Fransiska Ari Wahyu - detikinet
Jakarta - Radiasi ponsel sering dituding sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan, salah satunya kanker otak. Sebuah riset menampilkan daftar ponsel dengan tingkat radiasi paling tinggi. Apa saja?
Riset yang dilakukan Environmental Working Group (EWG) itu berfokus pada sejumlah ponsel yang tengah naik daun di pasaran Amerika Serikat. Menurut daftar rating radiasi ponsel 2010 tersebut, beberapa ponsel yang menyajikan fitur canggih ternyata memiliki emisi radiasi yang tinggi.
Dikutip detikINET dari Wirelessandmobilenews, Senin (22/2/2010), EWG menobatkan Blackberry Bold dan Motorola Droid sebagai ponsel yang memiliki tingkat radiasi paling tinggi.
Berikut daftar ponsel beradiasi tinggi yang dilansir EWG :
1. Blackberry Bold 9700, AT&T, T-Mobile,1.55 W/kg
2. Motorola Droid, Verizon Wireless, 1.50 W/kg
3. LG Chocolate Touch (VX8575), Verizon Wireless,1.46 W/kg
4. HTC Nexus One by Google, T-Mobile, 1.39 W/kg
5. Apple iPhone 3G S, AT&T, 1.19 W/kg
6. Samsung Instinct HD (SPH-M850), Sprint,1.16 W/kg
7. Motorola CLIQ with MOTOBLUR, T-Mobile,1.10 W/kg
8. Samsung Mythic (SGH-A897), AT&T,1.08 W/kg
9. Pantech Impact, AT&T, 0.92 W/kg
10. Motorola Brute i680, Sprint, 0.86 W/kg
Sementara itu daftar ponsel dengan radiasi rendah :
1. Sanyo Katana II [Kajeet]
2. Samsung Rugby (SGH-a837) [AT&T]
3. Blackberry Storm 9530 [Verizon Wireless]
4. Samsung I8000 Omnia II [Verizon Wireless]
5. Samsung Propel Pro (SGH-i627) [AT&T]
6. Samsung SGH-t229 [T-Mobile]
7. Helio Pantech Ocean [Virgin Mobile]
8. Sony Ericsson W518a Walkman [AT&T]
9. Samsung SGH-a137 [AT&T, AT&T GoPhone]
10. LG Shine II [AT&T]
Monday, February 22, 2010
Thursday, February 18, 2010
Waspadai Bahaya Radiasi Ponsel pada Anak
ORANGTUA harus berpikir dua kali sebelum memenuhi permintaan anaknya yang masih duduk di sekolah dasar memiliki telepon genggam. Sebab, menurut sebuah penelitian, menggunakan telepon genggam sejak dini mempunyai risiko jangka panjang untuk kesehatan mereka.
Para peneliti di National Radiology Protection Board, Inggris, mengatakan, radiasi elektromagnetik yang dihasilkan dari telepon gengam dapat merusak DNA dan mengakibatkan tumor otak. Orangtua seharusnya tidak memberikan telepon genggam pada anak-anak yang berusia 8 tahun atau di bawahnya sebagai tindakan pencegahan gangguan radiasi dari alat-alat tersebut.
“Ketika Anda menggunakan telepon genggam, 70-80 persen energi radiasi yang dipancarkan dari antena telepon itu diserap oleh kepala. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan, potensi dampak negatif dari penyerapan radiasi jangka panjang yang dipancarkan oleh telepon genggam. Sayangnya, hanya sedikit penelitian yang memfokuskan pada anak-anak,” ungkap Prof Henry Lai dari University of Washington, AS, seperti dikutip web MD Health.
Prof Henry mengatakan, efek radiasi pada anak-anak sangat mengkhawatirkan karena otak yang masih berkembang sangat mungkin terkena radiasi. Tumor otak biasanya berkembang selama 30 sampai 40 tahun. Anak-anak yang menggunakan telepon genggam sejak remaja akan mempunyai periode waktu yang lebih panjang sebelum terlihat dampaknya.
“Kita tidak tahu apakah anak-anak lebih mudah terkena radiasi," katanya sambil menyarankan agar orang-orang menggunakan headset guna menjauhkan antena dari kepala.
sumber : kompas
Para peneliti di National Radiology Protection Board, Inggris, mengatakan, radiasi elektromagnetik yang dihasilkan dari telepon gengam dapat merusak DNA dan mengakibatkan tumor otak. Orangtua seharusnya tidak memberikan telepon genggam pada anak-anak yang berusia 8 tahun atau di bawahnya sebagai tindakan pencegahan gangguan radiasi dari alat-alat tersebut.
“Ketika Anda menggunakan telepon genggam, 70-80 persen energi radiasi yang dipancarkan dari antena telepon itu diserap oleh kepala. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan, potensi dampak negatif dari penyerapan radiasi jangka panjang yang dipancarkan oleh telepon genggam. Sayangnya, hanya sedikit penelitian yang memfokuskan pada anak-anak,” ungkap Prof Henry Lai dari University of Washington, AS, seperti dikutip web MD Health.
Prof Henry mengatakan, efek radiasi pada anak-anak sangat mengkhawatirkan karena otak yang masih berkembang sangat mungkin terkena radiasi. Tumor otak biasanya berkembang selama 30 sampai 40 tahun. Anak-anak yang menggunakan telepon genggam sejak remaja akan mempunyai periode waktu yang lebih panjang sebelum terlihat dampaknya.
“Kita tidak tahu apakah anak-anak lebih mudah terkena radiasi," katanya sambil menyarankan agar orang-orang menggunakan headset guna menjauhkan antena dari kepala.
sumber : kompas
Ponsel Bikin Kanker Kelenjar Ludah?
TEL AVIV, SENIN - Bila Anda termasuk orang yang sering menggunakan ponsel secara berlebihan, sebaiknya berhati-hati. Menurut sebuah penelitian terbaru di Israel, pengaruh radiasi akibat penggunaan ponsel yang berlebihan berpotensi menyebabkan kanker kelenjar ludah.
Indikasi terbaru akan pengaruh buruk ponsel, terungkap melalui hasil penelitian yang melibatkan sekitar 500 orang Israel yang mengidap kanker. Dalam penelitian ini, data penggunaan ponsel para partisipan dianalisis dan dibandingkan dengan 1.300 pemeriksaan kesehatan.
Dari hasil analisis, partisipan yang biasa memakai ponsel dengan menempelkannya di satu sisi kepala selama beberapa jam tercatat 50% berisiko lebih besar mengidap kanker kelenjar ludah. Riset mengenai pengaruh ponsel ini dipublikasikan dalam The American Journal of Epidemiology.
Penelitian tentang pengaruh ponsel memang sudah banyak dilakukan dan kebanyakan selalu memusatkannya pada risiko mengidap penyakit tumor. Dan tak jarang di antara riset tersebut tidak menemukan hubungan signifikan antara radiasi ponsel dengan risiko mengidap kanker.
Menurut peneliti di Tel Aviv University, penelitian-penelitian tersebut cenderung selalu terfokus pada tumor otak, dan seringkali tidak mengujinya untuk penggunaan jangka panjang.
Kanker kelenjar ludah adalah jenis penyakit dengan prevalensi sangat rendah. Inggris misalnya, dari 230.000 kasus kanker yang ditemukan setiap tahunnya, hanya 550 kasus saja yang berhubungan dengan jenis yang satu ini.
Dr. Siegal Sadetzki yang memimpin riset ini mengatakan penggunaan ponsel di Israel tercatat lebih tinggi ketimbang negara lain di dunia. Fenomena ini memberikan keuntungan bagi riset karena peneliti dapat memantau pengaruhnya untuk jangka panjang atau pun dampak kumulatif yang akan terjadi.
"Dibandingkan dengan penelitian lain, jumlah paparan pada radisi frekuensi radio yang kami pantau di sini lebih tinggi. Jika Anda mau, Anda akan melihat apa yang terjadi di mana pun lebih cepat terjadi di Israel," ungkapnya.
Salah satu temuan kunci dari penelitian ini adalah penggunaan ponsel yang tinggi di wilayah pinggiran atau pedesaan ternyata memiliki dampak risiko lebih tinggi ketimbang di kota. Hal disebabkan fakta bahwa penggunaan ponsel di area dengan sinyal lemah butuh pancaran radiasi yang lebih kuat supaya ponsel dapat berfungsi.
Namun Dr Sadetzki menekankan, satu penelitian saja tidak cukup untuk membuktikan suatu hubungan sehingga penelitian lanjutan perlu dilakukan. Meski demikian, hingga bukti-bukti baru ditemukan, lanjutnya, pendekatan yang bersifat pencegahan tetap merupakan yang terbaik khususnya dikaitkan dengan penggunaan ponsel pada anak-anak.
Walau temuan baru dari Israel ini menunjukkan adanya dampak signifikan, sebuah penelitian terbesar dan terpanjang tentang ponsel lainnya justru tidak menemukan adanya peningkatan risiko jenis kanker apapun.
Penelitian tersebut melibatkan 420.000 orang di Denmark, yang telah menggunakan ponsel selama kurang lebih 10 tahun. Dari riset itu terungkap fakta bahwa kasus kanker ternyata lebih rendah dari yang diperkirakan untuk ukuran riset sebesar itu. Hal itu juga mengindikasikan bahwa ponssel tak memiliki dampak pada perkembangan tumor.
sumber : kompas
Indikasi terbaru akan pengaruh buruk ponsel, terungkap melalui hasil penelitian yang melibatkan sekitar 500 orang Israel yang mengidap kanker. Dalam penelitian ini, data penggunaan ponsel para partisipan dianalisis dan dibandingkan dengan 1.300 pemeriksaan kesehatan.
Dari hasil analisis, partisipan yang biasa memakai ponsel dengan menempelkannya di satu sisi kepala selama beberapa jam tercatat 50% berisiko lebih besar mengidap kanker kelenjar ludah. Riset mengenai pengaruh ponsel ini dipublikasikan dalam The American Journal of Epidemiology.
Penelitian tentang pengaruh ponsel memang sudah banyak dilakukan dan kebanyakan selalu memusatkannya pada risiko mengidap penyakit tumor. Dan tak jarang di antara riset tersebut tidak menemukan hubungan signifikan antara radiasi ponsel dengan risiko mengidap kanker.
Menurut peneliti di Tel Aviv University, penelitian-penelitian tersebut cenderung selalu terfokus pada tumor otak, dan seringkali tidak mengujinya untuk penggunaan jangka panjang.
Kanker kelenjar ludah adalah jenis penyakit dengan prevalensi sangat rendah. Inggris misalnya, dari 230.000 kasus kanker yang ditemukan setiap tahunnya, hanya 550 kasus saja yang berhubungan dengan jenis yang satu ini.
Dr. Siegal Sadetzki yang memimpin riset ini mengatakan penggunaan ponsel di Israel tercatat lebih tinggi ketimbang negara lain di dunia. Fenomena ini memberikan keuntungan bagi riset karena peneliti dapat memantau pengaruhnya untuk jangka panjang atau pun dampak kumulatif yang akan terjadi.
"Dibandingkan dengan penelitian lain, jumlah paparan pada radisi frekuensi radio yang kami pantau di sini lebih tinggi. Jika Anda mau, Anda akan melihat apa yang terjadi di mana pun lebih cepat terjadi di Israel," ungkapnya.
Salah satu temuan kunci dari penelitian ini adalah penggunaan ponsel yang tinggi di wilayah pinggiran atau pedesaan ternyata memiliki dampak risiko lebih tinggi ketimbang di kota. Hal disebabkan fakta bahwa penggunaan ponsel di area dengan sinyal lemah butuh pancaran radiasi yang lebih kuat supaya ponsel dapat berfungsi.
Namun Dr Sadetzki menekankan, satu penelitian saja tidak cukup untuk membuktikan suatu hubungan sehingga penelitian lanjutan perlu dilakukan. Meski demikian, hingga bukti-bukti baru ditemukan, lanjutnya, pendekatan yang bersifat pencegahan tetap merupakan yang terbaik khususnya dikaitkan dengan penggunaan ponsel pada anak-anak.
Walau temuan baru dari Israel ini menunjukkan adanya dampak signifikan, sebuah penelitian terbesar dan terpanjang tentang ponsel lainnya justru tidak menemukan adanya peningkatan risiko jenis kanker apapun.
Penelitian tersebut melibatkan 420.000 orang di Denmark, yang telah menggunakan ponsel selama kurang lebih 10 tahun. Dari riset itu terungkap fakta bahwa kasus kanker ternyata lebih rendah dari yang diperkirakan untuk ukuran riset sebesar itu. Hal itu juga mengindikasikan bahwa ponssel tak memiliki dampak pada perkembangan tumor.
sumber : kompas
Ponsel Pengaruhi Kualitas Sperma?
NEW YORK, KAMIS - Dampak negatif dari radiasi telepon selular kembali mendapat sorotan. Kali ini, sebuah riset mengklaim penggunaan ponsel yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas sperma.
Kaitan penggunaan ponsel dan kualitas sperma diungkap oleh para ahli melalui riset pendahuluan di Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Dengan melibatkan 361pasien klinik, peneliti menemukan bahwa semakin lama pria menggunakan ponsel setiap hari, semakin menurun jumlah sel sperma dan semakin besar pula prosentase jumlah sperma abnormal.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility ini merupakan fakta lain yang mempertanyakan dampak potensial penggunaan ponsel atau alat-alat nirkabel terhadap kesehatan. Beberapa riset sebelumnya kerap menghubungkan radiasi ponsel dengan timbulnya gangguan kesehatan seperti penyakit susah tidur atau tumor otak. Walau begitu, ada pula riset lainnya yang tidak menemukan hubungan ponsel dengan problem kesehatan.
Yang menjadi kekhawatiran selama ini adalah energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel secara teoretis dapat mempengaruhi sel-sel tubuh. Apalagi juga digunakan dalam waktu lama, ponsel dikhawatirkan mengganggu jaringan dengan cara merusak DNA.
Tetapi temuan para ahli di Cleveland ini tidak memberikan bukti bahwa radiasi ponsel dapat merusak sperma. "Hasil penelitian kami menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara penggunaan ponsel dengan penurunan kualita semen. Namun begitu, ini tidak membuktikan adanya hubungan sebab akibat," ungkap pimpinan riset, Dr Ashok Agarwal.
Dalam penelitiannya, Agarwal beserta tim meneliti sampel semen dari 361 pria yang mengunjungi klinik infertilitas selama sekitar setahun. Peneliti juga mengadakan semacam kuisioner kepada seluruh partisipan untuk menanyakan soal kebiasaan menggunakan ponsel.
Secara umum, peneliti menemukan bahwa jumlah dan kualitas sel sperma cenderung menurun seiring meningkatnya jumlah waktu penggunaan ponsel. Pria yang dalam kuisioner mengaku menggunakan ponsel rata-rata empat jam sehari tercatat memiliki rata-rata jumlah sel sperma terendah serta jumlah sel normal/aktif terendah.
"Kami mengasumsikan dari hasil penelitian ini bahwa penggunan ponsel yang berlebihan berhubungan dengan rendahnya kualitas semen," kata Agarwal. Tetapi apakah ponsel dapat secara langsung mempengaruhi kesuburan pria masih belum jelas.
Agarwal mengatakan, timnya juga saat ini tengah melakukan dua riset lanjutan untuk mempertegas asumsi tersebut. Pada riset pertama, peneliti menyinari sampel semen dengan radiasi elektromagnetik dari ponsel untuk melihat dan mengetahui dampak apa yang akan terjadi.
Sedangkan pada riset kedua, peneliti akan meneruskan riset awal dengan melibatkan jumlah pria yang lebih banyak. Menurut Agarwal, riset ini juga akan memperhitungkan faktor lain yang akan mempengaruhi seperti gaya hidup (lifestyle) serta risiko yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kualitas sperma.
sumber : kompas
Kaitan penggunaan ponsel dan kualitas sperma diungkap oleh para ahli melalui riset pendahuluan di Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Dengan melibatkan 361pasien klinik, peneliti menemukan bahwa semakin lama pria menggunakan ponsel setiap hari, semakin menurun jumlah sel sperma dan semakin besar pula prosentase jumlah sperma abnormal.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility ini merupakan fakta lain yang mempertanyakan dampak potensial penggunaan ponsel atau alat-alat nirkabel terhadap kesehatan. Beberapa riset sebelumnya kerap menghubungkan radiasi ponsel dengan timbulnya gangguan kesehatan seperti penyakit susah tidur atau tumor otak. Walau begitu, ada pula riset lainnya yang tidak menemukan hubungan ponsel dengan problem kesehatan.
Yang menjadi kekhawatiran selama ini adalah energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel secara teoretis dapat mempengaruhi sel-sel tubuh. Apalagi juga digunakan dalam waktu lama, ponsel dikhawatirkan mengganggu jaringan dengan cara merusak DNA.
Tetapi temuan para ahli di Cleveland ini tidak memberikan bukti bahwa radiasi ponsel dapat merusak sperma. "Hasil penelitian kami menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara penggunaan ponsel dengan penurunan kualita semen. Namun begitu, ini tidak membuktikan adanya hubungan sebab akibat," ungkap pimpinan riset, Dr Ashok Agarwal.
Dalam penelitiannya, Agarwal beserta tim meneliti sampel semen dari 361 pria yang mengunjungi klinik infertilitas selama sekitar setahun. Peneliti juga mengadakan semacam kuisioner kepada seluruh partisipan untuk menanyakan soal kebiasaan menggunakan ponsel.
Secara umum, peneliti menemukan bahwa jumlah dan kualitas sel sperma cenderung menurun seiring meningkatnya jumlah waktu penggunaan ponsel. Pria yang dalam kuisioner mengaku menggunakan ponsel rata-rata empat jam sehari tercatat memiliki rata-rata jumlah sel sperma terendah serta jumlah sel normal/aktif terendah.
"Kami mengasumsikan dari hasil penelitian ini bahwa penggunan ponsel yang berlebihan berhubungan dengan rendahnya kualitas semen," kata Agarwal. Tetapi apakah ponsel dapat secara langsung mempengaruhi kesuburan pria masih belum jelas.
Agarwal mengatakan, timnya juga saat ini tengah melakukan dua riset lanjutan untuk mempertegas asumsi tersebut. Pada riset pertama, peneliti menyinari sampel semen dengan radiasi elektromagnetik dari ponsel untuk melihat dan mengetahui dampak apa yang akan terjadi.
Sedangkan pada riset kedua, peneliti akan meneruskan riset awal dengan melibatkan jumlah pria yang lebih banyak. Menurut Agarwal, riset ini juga akan memperhitungkan faktor lain yang akan mempengaruhi seperti gaya hidup (lifestyle) serta risiko yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kualitas sperma.
sumber : kompas
Makin Jelas, Ponsel Bahayakan Kesehatan!
Budi Winoto
INILAH.COM, Jakarta - Studi terbesar akhirnya makin mempertegas penggunaan ponsel bisa menyebabkan kanker. Peneliti Interphone researcher mengumpulkan dan menganalisa 6.400 pasien tumor di 13 negara. Mungkin 3 milar pengguna ponsel, perlu untuk kembali menggunakan telepon rumah.
Peneliti di Israel yang bergabung di Interphone menemukan, orang yang menggunakan ponsel secara rutin, 50% lebih berpotensi mengidap tumor otak dibandingkan yang tidak.
Termasuk dalam penelitian di Interphone itu, analis dari Inggris, Denmark, Norwegia, Swedia dan Finlandia yang melaporkan kenaikan 40% resiko menderita tumor bagi orang yang menggunakan ponsel. Pengaruh ini hanya untuk yang menggunakan ponsel lebih dari 10 tahun.
Untuk saat ini belum diketahui bagaimana ponsel menyebabkan kanker. Radiasi yang dipancarkan terlalu kecil untuk menyebabkan kerusakan genetik.
Tetapi beberapa ilmuwan yakin ponsel memiliki efek tidak langsung dimana menjadikan sel tidak terkontrol. Namun belum ada konsensus mengenai teori itu.
INILAH.COM, Jakarta - Studi terbesar akhirnya makin mempertegas penggunaan ponsel bisa menyebabkan kanker. Peneliti Interphone researcher mengumpulkan dan menganalisa 6.400 pasien tumor di 13 negara. Mungkin 3 milar pengguna ponsel, perlu untuk kembali menggunakan telepon rumah.
Peneliti di Israel yang bergabung di Interphone menemukan, orang yang menggunakan ponsel secara rutin, 50% lebih berpotensi mengidap tumor otak dibandingkan yang tidak.
Termasuk dalam penelitian di Interphone itu, analis dari Inggris, Denmark, Norwegia, Swedia dan Finlandia yang melaporkan kenaikan 40% resiko menderita tumor bagi orang yang menggunakan ponsel. Pengaruh ini hanya untuk yang menggunakan ponsel lebih dari 10 tahun.
Untuk saat ini belum diketahui bagaimana ponsel menyebabkan kanker. Radiasi yang dipancarkan terlalu kecil untuk menyebabkan kerusakan genetik.
Tetapi beberapa ilmuwan yakin ponsel memiliki efek tidak langsung dimana menjadikan sel tidak terkontrol. Namun belum ada konsensus mengenai teori itu.
Awas, Ponsel Penyebab Tumor Otak
TELEPON genggam genggam ternyata bermasalah. Telepon genggam atau hand phone, terbukti bisa menyebabkan sakit atau gangguan tumor otak.
Sejak lama, radiasi handphone dipercaya dapat mengganggu kesehatan. Riset para ilmuwan Eropa yang dipublikasikan Desember 2004 memperlihatkan, radiasi telepon seluler (ponsel) memang berpotensi merusak sel DNA.
Karena itu, apabila Anda berniat membelikan anak kesayangan sebuah ponsel, penting untuk membaca laporan ini. Sebuah riset yang dilakukan National Radiological Protection Board (NRPB) Inggris menyimpulkan efek radiasi ponsel bisa mengganggu perkembangan otak si kecil.
Lebih jauh, kata peneliti NRPB, William Stewart, serangan ini bisa menghambat pembentukan sistem syaraf pada anak. "Saya imbau Anda untuk mengikuti saran ini. Terutama jika anak Anda masih berusia delapan tahun ke bawah," tutur dia.
Penelitian lain yang diadakan ilmuwan Swedia pada April tahun lalu menemukan hubungan antara penggunaan ponsel dengan pertumbuhan sel tumor. Efek negatif ini, kata Stewart, dipastikan akan jauh lebih berbahaya bagi si Upik. "Ini karena otak mereka masih kecil dan tengah tumbuh. Dikhawatirkan, radiasi akan menyerang bagian yang lebih besar," tutur dia.
Tak lama setelah laporan ini dipublikasikan, Commun 8, sebuah perusahaan ponsel di Inggris berencana melarang penjualan produk ini kepada anak-anak.
Namun, Asosiasi Operator Handphone Inggris punya pendapat lain. "Lebih baik membatasi anak-anak berbicara langsung (voice calls) di handphone agar tidak terkena dampak radiasi. Mereka cukup ber-SMS saja," kata Mike Dolan. Penelitian terhadap efek radiasi perangkat-perangkat wireless lain, seperti Bluetooth dan Wi-Fi, juga tengah digagas.
Namun studi terbesar akhirnya makin mempertegas penggunaan ponsel bisa menyebabkan kanker. Peneliti Interphone mengumpulkan dan menganalisa 6.400 pasien tumor di 13 negara. Mungkin 3 milar pengguna ponsel, perlu untuk kembali menggunakan telepon rumah.
Peneliti di Israel yang bergabung di Interphone menemukan, orang yang menggunakan ponsel secara rutin, 50% lebih berpotensi mengidap tumor otak dibandingkan yang tidak.
Termasuk dalam penelitian di Interphone itu, analis dari Inggris, Denmark, Norwegia, Swedia dan Finlandia yang melaporkan kenaikan 40% risiko menderita tumor bagi orang yang menggunakan ponsel. Pengaruh ini hanya untuk yang menggunakan ponsel lebih dari 10 tahun.
Untuk saat ini belum diketahui bagaimana ponsel menyebabkan kanker. Radiasi yang dipancarkan terlalu kecil untuk menyebabkan kerusakan genetik.
Tetapi beberapa ilmuwan yakin ponsel memiliki efek tidak langsung dimana menjadikan sel tidak terkontrol. Namun belum ada konsensus mengenai teori itu.
Meski demikian, bagi kita di Indonesia, maka berhati-hatilah dan jangan sering lama memakai telepon genggam. Sebab getarannya bisa bikin sakit tumor otak. Meski ini bukan kebenaran mutlak, namun ada bukti dan fakta yang menguatkannya.
sumber : inilah.com
Sejak lama, radiasi handphone dipercaya dapat mengganggu kesehatan. Riset para ilmuwan Eropa yang dipublikasikan Desember 2004 memperlihatkan, radiasi telepon seluler (ponsel) memang berpotensi merusak sel DNA.
Karena itu, apabila Anda berniat membelikan anak kesayangan sebuah ponsel, penting untuk membaca laporan ini. Sebuah riset yang dilakukan National Radiological Protection Board (NRPB) Inggris menyimpulkan efek radiasi ponsel bisa mengganggu perkembangan otak si kecil.
Lebih jauh, kata peneliti NRPB, William Stewart, serangan ini bisa menghambat pembentukan sistem syaraf pada anak. "Saya imbau Anda untuk mengikuti saran ini. Terutama jika anak Anda masih berusia delapan tahun ke bawah," tutur dia.
Penelitian lain yang diadakan ilmuwan Swedia pada April tahun lalu menemukan hubungan antara penggunaan ponsel dengan pertumbuhan sel tumor. Efek negatif ini, kata Stewart, dipastikan akan jauh lebih berbahaya bagi si Upik. "Ini karena otak mereka masih kecil dan tengah tumbuh. Dikhawatirkan, radiasi akan menyerang bagian yang lebih besar," tutur dia.
Tak lama setelah laporan ini dipublikasikan, Commun 8, sebuah perusahaan ponsel di Inggris berencana melarang penjualan produk ini kepada anak-anak.
Namun, Asosiasi Operator Handphone Inggris punya pendapat lain. "Lebih baik membatasi anak-anak berbicara langsung (voice calls) di handphone agar tidak terkena dampak radiasi. Mereka cukup ber-SMS saja," kata Mike Dolan. Penelitian terhadap efek radiasi perangkat-perangkat wireless lain, seperti Bluetooth dan Wi-Fi, juga tengah digagas.
Namun studi terbesar akhirnya makin mempertegas penggunaan ponsel bisa menyebabkan kanker. Peneliti Interphone mengumpulkan dan menganalisa 6.400 pasien tumor di 13 negara. Mungkin 3 milar pengguna ponsel, perlu untuk kembali menggunakan telepon rumah.
Peneliti di Israel yang bergabung di Interphone menemukan, orang yang menggunakan ponsel secara rutin, 50% lebih berpotensi mengidap tumor otak dibandingkan yang tidak.
Termasuk dalam penelitian di Interphone itu, analis dari Inggris, Denmark, Norwegia, Swedia dan Finlandia yang melaporkan kenaikan 40% risiko menderita tumor bagi orang yang menggunakan ponsel. Pengaruh ini hanya untuk yang menggunakan ponsel lebih dari 10 tahun.
Untuk saat ini belum diketahui bagaimana ponsel menyebabkan kanker. Radiasi yang dipancarkan terlalu kecil untuk menyebabkan kerusakan genetik.
Tetapi beberapa ilmuwan yakin ponsel memiliki efek tidak langsung dimana menjadikan sel tidak terkontrol. Namun belum ada konsensus mengenai teori itu.
Meski demikian, bagi kita di Indonesia, maka berhati-hatilah dan jangan sering lama memakai telepon genggam. Sebab getarannya bisa bikin sakit tumor otak. Meski ini bukan kebenaran mutlak, namun ada bukti dan fakta yang menguatkannya.
sumber : inilah.com
Subscribe to:
Posts (Atom)