JAKARTA, KOMPAS.com — Tidak banyak manfaatnya bagi anak-anak bila setiap hari terbiasa berada di depan televisi. Tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga non-fisik.
"Dengan menonton televisi, maka ketekunan anak dalam membaca akan berkurang. Kerusakan mata hanyalah dampak kecil dari menonton TV," ujar anggota pengurus pusat IDAI Bidang Pengabdian Masyarakat Dr Sudjatmiko dalam konferensi pers Hari Tanpa TV memperingati Hari Anak Nasional 2009 di Jakarta, Rabu (22/7).
Sudjatmiko melanjutkan, menonton TV berlebih dapat menyebabkan perkembangan motorik anak berkurang. Akibatnya, perkembangan kognitif anak pun menurun. Kurangnya perkembangan kognitif anak ini menyebabkan si anak menjadi tidak percaya diri.
Memang tidak dipungkiri, menonton TV dapat memberi dampak positif asalkan memenuhi beberapa syarat. Bagi anak yang belum bisa membaca, TV dapat memperkaya informasi, jika tayangannya bersifat sederhana, lambat, dan diulang-ulang. Tayangan tentang perilaku yang pro-sosial, seperti gotong royong dan saling menolong, juga dapat memberikan dampak positif.
Karena itu, saat menonton, anak-anak tidak hanya perlu pendampingan orangtua, tetapi juga penjelasan. Orangtua diharapkan dapat menjelaskan apa yang ditonton oleh anaknya bukan hanya duduk mendampingi sang anak menonton.
"Menonton televisi untuk anak-anak maksimal 2 jam sehari dan memerlukan penjelasan dari orangtua," ujar Sudjatmiko.
Pada dasarnya, dunia pertelevisian terdiri dari produsen, keluarga, pengawas/pemerintahan, dan masyarakat yang memiliki kepentingan bersama. Keempat komponen tersebut harus saling mengontrol agar prosesnya dapat berjalan lancar. "Orangtua sebagai filter terakhir harus berperan lebih dalam mengawasi tontonan anak-anaknya," imbaunya.
0 comments:
Post a Comment
sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun