menyepelekan hal ini, kata Newman. Orangtua perlu mengenali mengapa anak malas, bukan lantas langsung memarahinya sesuka hati. Anda bisa bersikap keras dan tegas saat mengetahui anak-anak tidak menunjukkan usahanya untuk lebih baik lagi. Namun, Anda juga perlu memberikan dukungan dan motivasi saat anak-anak kesulitan menjalani sesuatu dengan hasil maksimal.

Bersikap menuntut dan terlalu berharap
Positifnya, menggantungkan harapan atau bahkan tuntutan kepada anak untuk memenuhi keinginan Anda boleh jadi membuahkan hasil maksimal. Namun, ini terjadi hanya jika anak merespons gaya pengasuhan seperti ini dengan positif. Umumnya, pola pengasuhan yang terlalu banyak menuntut anak ini menimbulkan masalah orangtua-anak, kata Newman.

Negatifnya, sikap orangtua yang terlalu menuntut anak, menggantungkan semua harapan kepada anak, hanya akan berujung pada masalah. Saat anak gagal dan tidak mampu memenuhi harapan orangtua, mereka yang berbudaya Timur akan marah dan memberikan sebutan tak mengenakkan kepada anaknya, seperti anak tak berguna, sampah. Lain lagi dengan orangtua dari budaya Barat. Mereka cenderung akan bersikap kasar yang sifatnya kekerasan fisik, seperti memukul, kata Newman.

Solusinya, orangtua perlu membangun kembali pola pikirnya. Caranya, menyeimbangkan ketegasan dengan kelembutan hati. Orangtua perlu tahu kapan harus bersikap lembut, tetapi berani bilang tidak, bersikap tegas, dengan tetap mengenali kebutuhan dan kemampuan anak menjalani berbagai tuntutan dalam dirinya.

Sumber :SELF

Terapkan Pola Asuh Sesuai Karakter Anak

Kompas.com - Setiap ibu tentu ingin memiliki hubungan emosional yang dekat dengan buah hatinya. Salah satu cara untuk meningkatkan bonding adalah mempraktikkan gaya asuh yang sesuai dengan karakter anak.

"Dalam mengasuh anak-anaknya, terkadang ibu memberi stimulasi dan pendekatan yang belum tentu sesuai dengan kondisi anak. Para ibu juga banyak yang belum tahu gaya asuh mereka sendiri," kata Efnie Indrianie, M.Psi, psikologi anak dalam acara peluncuran Analisa Sidik Jari Cerdas Frisian Flag di Jakarta beberapa waktu lalu.

Irene F Mongkar, seorang pemerhati anak, mengatakan, karena ketidaktahuan para orangtua akan karakter anak, sering timbul kesalahpahaman dalam berkomunikasi yang bisa memicu rasa marah orangtua. "Banyak orangtua yang merasa kesulitan dalam proses adjustment dengan anaknya karena mereka tidak tahu tipe kepribadian masing-masing," katanya.

Analisa sidik jari (fingerprint test) menurut Efnie menjadi alternatif untuk mengetahui potensi dan karakter seseorang. "Analisis sidik jari bisa dipakai untuk mengetahui peta kerja otak yang berkaitan dengan potensi, karakter serta gaya belajar," kata psikolog dari lembaga PsychoBiometric Research ini.

Ia menambahkan bahwa metode analisa tersebut tidak diposisikan sebagai alat ukur yang bersifat mutlak. "Ini bukanlah alat tes psikologi seperti tes IQ," imbuhnya.

Sampai saat ini metode analisis sidik jari terus berkembang sehingga tidak ada metode yang bersifat baku dan final. Itu sebabnya Frisian Flag tahun ini kembali mengadakan analisa sidik jari kepada konsumennya dengan menambahkan beberapa penilaian.

"Tahun lalu hanya aspek gaya belajar dan soft skill-nya saja yang dilihat, tapi sekarang kami mencoba melihat potensi bakat dan tipe eksplorasi anak. Selain itu gaya asuh ibu juga bisa dilihat melalui analisa sidik jari ini. Jadi bukan cuma si anak yang dites, ibunya juga," kata Efnie.

Novita Angie, presenter yang juga ibu dua anak ini mengaku mendapatkan manfaat dari analisa sidik jari yang sudah dilakukannya, terutama ketika menghadapi anak-anaknya.

"Hasil tes anak sulung saya, Jeremy menunjukkan kalau ia termasuk anak yang termasuk tipe visual. Sehingga kalau ingin menyampaikan sesuatu padanya saya harus sambil menatap matanya. Kalau saya hanya mengomel atau bicara sambil teriak percuma karena tidak ada omongan saya yang masuk ke kupingnya," kata Angie.

"Over" Kasih Sayang, Anak Berisiko Obesitas

JAKARTA, KOMPAS.com – Fenomena anak kelebihan berat badan dan obesitas saat ini sepertinya sudah menjadi permasalahan yang cukup serius. Hal ini umumnya terjadi pada mereka yang berasal dari keluarga yang secara ekonomi sangat berkecukupan. Kesalahan pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor pemicunya.

Menurut Dr. Tirta Prawita Sari MSc, Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi, salah satu bentuk pola asuh yang mengacaukan gizi anak adalah pola asuh yang over kasih sayang, sehingga memberikan makanan apa saja yang diinginkan oleh anak.

“Anak makan apa saja dalam jumlah berlebihan sehingga jadi over nutrisi yang sekarang ini menjadi permasalahan. Jadi yang dibutuhkan disini adalah pola asuh ibu,” ujar Tirta, Sabtu, (16/7/2011) di Jakarta.

Kasih sayang berlebih lanjut Tirta, akan memposisikan si anak menjadi raja kecil di keluarga. Bila ini terus berlanjut, maka pada akhirnya anak yang akan lebih banyak menentukan, bukan lagi orang tua. Padalah dalam hal-hal tertentu, seperti misalnya memilih makanan, keputusan bukan berada di anak tetapi di tangan orang tua.

“Karena kalau anak tidak suka lalu diturutin, lama-lama anak akan dibiarkan memilih apa yang dia suka. Apa yang dipilih oleh anak belum tentu baik. Orang tua harus menunjukkan bahwa dia pemimpin dalam keluarga,” imbuhnya.

Tirta menambahkan, berdasarkan sebuah penelitian bertajuk Nutrition Behaviour, kejadian obesitas banyak terjadi karena perilaku orang tua yang terlalu sering makan di luar rumah. Orang tua (ayah) yang sering makan di luar, umumnya anaknya akan mengalami risiko obesitas, dibandingkan mereka yang ayah-nya sering makan dirumah.

Tirta berharap kepada para orang tua khususnya, supaya memberikan panutan dan contoh yang benar untuk anak-anak mereka dalam hal memilih makanan. Jangan terlalu memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih makanan.

“Mari kita kembalikan anak-anak kita kekeluarga. Anak diberikan makan oleh kerluarga bukan oleh restoran pinggir jalan dan cepat saji,” tandasnya.

Anak Berperilaku Buruk? Salahkan Pola Asuh

Kompas.com - Perilaku agresif terkadang lazim ditemui pada balita, namun jika perilaku tersebut masih bertahan sampai ia bersekolah TK atau SD bisa jadi ada yang salah dengan pola asuh ibunya.

Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul. Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda.

Menurut teori, balita berusia 4 tahun lebih bisa dikendalikan dibanding balita usia 2 tahun, dan anak berusia 6 tahun berperilaku lebih baik dibanding rata-rata anak usia 4 tahun.

Namun pada kenyataannya ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun.

"Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas 1 sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber.

Padahal, literatur menyatakan anak yang agresif, seperti suka memukul atau melempar benda saat tantrum, cenderung bermasalah di sekolah, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak.
Dalam penelitian yang dilakukan Lorber terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bayi usia 3 bulan pun sudah bisa meniru. Jika sejak bayi si ibu bersikap kurang sabar atau suka mengomel, besar kemungkinan bayinya akan tumbuh menjadi anak berperilaku buruk.

Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh sekelilingnya, seperti tayangan televisi atau video games. Namun, Lorber menjelaskan bahwa pola asuh bukan faktor tunggal dalam pembentukan perilaku anak karena ada juga pengaruh faktor genetik.
Walau begitu, ia menyarankan agar orangtua memberi contoh perilaku yang baik pada anaknya. "Mulailah sedini mungkin. Menjadi orangtua yang sensitif dan merespon kebutuhan sosial dan emosional anak sangatlah penting," katanya.

Sumber :The Times

Friday, October 28, 2011

Bahaya Flouride!


Fakta Ilmiah di Efek Biologis Fluorida

1. Fluorida paparan mengganggu sintesis kolagen tibodyd menyebabkan kerusakan kolagen pada tulang, tendon, otot, kulit, tulang rawan, paru-paru, ginjal dan trakea.

AK Susheela dan Mohan Jha, "Pengaruh Komposisi Fluorida pada tulang kortikal dan cancellous," IRCS Ilmu Kesehatan: Perpustakaan Kompendium, Vol. 9, No.11, hal 1021-1022 (1981); YD Sharma, "Pengaruh Sodium Fluoride di Kolagen Palang-Link Prekursor," Surat Toksikologi, Vol. 10, hal 97-100 (1982); AK Susheela dan D. Mukerjee, "Fluoride keracunan dan Pengaruh Biosintesis kolagen dari Jaringan osseus dan Nonosseous," Riset Eropa Toksikologi, Vol. 3, No.2, hal 99-104 (1981); YD Sharma, "Variasi dalam Metabolisme dan Pematangan dari Kolagen setelah Pemakanan Fluorida," Biochemica et Biophysica Acta, Vol. 715, hlm 137-141 (1982); Marian Drozdz et al, "Studi Pengaruh Metabolisme Senyawa Fluorida pada Jaringan ikat di Tikus Tumbuh" dan "Pengaruh Sodium Fluoride Dengan dan Tanpa Paparan Simultan untuk Hidrogen Fluorida pada Metabolisme Kolagen. , "Journal of Medicine Toksikologi, Vol. 4, hlm 151-157 (1984).
2. Fluorida merangsang pembentukan granul dan konsumsi oksigen dalam sel darah putih, tetapi menghambat proses ini ketika sel darah putih ditantang oleh agen asing dalam darah.

Robert A. Clark, "neutrofil Reaksi Iodintion Diinduksi oleh Fluorida: Implikasi untuk degranulasi dan Aktivasi Metabolik," Darah, Vol. 57, hlm 913-921 (1981).

3. Fluorida menghabiskannya cadangan energi dan kemampuan sel darah putih untuk benar menghancurkan agen-agen asing oleh proses fagositosis. Sebagai sedikit sebagai fluorida 0,2 ppm merangsang produksi superoksida dalam beristirahat sel darah putih, hampir menghapuskan fagositosis. Bahkan mikro-molar jumlah fluoride, di bawah 1 ppm, serius dapat menekan kemampuan sel darah putih untuk menghancurkan agen patogen.

John Curnette, et al, "Fluoride-dimediasi Aktivasi Burst Pernafasan di Neutrofil Manusia," Journal of Clinical Investigation, Vol. 63, hlm 637-647 (1979); WL Gabler dan PA Leong,, "Fluoride Penghambatan Leukosit Polymorphonumclear," Journal of Dental Research, Vol.. 48, No 9, hal 1933-1939 (1979); WL Gabler, et al, "Pengaruh Fluoride pada Kinetika Generasi Dismutase oleh Fluorida," Journal of Dental Research, Vol.. 64, hal 281 (1985); SEBAGAI Kozlyuk, et al, "Status kekebalan Anak di Lingkungan Kimia Terkontaminasi," Zdravookhranenie, Edisi 3, hlm 6-9 (1987).

4. Fluorida membingungkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan untuk menyerang jaringan tubuh sendiri, dan meningkatkan tingkat pertumbuhan tumor pada individu kanker rawan.

Alfred Taylor dan Nell C. Taylor, "Pengaruh Sodium Fluoride pada Pertumbuhan Tumor," Prosiding Society for Experimental Biology dan Kedokteran, Vol. 119, hal 252 (1965); Shiela Gibson, "Pengaruh Fluorida pada Fungsi Sistem kekebalan," Pelengkap Medical Research, Vol. 6, hlm 111-113 (1992); Petrus Wilkinson, "Penghambatan Sistem Imun Dengan Tingkat rendah Fluorida," Kesaksian sebelum Pengadilan Tinggi Skotlandia di Edinburgh pada Kasus McColl vs Strathclyde Daerah Dewan, hlm 17723 - 18150, 19328-19492, dan Bukti 636, (1982); DW Allman dan M. Benac, "Pengaruh Garam anorganik fluoride pada Urine dan Konsentrasi siklik AMP dalam Vivo," Journal of Dental Research, Vol. 55 (Tambahan B), hal 523 (1976); S. Jaouni dan DW Allman, "Pengaruh Sodium Fluoride dan Aluminium pada adenilat siklase dan Kegiatan phosphodiesterase," Journal of Dental Research, Vol. 64, hal 201 (1985)

5. Fluorida menghambat pembentukan antibodi dalam darah.

SK Jain dan AK Susheela, "Pengaruh Sodium Fluoride tentang Pembentukan antibodi dalam Kelinci," Penelitian Lingkungan, Vol. 44, hlm 117-125 (1987)

6. Fluorida menekan aktivitas tiroid.

Viktor Gorlitzer Von Mundy, "Pengaruh Fluorin dan Iodine pada Metabolisme itu, Terutama pada kelenjar tiroid," Muenchener Medicische Wochenschrift, Vol. 105, hlm 182-186 (1963); A. Benagiano, "Pengaruh Sodium Fluoride pada Enzim dan Metabolisme Basal Tiroid di Tikus," Annali Di Stomatologia, Vol. 14, hlm 601-619 (1965);. Donald Hillman, et al, "Hypothyroidism dan Anemia Terkait dengan Fluorida di Sapi Perah," Journal of Dairy Science, Vol. 62, No.3, hal ,416-423 (1979); V. Mencuri dan J. Podoba, "Pengaruh Fluoride pada Hormon tiroid biogenesis," Alam, Vol. 188, No 4753, hlm 855-856 (1960); Pierre Galleti dan Gustave Joyet, "Pengaruh Metabolisme Fluor pada tiroid Yodium dan Hipertiroidisme," Journal of Clinical Endokrinologi dan Metabolisme, Vol. 18, hal 1102-1110 (1958)

7. Fluorida memiliki efek mengganggu pada berbagai jaringan dalam tubuh.

T. Takamorim "Perubahan Hati Tikus Albino Tumbuh di Fed pada Isi Bervariasi dari Fluorin," The Toksikologi dari Fluorin Simposium, Bern, Swiss, Oktober 1962, hlm 125-129; Vilber AO Bello dan Hillel J. Gitelman, Fluorida "Tinggi Paparan pada Pasien Hemodialisis, "American Journal of Kidney Diseases, Vol. 15, hlm 320-324 (1990); Y. Yoshisa, "Studi Eksperimental pada Keracunan kronis Fluorin," Jurnal Kesehatan Industri Jepang, Vol. 1, hlm 683-690 (1959)

8. Fluorida mempromosikan perkembangan kanker tulang.

JK Mauer, et al, "Dua-Tahun Cacinogenicity studi Dari Fluorida Natrium Pada Tikus," Journal of National Cancer Institute, Vol.. 82, hal 1118-1126 (1990); Proctor and Gamble "Karsinogenik Studi dengan Natrium Fluorida di Tikus" Institut Nasional Ilmu Kesehatan Environmenrtal Presentasi, 27 Juli, 1985;. TGR Hrudley et al, "Fluoridasi Air Minum dan Osteosarkoma," Kanada Journal of Public Health, Vol. 81, hlm 415-416 (1990); PD Cohn, "Sebuah Laporan singkat tentang Asosiasi Fluoridasi Air Minum dan Insiden Osteosarkoma di Pria Muda," New Jersey Departemen Kesehatan, Trenton, New Jersey, November 1992; MC Mahoney et al,. "Tulang Harga Kejadian Kanker di New York," American Journal of Public Health, Vol. 81, hlm 81, 475 (1991); Irwin Herskowitz dan Isabel Norton, "Peningkatan Insiden Tumor melanotik Setelah Pengobatan dengan Natrium Fluorida," Genetika Vol. 48, hlm 307-310 (1963); JA Disney, et al,. "Sebuah Studi Kasus Pengujian Kebijaksanaan konvensional: Sekolah Berbasis Mulut Fluorida Bilas Program di Amerika Serikat," Komunitas Gigi dan Mulut Epidemiologi, Vol. 18, hal 46-56 (1990); DJ Newell, "? Fluoridasi Supplies Air dan Kanker - Sebuah Asosiasi," Statistik Terapan, Vol. 26, No 2, hlm 125-135 (1977)

9. Fluorida menyebabkan penuaan dini pada tubuh manusia.

Nicholas Leone, et al, "Aspek Medis dari Fluoride berlebihan dalam Pasokan Air,". Laporan Kesehatan Masyarakat, Vol. 69, hlm 925-936 (1954); David J. Erikson, "Mortalitas Kota Terpilih dengan Kebutuhan air fluoride dan Non-fluoride," New England Journal of Medicine, Vol. 298, hlm 1112-1116 (1978); "Mana Orang Desa Apakah Lama Sebelum Waktunya," Stern Magazine, Vol. 30, hlm 107-108, 111-112 (1978)

10. Fluorida konsumsi dari bilasan mulut dan pasta gigi pada anak-anak sangat berbahaya bagi perkembangan biologis, rentang hidup dan kesehatan umum.

Yngve Ericsson dan Britta Forsman, "Saldo Fluoride Dari larutan kumur dan pasta gigi Pada Anak Prasekolah," Karies Penelitian, Vol. 3, hal 290-299 (1969); WL Augenstein, et al,. "Fluoride tertelan Pada Anak: Sebuah Tinjauan Dari 87 Kasus," Pediatrics, Vol. 88, hal 907-912, (1991); Charles Wax, "Laporan Lapangan Investigasi," Negara Bagian Maryland Departemen Kesehatan dan Kesehatan Mental, 19 Maret 1980, 67 halaman; George Waldbott, "Misa Kemabukan dari Over-Fluoridasi di Minum Air, "Toksikologi Klinik, Vol. 18, No.5, hlm 531-541 (1981)

Fakta lain

Isi tabung pasta gigi ukuran keluarga fluoride cukup untuk membunuh seorang anak pon 25.

Pada tahun 1991, Akron (Ohio) Pusat Regional Poison melaporkan bahwa "kematian telah dilaporkan menelan berikut 16mg/kg fluoride Hanya 1 / 10 dari satu ons fluorida bisa membunuh orang dewasa 100 pon.. Menurut Center," fluorida pasta gigi berisi hingga 1mg/gram fluoride. "Bahkan Proctor and Gamble, pembuat Crest, mengakui bahwa tabung ukuran keluarga" secara teoritis mengandung fluoride cukup untuk membunuh anak kecil. "

Fluorida telah digunakan untuk memodifikasi perilaku dan suasana hati manusia.

Ini adalah sedikit fakta bahwa senyawa fluoride yang ditambahkan ke air minum para tahanan agar mereka tetap patuh dan menghambat mempertanyakan otoritas, baik di kamp-kamp penjara Nazi dalam Perang Dunia II dan di gulag Soviet di Siberia.

Fluorida secara medis dikategorikan sebagai racun bersifat protoplasma, yang mengapa mereka digunakan untuk membunuh tikus.

The September 18, 1943 edisi Journal of American Medical Association, menyatakan, "fluor adalah racun bersifat protoplasma umum, mengubah permeabilitas membran sel dengan menghambat enzim tertentu Mekanisme yang tepat dari tindakan tersebut jelas.."

Fluorida konsumsi oleh manusia meningkatkan tingkat kanker kematian umum.

Pada tahun 1975 Dr John Yiamouyiannis menerbitkan sebuah survei awal yang menunjukkan bahwa masyarakat di daerah fluoride memiliki tingkat kanker kematian lebih tinggi dibandingkan non-fluoride daerah. National Cancer Institute berusaha menyangkal studi. Kemudian pada tahun 1975 Yiamouyiannis bergabung dengan Dean Burk Dr, kimia kepala National Cancer Institute (1939-1974) dalam melakukan penelitian lain yang kemudian dimasukkan dalam Congressional Record oleh Kongres Delaney, yang merupakan penulis asli dari Amandemen Delaney, yang dilarang penambahan zat penyebab kanker pada makanan digunakan untuk konsumsi manusia. Kedua laporan membenarkan adanya hubungan antara fluoridasi dan kanker. (Catatan: Jelas Dr Burk merasa bebas untuk setuju dengan kebenaran ilmiah hanya setelah masa jabatannya di National Cancer Institute berakhir, karena pekerjaannya tergantung pada penarik garis partai).

Fluorida memiliki efek sedikit atau tidak ada pada pencegahan pembusukan pada manusia.

Pada tahun 1990 Dr John Colquhoun dipaksa memasuki pensiun awal di Selandia Baru setelah ia melakukan penelitian pada 60.000 anak sekolah dan tidak menemukan perbedaan kerusakan gigi antara daerah fluoride dan unfluoridated. Dia tambahan menemukan bahwa sejumlah besar anak-anak di daerah fluoride menderita fluorosis gigi. Dia membuat publik studi.

Tidak ada data ilmiah yang menunjukkan bahwa larutan kumur fluoride dan tablet aman untuk digunakan manusia.

Pada tahun 1989 sebuah studi oleh Hildebolt, et al. pada 6.000 anak-anak sekolah yang diduga bertentangan manfaat dari penggunaan natrium fluorida. Sebuah studi 1990 oleh Dr John Yiamouyiannis pada 39.000 anak sekolah yang diduga bertentangan manfaat dari penggunaan natrium fluorida. Pada tahun 1992 Michael Perrone, seorang asisten legislatif di New Jersey, menghubungi FDA meminta semua informasi tentang keamanan dan efektivitas tablet fluoride dan tetes. Setelah 6 bulan mengulur-ulur, FDA mengakui bahwa mereka tidak memiliki data untuk menunjukkan bahwa fluoride tablet atau tetes entah aman atau efektif. Mereka memberitahu Perrone bahwa mereka akan "mungkin harus menarik tablet dan tetes dari pasar."

Fakta bahwa fluoride pasta gigi dan bilasan mulut berbasis sekolah dikemas dalam aluminium menonjolkan efek pada tubuh.

Pada tahun 1976, Dr D. Allman dan rekan kerja dari Indiana University School of Medicine makan hewan 1 bagian per juta (ppm) fluoride dan menemukan bahwa di hadapan aluminium, dalam konsentrasi sekecil 20 bagian per miliar, fluoride dapat menyebabkan peningkatan yang lebih besar di tingkat AMP siklik. AMP siklik menghambat laju migrasi sel darah putih, serta kemampuan sel darah putih untuk menghancurkan patogen (penyebab penyakit) organisme. Referensi: Journal of Dental Research, Vol. 55, Sup B, hal 523, 1976, "Pengaruh Garam anorganik fluoride pada Urine dan Jaringan siklik AMP dalam Vivo Konsentrasi". (Catatan: Tidak ada kecelakaan kecil bahwa pasta gigi yang mengandung fluoride tabung sering dibuat dari aluminium)

"Fluoridasi adalah kasus penipuan ilmiah terbesar abad ini"

Robert Carlton, Ph.D., mantan ilmuwan EPA AS di Perusahaan Broadcast "Marketplace" Kanada, 24 November 1992

"Mengenai fluoridasi, EPA harus bertindak segera untuk melindungi masyarakat, bukan hanya pada data kanker, tetapi pada bukti patah tulang, radang sendi, Mutagenisitas dan efek lainnya"

William Marcus, Ph D., senior EPA toksikologi, Aksi Terselubung, Fall 1992, hal 66

OLEH Kesehatan Alam dan Sumber Daya Pusat Panjang Umur
Semua-Natural.com

Catatan:

Flouride dipergunakan sebagai bahan Pembuat nuklir.