Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini memiliki beberapa nama. Nama-nama itu penting untuk diketahui agar Ramadhan kali ini akan memberikan makna yang berarti. Tahukah Anda nama-nama bulan Ramadhan yang lain.
Jika dilihat dari fungsinya, syahru (bulan) Ramadhan memiliki beberapa nama, antara lain sebagai berikut:
1. Syahrul Qur’an, yaitu bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an. Bahkan sebagian besar ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan pada bulan yang mulia ini. Hal ini berdasarkan pada firman-Nya: Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
2. Syahrush Shiyam, yaitu bulan diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang beriman. Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala (kepada Allah), maka diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Syahrut Tilawah, yaitu bulan untuk memperbanyak tilawah Al-Qur’an. Ibnu Abbas ra. meriwayatkan: Rasulullah SAW adalah orang yang paling pemurah terlebih-lebih dalam bulan Ramadhan, bulan di mana beliau selalu ditemui Jibril. Jibril menemui beliau setiap malam bulan Ramadhan untuk bertadarus Al-Qur’an. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4. Syahrur Rahmah, yaitu bulan ketika Allah SWT lebih banyak melimpahkan rahmat-Nya. Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah SAW bersabda, Pada bulan Ramadhan umatku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada seorang Nabi pun sebelumku.
Pertama, apabila tiba awal malam Ramadhan, Allah ‘Azza wa Jalla memandang mereka, dan barangsiapa yang dipandang oleh Allah, maka selamanya Allah tidak akan mengadzabnya.
Kedua, bau mulut mereka pada sore hari di sisi Allah lebih harum daripada aroma minyak misik/kasturi.
Ketiga, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka setiap siang dan malam hari.
Keempat, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kepada surga-Nya dengan berfirman kepadanya: “Bersiap-siaplah dan hiasilah dirimu untuk hamba-hamba-Ku. Kamu sekalian telah dekat dengan saat beristirahat dari keletihan hidup di dunia dan kembali ke kampung-Ku dan rahmat-Ku”.
Kelima, apabila telah tiba akhir malam (Ramadhan), Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka semua. Seseorang dari kaum (sahabat) bertanya, “Apakah itu pada saat Lailatul Qadar, wahai Rasulallah?” Beliau bersabda, Tidak! Tidakkah engkau melihat para pekerja yang terus bekerja, jika mereka itu beristirahat dari kerjanya, mereka tetap memperoleh gaji? (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, dan Al-Bazzar)
5. Syahrun Najah, yaitu bulan dibebaskannya dari adzab api neraka. Rasulullah SAW bersabda, Tiada seorang hamba pun yang berpuasa satu hari di jalan Allah, melainkan dengan puasa satu hari itu Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh tahun perjalanan. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6. Syahrush Shabri, yaitu bulan untuk mendidik, melatih, dan menempa pribadi muslim agar selalu bersifat sabar. Yakni, bersabar dalam menunaikan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan, dan sabar ketika ditimpa musibah, supaya dirinya menjadi orang yang beruntung. Sebagaimana firman-Nya: Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (QS. Fushshilat [] : 34-35)
7. Syahrul Muwasah, yaitu bulan untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang berhajat atau memerlukan pertolongan. Jadikan Ramadhan sebagai sarana saling tolong menolong dalam kebaikan.
8.Syahrul Jud, yaitu bulan untuk meraih keikhlasan dengan cara memperbanyak sedekah, memberi bantuan kepada fakir miskin, menginfakkan sebagian harta dan telah dikaruniakan Allah kepadanya, dan lainnya. Dalam sebuah hadits disebutkan: Rasulullah SAW adalah orang yang paling pemurah terlebih-lebih dalam bulan Ramadhan, bulan di mana beliau selalu ditemui Jibril. Jibril menemui beliau setiap malam bulan Ramadhan untuk bertadarus Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah SAW ketika ditemui oleh Jibril beliau lebih pemurah dengan kebaikan melebihi angin yang kencang. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
9. Syahrul Huda, yaitu bulan turunnya petunjuk.
10. Syahrul Fath, yaitu bulan kemenangan.
11. Syahrul Ibadah, yaitu bulan untuk memperbanyak amaliah ibadah.
12. Syahrul Jihad, yaitu bulan untuk berjihad melawan hawa nafsu.
13. Syahrul Ghufran, yaitu bulan penuh ampunan. Wallahu ‘alam. (Baihaqi Nu’man)
Showing posts with label ramadhan. Show all posts
Showing posts with label ramadhan. Show all posts
Thursday, December 8, 2011
Akar Kata Ramadhan
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Jika kita simak pada ayat tersebut terdapat kata ramadhan. Secara etimologi, ramadhan berasal dari kata ra-mi-dha yang merupakan fi’il madhi. Kata ini berarti “panas” atau “panas yang menyengat”. Kata ini berkembang sebagaimana biasa terjadi dalam struktur bahasa Arab dan bisa diartikan “menjadi panas, atau sangat panas”, atau dimaknai “hampir membakar”. Dalam kamus Al-Munjid, ramidha atau ramdha’ memiliki makna syadid al-har (“sangat panas”, “terik”).
Jika orang Arab mengatakan qad ramidha yaumuna, maka itu berarti “hari telah menjadi sangat panas”.
Tampaknya, keagungan bulan ini tidak digemakan dari makna kebahasaannya saja, akan tetapi juga pada makna substantifnya. Nama Ramadhan selain menunjukkan kondisi alam yang ada di lingkungan sahara Arab yang terbiasa berhias terik dan panas, juga melambangkan sebuah tantangan dahsyat bagi para pelaksana ibadah puasa (ash-shaimun). Selain itu, dari namanya, ada sebagian ulama yang harus menginterpretasi kata ramadhan dengan huruf per huruf yang semuanya memiliki makna.
Ar-Ramadhu juga bisa diartikan “batu yang panas karena panas teriknya matahari” sebagaimana terdapat dalam kitab Matn Al-Lughah. Ibnu Manzhur mengatakan: "Ramadhan adalah salah satu nama bulan yang telah dikenal". Ibnu Duraid menambahkan: "Ketika orang-orang mengadopsi nama-nama bulan dari bahasa kuno secara sima'i dengan zaman (masa) yang ada dalam bulan itu, maka bulan Ramadhan bertepatan dengan masa panas terik, lalu dinamakanlah dengan Ramadhan.
Ada pula yang mengatakan diadopsi dari ramadha ash-sha’im (panasnya orang yang puasa) ketika tenggorakannya panas karena sangat haus. Al-Fairuz Abadi menambahkan bahwa bulan Ramadhan dinamakan demikian karena ia membakar dosa-dosa.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Ramadhan itu adalah salah satu nama Allah SWT. Dalam hal ini kalau melihat dari ayat tersebut di atas tidaklah mungkin diartikan nama Allah, karena pendapat ini memang lemah dan tidak memiliki argumentasi literal.
Itulah uraian singkat dari pengertian istilah Ramadhan diambil dari kalimat ramidha-yarmadhu, yang berarti “panas atau keringnya mulut dikarenakan rasa haus”. Keterangan tentang kata Ramadhan ini disampaikan pula oleh Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar-Razi (w. 721 H) dalam kamus Mukhtarush Shihhah dan Muhammad bin Mukarram bin Mandzur Al-Mashri (630-711 H), yang terkenal dengan sebutan Ibnu Mandzur, dalam karya monumentalnya, Lisanul ‘Arab.
Menurut Quraish Shihab, ramadhan terambil dari akar kata yang berarti “membakar” atau “mengasah”. Dinamai demikian karena pada bulan ini dosa-dosa manusia pupus, habis terbakar, akibat kesadaran dan amal salehnya. Atau karena bulan tersebut dijadikan waktu untuk mengasah dan mengasuh jiwa manusia.
Kata ramadhan terdiri dari lima huruf. Pertama, ra yang berarti rahmah (kasih sayang). Kedua, mim, yaitu maghfirah (ampunan). Ketiga, dha, yang bermakna dhaman lil jannah (jaminan surga). Keempat, alif yang berarti aman min an-nar (selamat dari neraka). Kelima, nun, yang berarti nur min al-Allah (cahaya dari Allah).
Mengapa Ramadhan begitu mulia? Jawabannya adalah karena di dalamnya terdapat ibadah puasa. Ibadah yang berlandaskan legitimasi kitab suci yang pernah ada bagi seluruh umat beragama. Dalam Islam, ibadah puasa telah diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an serta dipertegas oleh Nabi SAW melalui sunnahnya.
