Sekitar 50 anak usia 8-14 tahun terlibat dalam permainan interaktif tentang bahaya merokok di Lantai IV Gereja St Yoseph, Jalan Matraman Raya, Jakarta Timur, Minggu (5/6). Dari kegiatan itu diketahui, ternyata semua anak itu telah tahu dan mengenal rokok. Mereka mendapatkan informasi rokok dari perokok serta iklan dan promosi yang mereka temui, baca, atau lihat setiap hari di sekeliling mereka.
Apa yang muncul dari kegiatan itu sama dengan kondisi yang terjadi sebenarnya di masyarakat. Riset yang pernah dilakukan Komisi Nasional Perlindungan Anak bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Hamka pada 2007 menemukan hal yang sama.
Sebanyak 99,7 persen remaja usia 13-15 tahun pernah melihat iklan rokok di televisi, 76,2 persen pernah melihat iklan rokok di media cetak, dan 86,7 persen pernah melihat iklan rokok di baliho atau poster di luar ruang. Tidak kurang dari 81 persen remaja responden riset juga mengaku pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok.
”Asap rokok memang telah mengepung kita. Semakin banyak keluarga, teman, atau kenalan kita sakit, bahkan meninggal dunia akibat rokok. Namun, tetap saja jumlah perokok bertambah,” kata Connie T, ketua panitia kegiatan promosi antirokok kepada anak itu.
Apa yang dilakukan Connie agaknya tidak sebanding dengan apa yang dilakukan industri rokok dan pengikutnya demi mempromosikan rokok. Lihat saja, selain iklan rokok yang berhamburan di setiap media, hampir setiap bulan di depan halaman Balai Kota DKI Jakarta ataupun di DPRD DKI Jakarta selalu ada demo yang menuntut dicabutnya Peraturan Gubernur Nomor 88 Tahun 2010.
Pergub yang menghapus ruang khusus merokok di tempat umum itu membuat perokok tidak bisa merokok di dalam ruangan di tempat umum kecuali di udara terbuka. Para pendemo sering kali mengajak pedagang asongan berdemo, dengan alasan mereka inilah yang akan terkena dampaknya dengan pelarangan itu.
Aksi demo ini tentu saja mengherankan. Masalahnya, sudah dilarang saja jumlah perokok tiap tahun terus meningkat. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia, dan Jepang.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2010 menemukan penduduk berumur di atas 15 tahun yang merokok sebesar 34,7 persen. Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun dari 17,3 persen (2007) menjadi 18,6 persen atau naik hampir 10 persen dalam kurun tiga tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu 25-34 tahun dari 29,0 persen (2007) menjadi 31,1 persen (2010).
Hasil riset yang mengejutkan ini tentu saja mendorong Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus menjaga warganya dari bahaya asap rokok. Pemprov menilai, upaya pengendalian rokok ini harus terus dilakukan.
Sebenarnya pada tahun 2004, Pemprov DKI sudah mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No 16/2004 tentang pengendalian rokok di tempat kerja di lingkungan Pemprov DKI. SK itu disosialisasikan di seluruh jajaran pemerintah daerah hingga kecamatan dan kelurahan, bahkan di lingkungan kerja di DKI harus ada kawasan tanpa rokok.
SK Gubernur ini lalu dikembangkan menjadi Peraturan Daerah No 75/2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok di tempat belajar mengajar, tempat bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum. Namun, ini pun ternyata belum efektif.
Tidak peduli
Masih banyak ditemukan perokok yang tidak peduli dengan merokok di tempat umum. Selain itu, asap rokok masih bisa mencemari ruangan-ruangan lain sehingga membahayakan yang tidak merokok. Melihat kenyataan ini, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo pun akhirnya mengeluarkan Pergub No 88/2010 yang menghapus semua tempat merokok di tempat umum.
”Kita sudah mengetahui, penyakit-penyakit yang ditimbulkan rokok telah melemahkan sumber daya kita. Asap rokok telah memicu sedikitnya 35 macam penyakit, mulai dari penyakit saluran pernapasan, kanker paru-paru, penyakit pembuluh darah, impotensi, stroke, dan kanker kandung kemih. Jadi, lebih banyak kerugian yang ditimbulkan dari pada keuntungannya,” papar Fauzi.
Data dari Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia menyebutkan, kerugian akibat penyakit yang ditimbulkan asap rokok mencapai Rp 167 triliun pada tahun 2005. Pada saat yang sama, pendapatan pemerintah dari cukai tembakau hanya sebesar Rp 32,6 triliun.
Sementara Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta Peni Susanti mengatakan, berdasarkan hasil survei, sebagian besar masyarakat kalangan menengah ke bawah menghabiskan 20 persen dari pendapatannya untuk membeli rokok. Kenyataan ini tentu sangat ironis sekali mengingat untuk makan saja terkadang susah, tetapi mereka mampu menyisihkan uangnya hanya untuk rokok.
Dengan melihat kondisi buruk yang ditimbulkan rokok dan gempuran yang terus-menerus dilakukan oleh industri rokok dan kelompok pengikutnya, upaya untuk membebaskan masyarakat yang tidak merokok dari bahaya asap rokok harus terus dilakukan. Keikutsertaan warga masyarakat pun dibutuhkan, yakni dengan memberikan sanksi sosial bagi perokok. Caranya dengan berani menegur perokok ketika mereka merokok di sembarang tempat.
Penulis : M Clara Wresti
Sumber :Kompas Cetak
*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.
Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.
Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.
Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.
Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.
*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.
UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.
Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.
Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.
Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." An-Nisa: 29
0 comments:
Post a Comment
sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun