KOMPAS.com - Ternyata benar apa yang Nenek bilang, sering marah tak baik untuk kesehatan. Penelitian ilmiah membuktikan, orang dengan temperamen tinggi lebih berpeluang menderita penyakit jantung.
"Kita berbicara tentang orang yang kadar emosinya selalu berada di level tertinggi," kata Laura Kubzansky, PhD, dari Harvard School of Public Health yang meneliti tentang stres dan emosi pada penyakit kardiovaskular.
Orang dengan sifat pemarah yang dimaksud Kubzansky adalah mereka yang emosinya gampang tersulut, sering meledak-ledak, dan suka mengintimidasi orang lain. "Marah dalam kadar sedang bukanlah masalah, namun bila emosi selalu tinggi, berhati-hatilah," katanya.
Mengekspresikan rasa marah adalah sesuatu yang baik, namun orang yang tak bisa mengontrol emosinya, misalnya berteriak bahkan sampai memukul meja saat hatinya gusar, memiliki risiko terkena penyakit jantung lebih besar.
Saat kita marah, dampak psikologi akan langsung dirasakan jantung dan arteri. Emosi negatif seperti rasa marah dan benci akan mengaktifkan respon "melawan atau lari" sehingga hormon stres, termasuk adrenalin dan kortisol, akan membuat jantung berdetak lebih keras. Demikian juga halnya dengan napas yang menjadi cepat dan tekanan darah meningkat sebagai akibat pembuluh darah yang mengerut.
"Kadar adrenalin dan kortisol dalam kadar yang tinggi akan memberi efek racun bagi jantung. Selain itu terlalu sering marah akan mempercepat proses ateroklerosis atau penimbunan lemak di pembuluh darah," kata Jerry Kiffer, MA, peneliti bidang jantung dan otak dari Cleveland Clinic's Psychological Testing Center, AS.
Ia menjelaskan, hal itu terjadi karena otak memompa terlalu cepat, pembuluh darah mengerut, dan tekanan darah naik. Selain itu, saat emosi sedang meledak-ledak, kadar glukosa dalam darah ikut naik dan lebih banyak titik lemak di pembuluh darah. Para ahli meyakini hal itu akan merusak dinding arteri.
Selain marah, faktor lain yang mempercepat kerusakan jantung adalah kecemasan dan depresi. "Orang yang sering marah cenderung memiliki emosi negatif yang kronik, semisal rasa cemas dan depresi," kata Kubzansky.
0 comments:
Post a Comment
sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun