Monday, September 1, 2008

Atlet


“Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka”
QS : Al-Insaan (76) : 28

Atlet olahraga, baik itu level daerah, nasional ataupun internasional merupakan kebangggaan. Tapi kebanggaan itu mempunyai konsekuensi yang tidak kecil, dimana atlet ybs. harus bisa mempertahankan image terhadap prestasi yang sudah ia dapatkan.

Beberapa fakta di lapangan menunjukkan bahwa atlet Indonesia mengalami penurunan drastis setelah memasuki jenjang pernikahan dan berkeluarga, mengapa hal ini bisa terjadi? Ternyata faktor penentunya adalah kontinyuitas latihan yang mengalami penurunan cukup tajam.

Apakah hal ini dapat diantisipasi? Hingga atlet-atlet yang telah berprestasi bisa terus stabil, sementara atlet di bidang olahraga lain bisa ditingkatkan dalam hal bakat, stamina dan prestasinya. Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil, meski dalam pelaksanaannya memerlukan proses dan perjuangan yang cukup serius.

Pemfokuskan pada pembinaan atlet dalam berbagai macam bidang olahraga, dengan menekankan pada pembinaan:

a) Optimalisasi bakat,
b) Peningkatan stamina,
c) Pencapaian prestasi.

Ibarat gelombang, kehidupan manusia selalu naik dan turun. Begitu pula dalam bidang olahraga, secara rasional kita akui bahwa tidak mungkin prestasi dapat diraih tanpa latihan yang tekun, efektif dan efisien. Namun, latihan yang selama ini dilakukan, ternyata masih belum cukup untuk menunjang optimalisasi bakat, peningkatan stamina dan pencapaian prestasi para atlet di Indonesia.

Stamina adalah suatu keadaan dimana seseorang bisa terus mempertahankan semangat, kemauan dan fitalitas dalam melakukan suatu kegiatan, termasuk di dalamnya dalam berolahraga. Pertanyaan mendasar adalah: bagaimana stamina ini ditingkatkan?

Ibarat kendaraan, manusia tentu mempunyai energi yang menggerakkan tubuh, tapi jika kita kaji lebih jauh, tubuh manusia jauh lebih unik dan sempurna dibandingkan dengan mesin canggih manapun. Contohnya: jika kita melakukan lari sprint sepanjang 1000 meter lalu kita merasakan kelelahan, cobalah untuk istirahat sejenak, jangan makan dan minum. Insya ALLAH tidak berapa lama tenaga kita akan pulih. Darimanakah asalnya energi itu? Bisakah energi tersebut diaktualisasikan, hingga meskipun telah lari sprint 1000 meter, stamina kita tetap bagus?

Sistem tubuh manusia, yang terdiri dari berbagai organ-organ, organ terdiri dari berbagai jaringan, jaringan terdiri dari sel-sel, sel terdiri dari berbagai unsur penyusunnya, unsur inipun masih dapat dipecah dan dibagi-bagi sampai menjadi sesuatu yang kecil dan tidak dapat dibagi lagi, yaitu energi.

Pada tingkatan unsur-unsur sel, terdapat mitokondria sebagai sumber energi dan DNA sebagai “otak” sel yang akan mengatur pembagian energi ini. Dalam kehidupan sehari-hari, energi yang aktif dari sumbernya ini hanya 2,5% saja, sedangkan yang 97,5% hanya menjadi potensi saja dan baru muncul dalam keadaan tertentu, seperti pada kondisi tubuh setelah melakukan sprint di atas.

Penemuan manusia akan hal ini sebanding dengan baru ditemukannya 1% bahan genetik dalam DNA untuk pengkodean, sedangkan 99% bahan genetik yang tersisa masih merupakan misteri bagi dunia kedokteran molekuler saat ini.

Kita harus menggunakan metode baru, hingga diupayakan stamina para atlet bisa bertahan dan terus stabil dalam melakukan olahraga, yaitu dengan mengoptimalkan energi yang terkandung dalam sel, terutama yang terdapat di sekitar ulu hati, karena disini terdapat enzim Q-10 yang merupakan replikator (pengganda) ATP.

Prestasi atlet dapat diraih dengan dukungan beberapa faktor, diantaranya: atlet (kondisi fisik dan mental), lingkungan (sarana dan prasarana), dan pelatih yang berkualitas. Dalam hal lingkungan dan pelatih, insya ALLAH di Indonesia hampir sama dengan di luar negeri, dalam beberapa hal. Tapi yang menjadi fokus perhatian disini adalah kondisi mental atlet.

Banyak contoh kasus yang terjadi di dunia olahraga Indonesia –meski tidak semuanya—di mana atlet sering terkena kondisi euphoria dan kondisi latihan yang anjlok setelah mereka menikah. Bandingkanlah, misalnya, dengan para atlet luar negeri yang terus berprestasi setalah meraih juara ke-1 dan meskipun mereka telah menikah.

Mental sendiri dikondisikan oleh berbagai hal, seperti: latar belakang, pendidikan, referensi dan lingkungan seorang atlet. Apabila hal tidak dapat dirubah (terutama latar belakang), maka ada 3 hal lagi yang bisa dirubah. Program Atlet PE, insya ALLAH bisa mengupayakan untuk pencapaian kondisi mental yang baik dengan metode khusus.

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun