Showing posts with label autis. Show all posts
Showing posts with label autis. Show all posts

Wednesday, November 9, 2011

Anak Autis Punya Otak Lebih Besar

BEIJING, KOMPAS.com - Anak-anak penyandang autisme ternyata memiliki ukuran otak yang sedikit lebih besar dibandingkan anak yang tidak memiliki kondisi kelainan tersebut.

Penelitian terbaru yang dimuat jurnal Archives of General Psychiatry edisi Mei ini menyebutkan, perbedaan di antara kedua ukuran ini tampaknya berkaitan dengan rata-rata peningkatan pertumbuhan otak sebelum anak berusia 2 tahun.

Para ahli dari University of North Carolina Amerika Serikat, yang mengagas riset tersebut, menekankan walaupun dari sisi ukuran terus bertambah, tetapi dari segi pertumbuhan tidaklah demikian.

Pada 2005, para ahli meneliti sekelompok anak berusia 2 tahun , dan menemukan bahwa seorang anak pengidap autisme memiliki otak dengan ukuran 5% hingga 10% lebih besar dibandingkan anak yang tidak mengalami gangguan tersebut.

Para ahli belum lama ini melakukan pemeriksaan terhadap kelompok anak yang sama setelah mereka menginjak usia 5 tahun. Para psikiatri melakukan scan otak ulang pada 38 anak pengidap autisme dan 21 anak non autisme. Hasilnya menunjukkan bahwa anak autistik masih memiliki ukuran otak yang sedikit lebih besar, tetapi tetapi ukuran pertumbuhannya sama dengan kelompok anak yang tidak mengidap autisme.

Menurut pimpinan riset Joseph Piven, MD, temuan ini dapat memberikan pemahaman lebih baik tentang gen-gen yang memicu autisme, yang pada gilirannya akan membuka jalan bagi penemuan cara identifikasi secara dini dan pengobatan yang tepat untuk kondisi kelainan ini.

Sumber :Xinhua

Mengapa Autisme Sering Dialami Anak Laki-laki?

Kompas.com- Studi-studi terbaru mulai menguak misteri mengapa autisme empat kali lebih sering dialami anak laki-laki dibanding anak perempuan.

Penelitian menunjukkan bahwa hormon testosteron dan estrogen memiliki efek bertolak belakang pada gen yang disebut RORA. Pada sel saraf, testosteron akan menurunkan kemampuan sel untuk berekspresi atau menghidupkan gen RORA. Sebaliknya, estrogen akan menaikkan kemampuan sel.

"Autisme sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Dari penelitian diketahui tingginya kadar testosteron pada janin beresiko tinggi menyebabkan anak autisme," kata ketua peneliti Valerie Hu, pakar biokimia dan biologi molekuler dari Universitas George Washington.

Normalnya, tugas RORA di dalam sel adalah menghidupkan gen lain. Ketika sel memiliki kadar testosteron yang tinggi, kadar RORA akan menurun sehingga memengaruhi setiap gen yang seharusnya dihidupkan oleh RORA. Pengetahuan ini didapatkan dari riset pada sel saraf yang ditumbuhkan di laboratorium.

Penelitian memang tidak menunjukkan bahwa level RORA yang rendah akan menyebabkan autisme selain kaitan antara kondisi tersebut.

Beberapa penelitian telah menunjukkan defisiensi RORA bisa menjelaskan berbagai aspek yang terlihat pada anak autisme. Misalnya saja gen itu seharusnya melindungi sel saraf dari dampak stres dan inflamasi. Stres dan inflamasi biasa ditemui pada otak anak yang autisme.

Riset juga menunjukan jaringan otak anak yang autis mengandung RORA lebih sedikit dibanding anak yang sehat. RORA juga dipercaya membantu ritme sirkadian tubuh. Itu sebabnya anak yang autis sering mengalami gangguan tidur.

Berbeda dengan testosteron, estrogen akan meningkatkan kadar RORA di dalam sel. "Ini berarti janin perempuan akan terlindung dari autisme," kata Hu.

Memang RORA bukan gen tunggal yang terlibat dalam kejadian autisme, namun menurut Hu peranan RORA sangat penting.

Sumber :LiveScience

Sel Otak Penyandang Autisme Lebih Banyak

KOMPAS.com - Tabir misteri pemicu autisme pada anak semakin terkuak. Para ilmuwan dalam riset terbaru menemukan, anak-anak autis pada umumnya memiliki otak yang lebih berat dan sel-sel otak yang berlebihan.

Selama lebih dari satu dekade para ilmuwan memang sudah lama mencurigai bahwa gangguan autisme disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan otak yang tidak normal.

Studi sebelumnya menunjukkan, anak autis memiliki ukuran kepala lebih besar dan otak. Selain itu bagian otak yang penting untuk memroses emosi, komunikasi dan sosial berkembang berlebihan.

Dalam studi terbaru yang dimuat dalam the Journal of the American Medical Association para ilmuwan menegaskan hal tersebut.

Penelitian dilakukan pada otak 13 anak laki-laki usia 2-16 tahun. Otak mereka didonasikan untuk penelitian setelah anak-anak itu meninggal.

Menggunakan teknik mikroskopik para peneliti menghitung jumlah sel otak atau neuron di otak anak-anak itu. Sebanyak 7 anak menderita autisme dan 6 anak tidak.

Para ilmuwan menemukan bahwa otak anak autis memiliki neuron di area cortex prefrontal 67 persen lebih banyak. Area itu berkaitan dengan fungsi sosial, emosional dan proses komunikasi, fungsi yang terganggu pada anak autis. Otak anak autis juga memiliki berat 17,5 persen lebih berat dibanding anak tanpa gangguan ini.

Menurut Eric Courchesne, ketua peneliti, perkembangan neuron di area prefrontal cortex terjadi saat kehamilan. Saat janin berkembang di kandungan terjadi pertumbuhan berlebihan sel otak, terutama di usia 10-20 minggu kehamilan. Pertumbuhan itu diikuti oleh ledakan dan separuh sel-sel otak mati sehingga saat lahir bayi memiliki ukuran otak yang normal.

Para ilmuwan mengatakan siklus tersebut membuat otak mengatur dirinya dan sel-sel otak saling tersambung satu sama lain. Namun jika terjadi pertumbuhan berlebihan, koneksi antar sel otak ini akan terganggu.

"Sudah banyak bukti yang menyebutkan sambungan antar sel otak ini terganggu pada anak autis. Jika jumlah neuron banyak yang mati bagaimana mereka akan tersambung," kata Dr. Kate McFadden, neuropathologis dari Universitas Pittsburgh Medical Center.

Para pakar mengingatkan bahwa riset ini masih dalam tahap awal dan tidak bisa diterapkan pada anak-anak dan keluarga yang sekarang menderita autis. Meski demikian, hasil riset tersebut membuka harapan baru akan cara yang tepat untuk mendeteksi autisme.

Sumber :ABCNews

Bayi Terlahir Autis Terus Meningkat

Jakarta, Kompas - Peluang bayi terlahir autis di Indonesia meningkat drastis, yakni 1 kasus dari 165 kelahiran bayi. Orangtua diimbau waspada mengenali gejala autisme anak sejak dini agar memudahkan penanganannya.

Itu diungkapkan dokter sekaligus motivator anak berkebutuhan khusus, Kresno Mulyadi SpKJ, pada peluncuran bukunya berjudul Autism is Treatable, Minggu (10/7) di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School, Jakarta.

Satu setengah dasawarsa lalu, lanjut dia, jumlah autisme sekitar 4 kasus dari 10.000 kelahiran. Namun, jumlah itu kini melonjak. Versi Kementerian Pendidikan Nasional, 1 berbanding 500 kelahiran. Kresno memakai definisi autisme secara lebih luas, yaitu gangguan spektrum autis.

”Gangguan ini sifatnya luas, mulai yang ringan hingga berat. Gangguan ringan biasanya lolos dari deteksi (orangtua) pada usia di bawah 5 tahun. Namun, mulai menimbulkan masalah serius saat anak mulai sekolah, misalnya di kelas 4 SD. Ia jadi fobia sekolah,” ujar dia.

Hingga kini, penyebab pasti autisme belum ditemukan. Berdasarkan sejumlah riset, diketahui sejumlah faktor memengaruhi munculnya autisme. ”Misalnya, saat trimester (kehamilan) pertama, ibu mengalami pendarahan sehingga pasokan oksigen ke otak bayi tak optimal,” ucapnya.

Faktor lain inveksi virus semacam toksoplasma dan herpes. Lalu, kontaminasi logam berat, seperti timbal, merkuri, dan kadmium. Pencemaran udara atau makanan laut tercemar juga potensi memicu autisme atau gangguan otak lain pada janin.

Gejala autisme anak bisa dikenali sejak usia 1-2 tahun. ”Ada beberapa gejala, misalnya emosi tak stabil, anak suka jalan berjinjit, menjatuhkan atau melukai diri sendiri, lompat-lompat di tempat tidur atau mudah asyik dengan mainannya sendiri,” kata Kresno.

Dengan mengenali gejala sejak dini, autisme lebih mudah ditangani. Meskipun autisme belum bisa disembuhkan, dengan penanganan baik, misalnya terapi, gejala autisme penderitanya bisa dikurangi. ”Misalnya, kecenderungan repetisi (mengulang perbuatan) bisa berkurang, komunikasi lebih baik,” ucapnya.

Perhatian pemerintah
Menurut Praptono dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kementerian Pendidikan Nasional, autisme kini menjadi perhatian khusus pemerintah. Sebab, prevelansi kasusnya terus meningkat. Kini kasus autis tak lagi didominasi kalangan mampu.

”Selama ini yang dikeluhkan layanan terapi (autis) masih sangat mahal. Untuk itu, kami akan membangun autis center, pusat penanganan dan rehabilitasi autisme di lima daerah, akhir tahun ini. Setiap daerah mendapat bantuan Rp 5 miliar untuk pembangunannya sehingga pelayanannya (terapi) murah” ujarnya.

Namun, ia enggan menyebut daerah mana saja yang akan berdiri pusat penanganan anak autis. Penentuan daerah bergantung populasi anak autis di daerah dan kesiapan pemda.

Obat dan Zat Kimia Memicu Autisme

Kompas.com - Para ahli tampaknya semakin dekat pada pemahaman pada penyebab autisme. Faktor lingkungan diduga berperan lebih besar sebagai pemicu autisme melebihi faktor genetik. Faktor lingkungan ini meliputi paparan zat kimia dan obat-obatan.

Dalam sebuah penelitian para peneliti dari Universitas Stanford membandingkan kasus autisme pada kembar identik dan kembar tidak identik yang hanya membagi separuh gen yang sama. Ternyata, kasus autisme lebih banyak ditemukan pada anak kembar tidak identik sehingga para ahli menilai faktor lain selain genetik menjadi pemicu autisme.

Riset lain menyebutkan para ibu yang memiliki anak autis dua kali lebih banyak yang mengonsumsi obat antidepresan setahun sebelum kehamilan mereka dibandingkan dengan ibu yang anaknya sehat. Risikonya meningkat cukup besar, mencapai tiga kali lipat, terutama jika obat itu dikonsumsi pada awal kehamilan.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Archieves of General Psychiatry itu menyebutkan faktor lingkungan, seperti obat-obatan, bahan kimia, atau infeksi, memicu autisme pada anak yang secara genetik punya kecenderungan.

"Selama ini memang sudah ada dugaan pengaruh faktor lingkungan, tetapi riset-riset ini makin menguatkan teori itu," kata Clara Lajonchere, wakil kepala program dari Autism Speaks.

Sumber : Reuters

Contoh Kasus 1

a) Kasus 1: sejak bayi, Alv menunjukkan perkembangan yang normal, tapi ketika memasuki usia 3 tahun, ia mengalami kesulitan dalam hal berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata ia menderita autisme dan memerlukan terapi terpadu agar penyakitnya bisa hilang.

Tapi sampai memasuki usia 5 tahun, Alv belum menunjukkan perkembangan yang baik. Padahal sudah menjalani berbagai terapi, mulai dari terapi motorik sampai terapi okupasi. Sesungguhnya apakah yang sedang terjadi? Bisakah autisme yang dialami Alv disembuhkan secara tuntas?

b) Kasus 2: Saat ini banyak sekali berdiri perguruan bela diri, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Peminat bela diri ini terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja sampai orang tua.

Khusus bagi anak-anak, mayoritas mereka mengikuti bela diri yang berasal dari luar negeri. Padahal produk lokal belum tentu kurang bagus, tapi itulah yang terjadi, bahwa produk import selalu terlihat lebih “menarik”.

Padahal jika kita kaji lebih lanjut, tujuan dari bela diri, selain untuk perkembangan fisik juga untuk perkembangan mental dan akidahnya. Jika anak-anak dibiarkan mengikuti bela diri import yang tidak sesuai dengan mental dan akidah Islam, apa yang akan terjadi 20 atau 30 tahun ke depan?

Autisme


Menurut kamus kedokteran karangan Dr. Med. Ahmad Ramali dan K. St. Pamoentjak, autisme adalah keadaan terpengaruhnya seseorang oleh pikiran dan perilaku yang cenderung terarah kepada diri sendiri dan tidak dapat diperbaiki melalui penyuluhan oleh orang lain, sudah terputus dari realitas, sehingga khayal yang dirasa sebagai kejadian yang sesungguhnya.

Benarkah bahwa kondisi seseorang, terutama seorang anak yang terkena austisme tidak dapat diperbaiki melalui penyuluhan oleh orang lain, sebagaiman definisi di atas? Jika begitu, apakah yang dapat kita lakukan untuk membantu memulihkan kondisi mereka yang terkena autisme?

Banyak para ahli yang mencoba menelusuri faktor penyebab autisme, diantaranya adalah karena: virus, bakteri, kerusakan jaringan otak akibat benturan, zat kimia, keracunan, dll. Tapi jika dilihat, intinya adalah karena adanya unsur luar yang mengakibatkan kerusakan pada organ otak, baik itu dalam sel-sel otaknya (termasuk di dalamnya aktifitas kinetik, kimiawi dan elektromagnetik), neurotransmiter-nya ataupun pada tentacle-nya.

Kondisi pemulihan keadaan anak yang terkena autisme, pada intinya adalah dengan perbaikan dan rehabilitasi organ otaknya, yaitu dengan menghilangkan atau menetralisir unsur luar yang merusak lalu me-regenerasi sel-sel dan bagian otak yang rusak tanpa mengganggu fungsi dan kegiatan otak serta bagian tubuh yang lain.

Jika terdapat racun, maka mitokondria dan DNA akan bekerja sama untuk mengarahkan ATP agar bisa menetralisir racun tersebut; apabila terdapat virus, bakteri atau kuman, maka ATP akan membunuhnya – meski ilmu kedokteran sekarang menyatakan bahwa virus tidak bisa dibunuh -- ; dan apabila terjadi kerusakan pada sel-selnya yang diakibatkan oleh berbagai hal, maka sekali lagi ATP akan melakukan regenerasi sel terhadap jaringan yang rusak tersebut.