Mudah-mudahan dengan kita memahami makna kata ramadhan secara komprehensif akan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa sebagaimana tujuan inti dari disyariatkannya puasa kepada kaum muslimin. Wallahu a’lam bishshawab. (Baihaqi Nu’man)
Jika kita simak pada ayat tersebut terdapat kata ramadhan. Secara etimologi, ramadhan berasal dari kata ra-mi-dha yang merupakan fi’il madhi. Kata ini berarti “panas” atau “panas yang menyengat”. Kata ini berkembang sebagaimana biasa terjadi dalam struktur bahasa Arab dan bisa diartikan “menjadi panas, atau sangat panas”, atau dimaknai “hampir membakar”. Dalam kamus Al-Munjid, ramidha atau ramdha’ memiliki makna syadid al-har (“sangat panas”, “terik”).
Jika orang Arab mengatakan qad ramidha yaumuna, maka itu berarti “hari telah menjadi sangat panas”.
Tampaknya, keagungan bulan ini tidak digemakan dari makna kebahasaannya saja, akan tetapi juga pada makna substantifnya. Nama Ramadhan selain menunjukkan kondisi alam yang ada di lingkungan sahara Arab yang terbiasa berhias terik dan panas, juga melambangkan sebuah tantangan dahsyat bagi para pelaksana ibadah puasa (ash-shaimun). Selain itu, dari namanya, ada sebagian ulama yang harus menginterpretasi kata ramadhan dengan huruf per huruf yang semuanya memiliki makna.
Ar-Ramadhu juga bisa diartikan “batu yang panas karena panas teriknya matahari” sebagaimana terdapat dalam kitab Matn Al-Lughah. Ibnu Manzhur mengatakan: "Ramadhan adalah salah satu nama bulan yang telah dikenal". Ibnu Duraid menambahkan: "Ketika orang-orang mengadopsi nama-nama bulan dari bahasa kuno secara sima'i dengan zaman (masa) yang ada dalam bulan itu, maka bulan Ramadhan bertepatan dengan masa panas terik, lalu dinamakanlah dengan Ramadhan.
Ada pula yang mengatakan diadopsi dari ramadha ash-sha’im (panasnya orang yang puasa) ketika tenggorakannya panas karena sangat haus. Al-Fairuz Abadi menambahkan bahwa bulan Ramadhan dinamakan demikian karena ia membakar dosa-dosa.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Ramadhan itu adalah salah satu nama Allah SWT. Dalam hal ini kalau melihat dari ayat tersebut di atas tidaklah mungkin diartikan nama Allah, karena pendapat ini memang lemah dan tidak memiliki argumentasi literal.
Itulah uraian singkat dari pengertian istilah Ramadhan diambil dari kalimat ramidha-yarmadhu, yang berarti “panas atau keringnya mulut dikarenakan rasa haus”. Keterangan tentang kata Ramadhan ini disampaikan pula oleh Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar-Razi (w. 721 H) dalam kamus Mukhtarush Shihhah dan Muhammad bin Mukarram bin Mandzur Al-Mashri (630-711 H), yang terkenal dengan sebutan Ibnu Mandzur, dalam karya monumentalnya, Lisanul ‘Arab.
Menurut Quraish Shihab, ramadhan terambil dari akar kata yang berarti “membakar” atau “mengasah”. Dinamai demikian karena pada bulan ini dosa-dosa manusia pupus, habis terbakar, akibat kesadaran dan amal salehnya. Atau karena bulan tersebut dijadikan waktu untuk mengasah dan mengasuh jiwa manusia.
Kata ramadhan terdiri dari lima huruf. Pertama, ra yang berarti rahmah (kasih sayang). Kedua, mim, yaitu maghfirah (ampunan). Ketiga, dha, yang bermakna dhaman lil jannah (jaminan surga). Keempat, alif yang berarti aman min an-nar (selamat dari neraka). Kelima, nun, yang berarti nur min al-Allah (cahaya dari Allah).
Mengapa Ramadhan begitu mulia? Jawabannya adalah karena di dalamnya terdapat ibadah puasa. Ibadah yang berlandaskan legitimasi kitab suci yang pernah ada bagi seluruh umat beragama. Dalam Islam, ibadah puasa telah diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an serta dipertegas oleh Nabi SAW melalui sunnahnya.
Mudah-mudahan dengan kita memahami makna kata ramadhan secara komprehensif akan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa sebagaimana tujuan inti dari disyariatkannya puasa kepada kaum muslimin. Wallahu a’lam bishshawab. (Baihaqi Nu’man)
Subscribe to:
Posts (Atom)