Program Anak


“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi ALLAH-lah pahala yang besar”
QS : Al-Anfaal (8) : 28

Seorang anak sebetulnya makhluk yang cukup kuat. Umumnya mereka tetap sehat dan kuat asalkan orang tua membiasakan mereka dengan pola dan kerangka hidup sehat. Kerangka itu terdiri dari makanan sehat, cukup olah raga, pengamanan secukupnyaa di dalam dan di luar rumah, serta kunjungan tetap ke penyedia jasa kesehatan.

Di sisi lain fakta menunjukkan bahwa

a) Semakin banyak anak-anak yang menderita autisme, sementara penanganan dan terapi yang ada belum memadai.
b) Proses belajar mengajar bagi anak-anak tertentu merupakan masalah, bukan merupakan kebutuhan.
c) Belum adanya bela diri khusus bagi anak-anak yang efektif, efisien dan aman bagi tubuh, jiwa dan akidahnya.

Berdasarkan fakta di atas, maka diperlukan adanya suatu program terpadu bagi anak-anak yang merupakan cikal bakal penerus bagi generasi tua. Bahkan – terkadang – orang tua rela berbuat apapun, asalkan anaknya sehat dan bahagia.

Anak belajar tidak hanya di sekolah tapi apa yang disentuh, diperhatikan dan juga dari pembicaraan antara manusia.

Pernahkah anak anda bertanya pada anda tentang suatu hal?
Kenapa anak selalu memasukkan benda-benda kedalam mulutnya?
Bisakah kita memahami apa yang sedang dipelajari anak?

Thursday, November 3, 2011

Mengenai vaksin 2

Apakah Vaksin Itu?
Vaksinasi telah menjadi tulang punggung kesehatan masyarakat sejak dulu. Apabila penyakit berjangkit, vaksinasi muncul dalam benak kita. Ia adalah suntikan kesehatan yang dianggap dokter (bahkan lembaga kesehatan negara) sangat penting sebagai pelindung dari serangan penyakit.

Tujuan Vaksinasi adalah meniru proses penularan penyakit alami dengan kaidah tiruan. Vaksin itu sendiri adalah suntikan yang mengandung berbagai jenis racun yang dimasukan kedalam tubuh. Jika anda menyangka vaksin dapat membasmi kuman atau bebas dari kuman, dugaan anda meleset.

Cara Membuat Vaksin
Vaksin dihasilkan dari kuman (atau bagian dari tubuh kuman) yang menyebabkan penyakit. Sebagai contoh vaksin campak dihasilkan dari virus campak, vaksin polio dihasilkan dari virus polio, vaksin cacar dihasilkan dari virus cacar, dll. Perbedaanya terletak pada cara pembuatan vaksin tersebut.

Terdapat 2 jenis vaksin, hidup dan mati. Untuk membuat vaksin hidup, virus hidup dilemahkan dengan melepaskan virus kedalam tisu organ dan darah binatang (seperti ginjal monyet dan anjing, embrio anak ayam, protein telur ayam dan bebek, serum janin sapi, otak kelinci, darah babi atau kuda dan nanah cacar sapi) beberapa kali (dengan proses bertahap) hingga kurang lebih 50 kali untuk mengurangi potensinya.

Sebagai contoh virus campak dilepaskan kedalam embrio anak ayam, virus polio menggunakan ginjal monyet, dan virus Rubela menggunakan sel-sel diploid manusia (bagian tubuh janin yang digugurkan). Sedangkan vaksin yang mati dilemahkan dengan pemanasan, radiasi atau reaksi kimia.

Kuman yang lemah ini kemudian dikuatkan dengan Adjuvan (perangsang anti bodi) dan stabilisator (sebagai pengawet untuk mempertahankan khasiat vaksin selama disimpan). Hal ini dilakukan dengan menambah obat, antibiotik dan bahan kimia beracun kedalam campuran tersebut seperti: neomycin, streptomycin, natrium klorida, natrium hidroksida, alumunium hidroksida, alumunium fospat, sorbitol, gelatin hasil hidrolisis, formaldehid, formalin, monosodium glutamat, pewarna merah fenol, fenoksietanol (anti beku), kalium difospat, hidrolysate kasein pankreas babi, sorbitol dan thimerosal (raksa). (Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga menurut Psician's Desk Reference).

Campuran virus atau bakteri, bahan kimia beracun dan bagian tubuh binatang yang berpenyakit inilah yang disuntikan kedalam tubuh anak atau orang dewasa ketika mendapatkan vaksinasi. Menurut CDC AS, bahan tambahan dicampurkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan reaksi imun, mencegah pencemaran mikroba dan memperkuat formula vaksin, serta untuk memastikan vaksin tersebut stabil, bebas kuman dan aman. Namun benarkah anggapan ini?

Bagaimana Vaksin Dihasilkan?
Macam-macam vaksin:
- Vaksin DPT (Difteria, Pertusis dan Tetanus)
- Vaksin DtaP (Difteria, Tetanus, dan Acellular Pertusis)
- Vaksin MMR (Campak, Gondok dan Rubela)
- Vaksin Polio hidup oral (OPV)
- Vaksin Polio tidak aktif (IPV)
- Vaksin Hepatitis B
- Vaksin Hib
- Vaksin Varicellazostrer (Cacar Air)
- Vaksin Cacar

Dalam buku The Consumer's Guide to Childhood Vaccines, Barbara Loe Fisher, pendiri dan presiden pusat informasi vaksin nasional (yang didirikan untuk mencegah kerusakan tubuh dan kematian akibat vaksin melalui pendidikan umum) menjelaskan proses pembuatan vaksin sebagai berikut :

Vaksin Cacar : Perut anak sapi dicukur kemudian diberikan banyak torehan pada kulitnya. Kemudian virus cacar diteteskan pada torehan itu dan dibiarkan bernanah selama beberapa hari. Anak sapi tersebut dibiarkan berdiri dengan kepala terikat supaya tidak dapat menjilati perutnya. Kemudian anak sapi itu dikeluarkan dari kandang dan dibaringkan diatas meja. Perutnya memborok dan bernanah, nanahnya diambil lalu dijadikan serbuk. Serbuk itu adalah bahan vaksin cacar, virus yang kebetulan terdapat pada anak sapi terbawa kedalamnya. (Walene James, Pengarang Immunization: The Reality Beyond the Myth)

Reaksi Tubuh Terhadap Vaksin
Apabila ramuan vaksin tersebut memasuki aliran darah anak. Tubuhnya akan segera bertindak untuk menyingkirkan racun tersebut melalui organ ekresi atau melalui reaksi imun seperti demam, bengkak atau ruam pada kulit. Apabila tubuh anak kuat untuk meningkatkan reaksi imun, tubuh anak mungkin akan berhasil menyingkirkan vaksin tersebut dan mencegahnya terjangkit kembali dimasa yang akan datang. Akan tetapi jika tubuh anak tidak kuat untuk meningkatkan reaksi imun, vaksin beracun akan bertahan dalam jaringan tubuh.

Timbunan racun ini dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes pada anak-anak, asma, penyakit neurologi, leukimia, bahkan kematian mendadak. Ratusan laporan mencatat efek samping jangka panjang yang buruk terkait vaksin seperti penyakit radang usus, autisme, esenfalitis kronis, skelerosis multipel, artritis reumatoid dan kangker. Sebagian vaksin juga diketahui menyebabkan efek samping jangka pendek yang serius. Pada tanggal 12 Juli 2002, Reuters News Service melaporkan hampir 1000 pelajar sekolah dilarikan ke rumah sakit setelah disuntik vaksin Ensefalitis di timur laut negeri Cina. Para pelajar itu mengalami demam, lemas, muntah dan dalam beberapa kasus terkena serangan jantung setelah divaksinasi.

Kerusakan Tubuh Akibat Vaksin
Menurut analisa bebas dari data yang dikeluarkan Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) di AS, pada tahun 1996 terdapat 872 peristiwa buruk yang dilaporkan kepada VAERS, melibatkan anak-anak dibawah 14 tahun yang disuntik vaksin Hepatitis B. Anak-anak tersebut dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit karena mengalami masalah kesehatan yang mengancam nyawa. Sebanyak 48 anak dilaporkan meninggal setelah mendapatkan suntikan vaksin tersebut.
Informasi kesehatan juga dipenuhi contoh yang mengaitkan vaksin dengan timbulnya penyakit.

Vaksin telah dikaitkan dengan kerusakan otak, IQ rendah, gangguan konsentrasi, kemampuan belajar kurang, autisme, neurologi.

Vaksin gondok dan campak yang diberikan pada anak-anak misalnya telah menyebabkan kerusakan otak, kanker, diabetes, leukimia, hingga kematian (sindrom kematian bayi mendadak).

Kajian tahun 1992 yang diterbitkan dalam The American Journal of Epidemiology menunjukan tingkat kematian anak-anak meningkat hingga 8 kali pada jangka waktu 3 hari setelah mendapat suntikan vaksin DPT.

Kajian awal oleh CDC AS mendapati anak yang menerima vaksin Hib berisiko 5 kali lebih mudah mengidap penyakit tersebut dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin tersebut.

Pada tahun 1977, Dr Jonas Salk (Penemu vaksin Polio salk) mengeluarkan pernyataan bersama ilmuan lain bahwa 87% dari kasus Polio yang terjadi sejak tahun 1970 adalah akibat dari vaksin Polio.

Di AS sebelum tahun 1980 terdapat 1 dari 10.000 anak menderita autisme. Pada tahun 2002 Institut Kesehatan Negeri AS mencatat peningkatan angka tersebut menjadi 250 dari 10.000. Kini persatuan orang tua penderita autisme Amerika memperkirakan peningkatan kasus autisme ± 10% per tahun. Vaksin yang mengandung raksa diyakini sebagai penyebabnya.

Menurut Boyd Haley, pengurus program kimia Universitas Kentucky dan pakar logam beracun "Thimerosal mampu meresap diprotein otak, ia sangat beracun bagi syaraf dan enzim" Haley pun terlibat dalam penelitian pada bulan Agustus tahun 2003, mendapati banyaknya kandungan raksa pada penderita autisme, yang dapat dianalisa melalui kadar raksa pada rambut mereka yang berarti etil raksa dari thimerosal telah meresap kedalam otak dan organ tubuh lainnya sangat bepotensi menyebabkan kerusakan sistem syaraf dan mengganggu fungsi ginjal.

Menurut San Jose Mercury News (6 Juli 2002), seorang dari sepuluh anak-anak dan remaja AS mengalami kelemahan fisik dan mental, menurut pengamatan tahun 2000 terdapat pertambahan mendadak angka kecacatan pada penduduk usia muda. Sedangkan pada tahun sebelumnya data menunjukan peningkatan kecacatan pada anak-anak.

Sampai usia 2 tahun, anak-anak Amerika dilaporkan telah menerima 237 mikrogram raksa melalui vaksin. Kadar ini melebihi ambang batas yang ditetapkan Organisasi Perlindungan Alam AS yaitu 1/10 mikrogram per hari.

Sebuah penemuan di Amerika menunjukan bahwa vaksin Hepatitis B mengandung 12 mcg raksa (30 kali lipat dari ambang batas), DtaP dan Hib mengandung 50 mcg raksa (60 kali lipat dari ambang batas) dan Polio mengandung 62,5 mcg raksa (78 kali lipat dari ambang batas).

Di AS hari ini kasus asma, diabetes dan penyakit auto imun pada usia anak telah meningkat 20 kali lipat dari tahun sebelumnya. Gangguan konsentrasi telah meningkat 3 kali lipat.

Setiap tahun 25.000 bayi Amerika mengalami kematian mendadak. Vaksinasi adalah penyebab terbesar kematian mendadak. Jepang telah meningkatkan usia penerima vaksin sehingga 2 tahun kemudian angka kematian mendadak turun drastis di negara itu (Cherry, et al, 198)

Swedia menghentikan vaksinasi batuk rejan pada tahun 1979 karena ternyata wabah penyakit ini terjadi pada anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi. Setelah itu penyakit ini menjadi penyakit ringan tanpa kasus kematian. Hal ini secara nyata menunjukan bahwa vaksin sebenarnya menyebarkan penyakit.

Pada tahun 1975, Jerman menghentikan kewajiban vaksin Pertussis, dan jumlah anak yang mengalami penyakit itu turun drastis. Pada tahun 2000 jumlahnya turun sampai 10%.

Bukti diatas menjadikan vaksinasi layak dipertanyakan. Fakta-fakta menjelaskan bahwa vaksin tidak meningkatkan kesehatan anak-anak. Tetapi anehnya vaksin terus-menerus dibuat dan diwajibkan kepada masyarakat.

Sarat Dengan Kimia Beracun
Dapat dikatakan semua jenis vaksin mengandung racun. Dalam banyak keadaan bahan tambahan vaksin (penguat, penetral, pengawet dan agen pembawa) jauh lebih beracun daripada komponen virus atau bakteri dalam vaksin tersebut. Misalnya agen penyebab kanker yaitu formaldehid dan thimerosal dapat merusak otak. Tidak ada orang tua yang berpikir untuk memberi makan anaknya dengan formaldehid (pengawet mayat), raksa atau alumunium fospat. Akan tetapi dengan suntikan vaksin bahan-bahan ini masuk langsung ke dalam aliran darah.

Berikut adalah informasi mengenai resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh sebagian bahan beracun utama dalam vaksin, yang disusun dari berbagai sumber termasuk dari Persatuan Pemerhati Vaksin Australia:

Alumunium: dapat meracuni darah, syaraf,pernapasan, mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Dinyatakan sebagai penyebab kerusakan otak, hilang ingatan sementara, kejang dan koma. (Catatan: dalam jumlah sedikit tidak beracun dan mungkin bermanfaat bagi tubuh. Namun kadarnya dalam vaksin amat tinggi, sekitar 0,5%)

Ammonium Sulfat: diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan sistem pernapasan.

Ampotericin B: Sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur. Efek samping nya adalah menyebabkan pembekuan darah, bentuk sel darah merah menjadi tidak sempurna, masalah ginjal, kelesuan dan demam dan alergi pada kulit.

Beta-Propiolactone: diketahui menyebabkan kanker, meracuni sistem pencernaan, hati, sistem pernafasan, kulit dan organ genital.

Kasein: perekat yang kuat, sering digunakan untuk melekatkan label pada botol. Walaupun dihasilkan dari susu, didalam tubuh kasein dinggap protein asing yang beracun.

Formaldehid: penyebab kanker. Zat ini lebih berbahaya dibanding sebagian bahan kimia lain.

Formalin: Salah satu turunan dari formaldehid. Formalin adalah campuran 37%-40% formaldehid, air dan biasanya 10% metanol.
Formalin menempati peringkat ke 5 dari 12 bahan kimia yang paling berbahaya.(Enviromental Defense Fund, AS)

Monosodium Glutamat (MSG): bagi orang yang alergi pada MSG mungkin akan mengalami perasaan seperti terbakar dibelakang leher, lengan dan punggung atau mengalami sakit dada, sakit kepala, lesu, denyut jantung cepat dan kesulitan bernafas. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS, suntikan glutamate dalam hewan percobaan menyebabkan kerusakan sel syaraf otak.

Neomycin: antibiotik ini mengganggu penyerapan vitamin B6. Kekurangan vitamin B6 dapat menyebabkan epilepsi dan cacat mental.

Fenol: digunakan dalam pembuatan disinfektan, pewarna, industri farmasi, pelastik dan bahan pengawet. Fenol dapat menyebabkan keracunan sistemik, kelemahan, berkeringat, sakit kepala, muntah-muntah, gangguan mental, syok, hipersensitif, kerusakan ginjal, kejang, gagal jantung atau ginjal dan kematian.

Fenoksi Etanol (anti beku): menimbulkan bau badan tidak sedap, kerusakan pencernaan, kebutaan, koma dan kematian.

Polysorbate 20 dan Polysorbate 80: bahan yang meracuni kulit atau organ genital.

Sorbitol: menyebabkan kerusakan system usus.

Thimerosal: merupakan unsure ke 2 yang paling beracun kepada manusia setelah uranium. Dapat merusak otak dan sistem syaraf juga dapat mengantarkan pada penyakit autoimun.

12 Hal Yang Harus Diperhatikan
Dokter tidak mampu menjamin keamanan dan efektifitas vaksin.
Keamanan vaksin belum diuji dengan benar.
Vaksinasi didasarkan pada prinsip yang tidak kokoh, sehingga dapat dipertanyakan.
Vaksin mungkin tercemar.
Efek samping jangka panjang yang serius.
Menimbulkan penyakit yang seharusnya dapat disembuhkan.
Tidak dapat melindungi dari penyakit menular.
Vaksin berhubungan dengan wabah penyakit.
Vaksin tidak dapat dipercayai – vaksin tidak resisten terhadap penyakit tetapi resisten terhadap kesehatan.
Dokter dan profesional kesehatan jarang melaporkan efek buruk vaksin.
Dokter menolak vaksinasi.
Vaksinasi lebih mengutamakan keuntungan daripada mengobati.

Para Dokter dan Ilmuan Membantah Vaksinasi
· "Terdapat banyak bukti yang menunjukan imunisasi terhadap anak lebih banyak merugikan dari pada manfaatnya." (dr. J Anthony Morris, mantan Ketua Pengawas Vaksin

· "Ancaman terbesar serangan penyakit anak-anak datang dari usia pencegahan yang tidak efektif dan berbahaya melalui imunisasi besar-besaran." (dr. R. Mendelsohn, Penulis (How to Raise A Healthy Child In Spite Of Your Doctor dan Profesor Pediatrik).

· "Semua vaksinasi berfungsi mengubah tiga situasi darah kepada ciri-ciri kanker dan leukemia…Vaksin DO dapat menyebabkan kanker dan leukemia." (Profesor L.C. Vincent, penggagas Bioelektronika).

· "Data resmi menunjukan vaksinasi berskala besar di AS gagal memberikan kemajuan yang signifikan dalam pencegahan penyakit yang seharusnya dapat ia lindungi." (dr. A. Sabin, pengembang vaksin Polio Oral, dalam kuliahnya di hadapan dokter-dokter Italia di Piacenza, Italia, 7 Desember 1985).

· "Selain telah nyata banyak kasus kematian akibat program ini, terdapat juga bahaya jangka panjang yang hampir mustahil di ukur dengan pasti…Terdapat sejumlah bahaya dalam seluruh prosedur vaksin yang seharusnya mencegah penggunaan yang terlalu banyak atau tidak wajar." (Sir Graham Wilson dalam The Hazards of Immunization).

· "Dengan mengesampingkan fakta bahwa vaksin berpeluang besar tercemari virus binatang yang dapat menyebabkan penyakit serius pada masa depan. Kita harus mempertimbangkan apakah ada vaksin yang benar-benar berfungsi sebagaimana tujuan asalnya." (dr. W.C. Douglas dalam Cutting Edge, Mei 1990).

· "Satu-satunya vaksin yang aman adalah tidak menggunakannya sama sekali." (dr. James A. Shannon, Institut Kesehatan Nasional, AS)

· "Vaksinasi adalah produk kesalahan dan kebodohan yang tidak dirancang dengan baik. Ia seharusnya tidak mendapatkan tempat dari sisi kebersihan maupun kedokteran. Vaksinasi tidak ilmiah, keyakinan konyol yang membawa maut dan mengakibatkan kesengsaraan yang berkepanjangan." (Profesor Chas Rauta, Universitas Perugia, Italia didalam New York Medical Journal, Juli 1899).

· "Imunisasi terhadap cacar lebih berbahaya dari pada penyakit itu sendiri." (Profesor Ari Zuckerman, WHO).

· "Tidak ada satupun vaksin yang telah dibuktikan keamanannya sebelum diberikan kepada anak-anak." (Pakar bedah umum, Leonard Scheele di Konfrensi AMA, AS 1955).

Vaksin Bukan Penyelamat
"Ilmu medis menerima pujian yang berlebihan bagi sebagian kemajuan dalam bidang kesehatan. Banyak orang percaya keberhasilan dalam menangani penyakit menular pada abad terakhir terjadi bersamaan dengan diciptakannya imunisasi. Sebenarnya, Kusta, Tifoid, Tetanus, Difteria, Batuk Rejan, dll telah menurun sebelum ditemukan vaksin untuknya – yaitu merupakan hasil dari perbaikan sanitasi dan peningkatan kualitas makanan serta air minum."

(Dr. Andrew Weil dalam Health and Healthy)

Wednesday, November 2, 2011

Perangkat Alat Elektronik Pengaktif Sel Otak BRAIN ACTIVATOR

Perangkat Alat Elektronik Pengaktif Sel Otak BRAIN ACTIVATOR

Anda tergolong orang yang sulit berkonsentrasi, malas belajar, daya tangkap lemah, mudah stres, depresi, stroke, cepat lelah, seriong pusing atau bahkan anak anda menderita autisme. Jangan cemas semua itu bisa diatasi dengan memanfatkan gelombang ultrasonic teknologi Hikmatul Iman.

Salah satu fungsi tubuh manusia yang mempunyai peranan sangat penting adalah otak. Otaklah tempat semua perintah atau keinginan manusia dikendalikan masalahnya adalah kesehatan dan kemanpuan otak manusia berbeda. Kesehatan dan ketajaman otak dipengaruhi bermacam hal.

Bila sel otak dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Tentu output yang dihasilkan sangat berdayaguna. Tetapi bila otak kita tidak berfungsi dengan baik, outputnyapun tentu mengecewakan. Salah satu penyebab umum otak kita tidak manpu berfungsi maksimal, adalah pola makan yang tidak baik. Secara makro, mengomsusi makanan yang terkomtaminasi lemak, protein, karbohidrat, badan langsung menrespon dan mengakibatkan keseimbangan bioelektrik di tubuh terganggu dan keseimbangan motorik otak sebagai pusat pengendali badan terganggu.

Secara mikro, bila kita mengonsumsi suplemen yang berlebihan dan badan merespons dalam waktu lama akan mengakibatkan keseimbangan bioelektromagnetik di tubuh terganggu. Dengan berpikir positif, optimistis, syukur nikmat, mengonsumsi makanan halal dan baik, olahraga yang teratur dan istrirahat teratur maka kesehatan otak dapat dapat terjaga dengan baik. Sedangkan polusi udara, polusi lingkungan, radiasi, makanan yang haram dan tidak proporsional, adalah di antara penyebab yuang membuat otak tidak dapat optimal dalam menjalankan fungsinya.

Otak tersusun dari kumpulan neuron. Neorun merupakan sel syaraf panjang seperti kawat yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem syaraf dan otak. Sel-sel pada suatu daerah otak menghubungi bagian-bagian tubuh yang lain secara kontinyu dan otomatis. Neuron ini mengirimkan sinyal dengan menyebarkan secara terencana, semburan listrik terhentak-hentak yang membentuk bunyi yang jelas dan timbul dari kegiatan neuron yang terkoordinasi.

Gelombang itu sebenarnya sedang mengubah bentuk otak dan membentuk sirkuit otak menjadi pola-pola yang lama - kelamaan menyebabkan bayi yang lahir manpu menangkap suara, sentuhan dan gerakan. Lapisan luar otak terdiri dari rubuan syaraf yang mirip benang kusut dan pembuluh darah. Otak terdiri dari jutaan sel neuron, dan masing-masing sel mempunyai inti sel (neklues) dan sejumlah tangan syaraf yang menyebar ke segala arah, yang masing-masing tangannya (tentlace) memiliki ribuan tonjolan (proberans). Tingkat intelegensia ditentukan oleh banyaknya tonjolan-tonjolan tangan syaraf otak.

Setiap tonjolan paling tidak berhubungan dengan satu tonjolan lain dan dengan tenaga elektrokimiawi menyebabkan kedua tonjolan ini membentuk suatu pola hubungan dengan gugusan tonjolan yang lain. Dimana otak merupakan suatu pola atau jaringan yang dibentuk ribuan tonjolan yang terdapat pada tangan syaraf jutaan sel otak (pyotry anakrin). Jika otak dirangsang, berapa usiapun, otak akan membentuk lebih banyak tonjolan pada setiap tangan syaraf sel-selnya dan akan meningkatkan jumlah total hubungan-hubungan antar-syaraf yang terdapat di dalam otak. Bila belahan otak yang lebih lemah dirangsang dan disuruh bekerja bersama belahan otak yang lebih kuat (bersenergi) akan tercipta kemanpuan dan aktivitas otak yang jauh lebih tinggi dari 5 – 10 kali lipat.

Sejak tahun 1960-an telah dilakukan penelitian olah berbagai ilmuwan untuk menpelajari (ILS. Peneliti dari university of chicago yang bernama DR. Mihaly Cskszentmiuhaly mengatakan bahwa OLS adalah keadaan konsentrasi total yang menyerap secara mutlak perasaan, sehinmgga anda berada dalam kekuatan saat itu, dan menperlihatkan kinerja puncak dari kemanpuan anda. Kemudian hasil penelitian lain, kondisi OLS berhubungan dengan gelombang theta, yaitu gelombang otak pada kondisi belajar yang optimal pada kecepatan 4 sampai 7 siklus perdetik (Cycle Per Second/CPS). Gelombang otak biasanya diukur dalam jangkauan paling lambat sampai paling cepat, yaitu:

Delta : yang berfrekwensi 1-2 Hz (siklus per detik) : relaksasi fisik yang dalam, pengendalian stres dan pelepasan rasa sakit.

Theta : yang berfrekwensi 3-5 Hz : memori memanggil; dan pertumbuhan IQ.

Alpha : yang berfrekwensi 7-9 Hz : belajar, membaca dan memdengar.

Beta : yang berfrekwensi 12-14 Hz : pengambilan keputusan, logika dan pemecahan masalah.

Dari hasil penemuan yang memanfaatkan gelombang suara/akustik dan cahaya untuk meningkatkan kualitas otak yang dilakukan sejak tahun 1974 hingga sekarang memberikan hasil yang cukup fantastik, seperti (Adam, 2002) misalnya kecepatan belajar meningkat sampai 300%, kemanpuan memori meningkat 300%, peningkatan IQ sampai 30%, kecepatan membaca sampai 300%, hasil ujian naik 2 tingkat (C ke A), peningkatan kemanpuan dan effesiensi komunikasi, menurunkan stress dan tekanan darah.

Hasil di atas diperoleh dengan cara menyeimbangkan antara belahan otak kiri dengan belahan otak kanan dan menurunkan gelombang otak pada tahap optimal dengan memakai terapi cahaya dan suara/akustik. Dari keterangan di atas dimungkinkan untuk mengembangkan gelombang suara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas otak dengan lebih baik dan optimal. Baik darisisi manfaat atau dari sisi biaya. Seperti halnya penggunaan gelombang ultrasonic pada saai ini banyak dimanfaatkan sebagai alat instrumentasi/ukur dan terapi, khususnya di bidang kedokteran seperti alat ultrasonography (USG), alat radiasi panas, alat ultrasonic ancephalogram (UEG), alat radiasi tomur. Gelombang ini mempunyai pontesi untuyk dikembangkan dalam banyak bidang, khususnya yang berkaitan dengan terapi otak.

Gelombang Utrasonik HI-tech.

Dengan menpergunakan gelombang ultrasonic, dapat dihasilkan banyak manfaat, antara lain: meningkatkan jumlah sel otak yang aktif, meningkatkan daya ingat, daya tangkap dan daya tahan tubuh, meningkatkan konsentrasi, kreativitas dan kepercayaan diri, meningkatkan optimistis dan mengurangi stres, menaikkan semangat intensitas belajar, meningkatkan produktivitas kerja, mengurangi gangguan di kepala, m embantu mengobati penyakit misalnya stroke, alzheimer, parkinson, idiot, debil, embasil, gila, epilepsi, autisme dan lain lain.

Pemanfaatan gelombang ultrasonic yang dikembangkan yayasan Hikmatul Iman adalah dengan menggunakan teknology berupa alat yang dinaman Brain Activator (BA). Alat ini berfungsi untuk meningkatkan vibrasi syaraf dan jumlah hubungan antar syaraf, sehingga akan meningkatkan arus listrik antarsyaraf otak. Dengan demikian, sel-sel otak yang belum aktif atau masih tidur menjadi aktif, sehingga akan meningkatkan memori, sel otak yang sudah aktif akan semakin giat, koordinasi antarsel akan menjadi lebih baik, terjadi percepatan normalisasi pada jaringan otak.

Brain Activator terdiri dari: satu buah box BA yang berfungsi sebagai â€Å“otakâ€� dari alat Brain Activator itu sendiri. Satu buah transducer (headphone) yang berfungsi sebagai alat untuk memancarkan gelombang ulrasonic dan receivernya. Satu buah swith yang berfungsi sebagai alat untuk menekan tombol waktu dalam hitungan detik.

Cara pemakaian.

Alat Brain Activator digunakan dengan cara memasang headphone pada lubang tanda UT pada box. Jika menggunakan arus listrik AC, sambungkan kabnel jok ke konektor listrik AC. Jika menggunakan baterei, sambungkan kabel baterei ke lubang DC pada box lalu ujung kabel yang satunya dipasang baterei 9 volt. Pasang posisi transducer di kepala bagian depan (tengah alis agak atas di antara 2 alis) dan belakang pas di otak kecil (bisa bolak-balik)

Pemakaian alatnya, jikan on, tombol swicth ditekan dan dilepas, untuk satu titik dihitung satu detik, jadi, banyak sedikitnya menekan tombol swicth tergantung dari banyak sedikitnya jumlah titik pada cara pemakaiannya. Untuk off tombol swicth jangan ditekan jadi dibiarkan saja. Lama sedikitnya off tergantung dari aturan pakai yang ditetapkan.

Agar hasilnya optimal, alay ini dipakai 3 hari dipakai, 1 harinya harus istrirahat menggunakan alat ini. Selama masa istrirahat tersebut digunakan untuk latihan atau kegiatan yang berhubungan dengan otak, seperti: belajar konsentrasi, belajar menganalisa suatu masalah atau belajar menghafal.

Ukuran keberhasilan.

Untuk mengetahui keberhasilan dari pemakaian alat Brain Activator dapat diukur secara umum dengan membandingkan sebelem dan sesudah memakai alat Brain Avtivator, seperti:

Mengukur stamina. Jika anda mengerjakan suatu perkejaan atau tugas yang menguras pikiran, apakah anda lelah? Jika merasa lelah seberapa cepatkah pemulihannya? Jika anda telah menlakukan pekerjaan atau olahraga yang menguras tenaga anda, apakah anda merasa letih? Jika merasa letih seberapa cepatkah pemulihannya?

Mengukur daya ingat. Berapa lama anda bisa menghafal satu halaman buku pelajaran? Bila anda pergi ke suatu daerah yang baru, apakah anda hafal bila kembali dari tempat tersebut? Bila anda membaca buku apakah anda dapat menangkapo maksud dari isi buku? Kemanpuan mahasiswa dalam menerima mata kuliah pun bisa diukur dengan alat ini. Apakah mempunyai konsentrasi yang baik atau tidak?

Mengukur kecepatan improvisasi. Jika anda dalam keadaan kepepet dalam segala hal, apa yang anda lakukan untuk mengatasinyas? Seberapa cepatkah anda bereaksiu? Ide atau kreasi apa saja yang telah anda hasilkan selama ini?

Mengukur kemajuan kesembuhan orang sakit. Berapa lamakah terjadi perubahan yang positif terhadap kondisi kesehatan orang yang memakai alat Brain Activator ini? Perkembangan apa saja yang telah terlihat dari orang yang memakai alat BA ini?

Dengan alat Brain Activator ini beberapa masalah yang umum dialami manusia seperti beberapa pertanyaan diatas, coba dipecahkan dengan teknology Hikmatul Iman Brain Activator yang ditemukan Dicky Zaenal Arifin demi kemashalatan umat manusia.

ARIEF MUHAJIR

Majalah islamic digest INSANI november 2004
Sumber: Hikmatul Iman teknology.

Harga : Rp 2.000.000 belum termasuk ongkos kirim
hub: idems08@gmail.com
>

Tuesday, November 1, 2011

Belajar Saat Tidur? Cuma Bayi yang Bisa

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Bayi yang baru lahir mungkin hanya terjaga beberapa jam setiap hari, namun otak mereka tetap bekerja sepanjang waktu. Para peneliti meyakini, otak secara konstan menyesuaikan dengan keadaan di sekitarnya.

Studi dilakukan terhadap bayi-bayi berusia satu dan dua hari menunjukkan, kemampuan mereka untuk bersikap seperti spons data dengan menyerap informasi mengenai kondisi di sekitar mereka tak pernah berhenti.

Hasil studi yang dilakukan para ahli dari University of Florida itu berhasil diungkap setelah percobaan sederhana melibatkan 26 bayi yang sedang tidur.

Peneliti memainkan sebuah nada untuk mereka kemudian diikuti dengan tiupan lembut di sekitar kelopak mata. Setelah 20 menit, percobaan itu diulang. Sebanyak 24 bayi telah belajar mengantisipasi tiupan tersebut dengan menutup mata mereka.

Gelombang otak bayi juga diketahui berubah.

Seorang Psikolog, Dana Byrd mengatakan, ia menemukan bentuk dasar dari proses belajar pada bayi yang baru lahir. "Jenis pembelajaran yang mungkin tidak akan tampak pada orang dewasa yang tertidur," ujarnya.

"Bayi-bayi itu adalah pembelajar yang lebih baik, penyerap data yang lebih baik dibanding yang kita tahu. Studi sebelumnya mengungkap, kemampuan belajar tersebut ketika mereka terjaga, maka studi ini merupakan yang pertama mengetahui kemampuan itu juga dimiliki bayi yang sedang tidur," paparnya.

Studi yang dipublikasikan pada journal Proceedings of the National Academy of Sciences itu kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi bayi yang tidak berkembang dengan normal seperti yang berisiko disleksia atau autis.

Thursday, October 27, 2011

Hewan Peliharaan Bisa Bikin Cerdas

KOMPAS.com - Hewan peliharaan bukan hanya membuat rumah jadi lebih semarak atau sebagai "penjaga" rumah. Memelihara hewan ternyata juga bisa membantu membuat kita lebih sehat. Apa saja efek memelihara hewan di rumah?

Dorong kecerdasan
Riset menemukan bahwa memiliki hewan peliharaan membantu anak membaca lebih baik, dan bahkan membantu kognitif anak juga. Di tahun 2010, UC Davis School of Veterinary Medicine melakukan studi terhadap beberapa anak yang baru belajar membaca. Mereka diminta berlatih membaca ditemani anjing peliharaan mereka. Anak-anak yang berpartisipasi dalam studi ini mengaku merasa lebih tenang membaca untuk anjing ketimbang ditemani orangtua, guru, atau temannya. Lembaga psikiatri anak dan remaja di Amerika Serikat juga menemukan bahwa hewan peliharaan juga bisa membantu membangun kemampuan komunikasi non-verbal anak.

Menurunkan risiko serangan asma dan alergi
Kedengarannya memang tidak masuk akal, tetapi para peneliti justru menemukan bahwa memelihara anjing atau kucing di rumah yang memiliki anak kecil justru bisa membantu menurunkan kemungkinan si anak tumbuh dengan alergi atau asma. Sebuah studi di University of Wisconsin, Amerika Serikat yang dipublikasikan di The Journal of Allergy and Clinical Immunology menunjukkan bahwa anak-anak kecil yang tumbuh di dalam rumah yang memelihara anjing di rumah memiliki sistem imun tubuh kuat yang sanggup melawan masalah pernapasan kronis. Lalu, di studi yang dilansir American Medical Association di tahun 2002 mengatakan, anak-anak yang tumbuh dengan memiliki hewan peliharaan anjing atau kucing menurunkan risiko memiliki alergi terhadap hewan dan alergi lain, seperti rumput atau tungau.

Menenangkan anak dengan kondisi autistik
Untuk anak dengan kondisi autisme, aktivitas harian, khususnya yang menyangkut situasi sosial, bisa jadi lebih menyulitkan dan membuat stres ketimbang yang dirasa orang lain. Di tahun 2010, University of Montreal mempublikasi studi di jurnal Psychoneuroendocrinology menemukan bahwa kehadiran hewan peliharaan di rumah bisa menurunkan ketegangan dan stres anak dengan kondisi autisme. Orangtua anak dengan kondisi autisme yang berpartisipasi ini melaporkan berkurangnya masalah sikap yang terasosiasikan dengan autisme saat anak-anak diperkenalkan dengan hewan peliharaan yang sudah dididik dan mereka pelihara itu.

Bikin aktif
Tentunya, saat Anda memelihara hewan, Anda harus menjaga kesehatan dan kebersihan si hewan. Untuk melakukan itu semua, pemiliknya tentu harus bergerak dan melakukan sesuatu. Mulai dari membersihkan si hewan, kandangnya, juga mengajaknya beraktivitas. Misal, Anda harus menemani anjing peliharaan untuk berjalan-jalan supaya ia tetap sehat. Sebuah studi di Australia mengatakan bahwa tingkat kesehatan fisik keluarga (baik anak-anak maupun dewasa) yang memiliki hewan peliharaan lebih tinggi dan cukup aktif ketimbang keluarga yang tidak memelihara hewan. Sementara di studi lain mengatakan, keluarga yang memelihara anjing tingkat prevalensi obesitasnya tidak setinggi keluarga yang tak memelihara anjing.

Baik untuk kesehatan mental
Merawat hewan berbulu menawarkan dorongan terhadap kesehatan mental seseorang. Hewan peliharaan adalah topik pembuka pembicaraan yang amat populer, sehingga bisa menjadi bantuan untuk membangun pertemanan dengan orang lain dan mendorong interaksi sosial (diperlukan untuk kesehatan mental). Rasa tanggung jawab saat memelihara hewan bisa menjaga diri jauh dari depresi, dan pertemanan dengan hewan juga terkenal bisa menurunkan stres secara signifikan.

Sebuah studi di tahun 2009 di Amerika Serikat menunjukkan pula bahwa memiliki hewan peliharaan berkontribusi banyak terhadap terapi dan rehabilitasi di antara orang dewasa dengan penyakit mental yang serius. Kucing dan binatang-binatang kecil, seperti burung dan kelinci bahkan digunakan untuk membantu terapi narapidana.

Baik untuk jantung
Mengelus dan memeluk hewan peliharaan ternyata berdampak baik bagi jantung. Riset menunjukkan bahwa pemilik anjing memiliki tingkat tekanan darah yang rendah, kolesterol rendah, dan risiko meninggal akibat komplikasi jantung. Dalam studi 1 dekade yang dilangsungkan University of Minnesota di Minneapolis, yang dipublikasikan pada tahun 2008 mengungkapkan bahwa risiko pemelihara kucing untuk meninggal akibat serangan jantung 60 persen lebih rendah dari yang tidak memelihara hewan, dan 70 persen lebih rendah meninggal akibat penyakit kardiovaskuler ketimbang yang tidak memelihara hewan.

Sumber :ivillage

Saturday, October 15, 2011

Paparan Bahan Kimia Sehari-hari Sering Dianggap Sepele


Jakarta, Setiap hari orang terpapar bahan kimia dalam produk yang dipakai seperti pestisida dan herbisida pada sayuran, bahan-bahan plastik pada peralatan makan, serta bahan-bahan yang digunakan untuk parfum pada sabun, shampoo dan pelembab. Sebagian besar paparan tersebut sangat rendah sehingga dianggap sepele.

Ilmuwan semakin khawatir akan efek merusak bahan-bahan tersebut karena pada tingkat yang sangat rendah pun paparan bahan kimia memiliki efek terhadap janin.

Beberapa bahan kimia tersebut dapat mengganggu sistem endokrin yaitu sistem yang mengatur hormon untuk mengendalikan berat badan, metabolisme tubuh dan sistem reproduksi.

Dokter dan ilmuwan yakin paparan bahan kimia berpengaruh terhadap kegemukan, endometriosis, diabetes, autisme, alergi, kanker dan penyakit lainnya. Hal ini mulai menggugah kesadaran pentingnya membuat aturan yang tegas.

"Penelitian di laboratorium telah menunjukkan bahwa pada tingkat rendah, bahan kimia mengganggu endokrin dan menyebabkan perubahan dalam janin yang memiliki efek kesehatan yang mendalam di masa dewasa, bahkan diturunkan ke generasi berikutnya," kata Patricia Hunt professor genetika dari the School of Molecular Biosciences di Washington State University seperti dilansir dari Scientificamerican.com, Rabu (12/10/2011).

Badan pengawas makanan dan obat di AS (FDA) dan Environmental Protection Agency (EPA) dinilai bertanggung jawab untuk melarang bahan kimia berbahaya dan memastikan bahwa bahan kimia dalam makanan dan obat-obatan telah diuji secara menyeluruh.

Para ilmuwan dan dokter di seluruh disiplin ilmu mengaku prihatin bahwa upaya EPA dan FDA tidak cukup dalam menghadapi rumitnya permasalahan bahan kimia di lingkungan.

Saat ini, dewan senat di Amerika Serikat tengah menggodok undang-undang untuk menggolkan Safe Chemicals Act di tahun 2011. Jika diberlakukan, perusahaan kimia akan diharuskan menunjukkan keamanan produknya sebelum dipasarkan.

Nantinya perusahaan dipanggil untuk menjalani pengujian bahan kimia yang ditengarai mengganggu endokrin. Kebutuhan akan tes tersebut telah diserukan selama lebih dari sepuluh tahun, tapi belum ada sebuah protokol yang sesuai.

Putro Agus Harnowo - detikHealth

Tuesday, January 4, 2011

Otak Sangat Rakus akan Oksigen

Irna Gustia - detikHealth

Jakarta, Otak rentan mengalami kerusakan saat mengalami kekurangan oksigen. Maka itu perbanyaklah oksigen yang masuk ke tubuh agar kondisi otak tetap terjaga, karena kekurangan oksigen bisa mengakibatkan kecacatan hingga kematian.

Dilansir MayoClinic, Kamis (16/12/2010), otak sangat rakus akan oksigen. Meskipun komposisi otak hanya 2 persen dari total massa tubuh, bagian ini menghabiskan total 20 persen kebutuhan oksigen. Artinya, seperlima dari suplai oksigen yang masuk saat bernapas akan langsung lari ke otak.

Begitu besarnya kebutuhan otak akan oksigen sementara otak hanya memiliki sedikit oksigen cadangan. Hal ini juga yang menyebabkan otak rentan mengalami kerusakan pada kondisi kekurangan oksigen.

Jika sama sekali tidak mendapat suplai oksigen dalam waktu 3-7 menit saja, sel-sel otak akan mulai mengalami kematian.

Otak manusia memiliki berat rata-rata 1,4 kg (1.400 gram) dan ada sekitar 100 miliar neuron atau terdapat sekitar 70 juta neuron per gram. Sel-sel ini harus mendapatkan oksigen penuh agar kerjanya maksimal.

Manusia akan sekarat ketika tubuh tidak bisa mendapatkan asupan oksigen yang diperlukan untuk bisa bertahan hidup. Sehingga tidak heran bantuan oksigen adalah hal yang pertama diberikan jika seseorang pingsan agar jantung dan otaknya tetap mendapatkan oksigen.

Oksigen yang banyak artinya tubuh seseorang sehat. Makanan dan pola hidup yang sehat bisa meningkatkan jumlah oksigen di tubuh.

Begitu juga dengan olahraga pernapasan bisa meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen ke dalam darah. Oksigen yang cukup bisa meningkatkan proses metabolisme, karena tingkat oksigen yang berlebih ini akan meningkatkan kemampuan sel-sel untuk menggunakan lemak sebagai energi.

Latihan pernapasan menggunakan diafragma akan memungkinkan seseorang untuk menghirup napas lebih panjang dibandingkan dengan napas melalui dada, sehingga lebih banyak oksigen yang masuk ke dalam sistem.

Dengan melakukan latihan pernapasan yang rutin, maka seseorang bisa melatih tubuh untuk meningkatkan jumlah oksigen yang masuk ke dalam darah.

Di lain pihak oksigen dalam tubuh tidak bisa maksimal karena polusi udara, kurang tidur, menutup kepala saat tidur, merokok, zat-zat kimia, obat-obatan dan makanan tertentu.

Kekurangan oksigen bisa menimbulkan banyak penyakit seperti kerusakan batang otak (traumatic brain injury) dan down syndrome (keterbelakangan mental).

Anak yang ketika bayi mengalami kekurangan oksigen biasanya dalam masa pertumbuhannya akan mengalami kesulitan belajar, ketidakmampuan berkonsentrasi, masalah keseimbangan dan koordinasi tubuh. Autisme dan epilepsi juga diduga terkait dengan kekurangan oksigen saat lahir.