Tuesday, August 26, 2008

Stres Dan Pengaruhnya


Menyimpan amarah dan dendam merupakan kondisi yang tidak ada manfaatnya. Dongkol/jengkel yang terjadi secara terus-menerus dilakukan menyebabkan tidak hanya hati menjadi panas dan tak nyaman, tetpai kondisi tersebut menyebabkan stres berkepanjangn yang dapat merusak tubuh dan mengundang bebrbagai penyakit, dari yang paling ringan (flu atau bisul) sampai pada yang paling berat (jantung, tukak lambung, hilang ingatan). Pada saat ini orang-orang mengetahui adanya hubungan antara stres dengan penyakit, tetapi bagaimana mekanisme yang terjadi tidak banyak yang mengetahui, bahkan para ahli sekalipun.

Hal ini tidak mengherankan bila sedikit orang yang mengerti dan tak yakin bahwa stres bisa begitu jahat menggerogoti tubuh. Untuk itu, berikut ini akan dijelaskan tentang akibat stres dan pengaruhnya terhadap tubuh.

Konsep stres diperkenalkan pada tahun 1930-an yang dipelopori oleh seorang pakar kelenjar yang bernama Hans Selye, yang mengatakan bahwa: Setiap organisme menunjukkan respon biologis yang sama terhadap sensor atau pengalaman psikologis yang tak menyenangkan, dimana hal ini disebut sebagai stresor.

Sehingga stresor adalah semua hal yang selalu ingin dihindari setiap individu. Misalnya, anda tidak lulus UMPTN, diputuskan pekerjaan dari tempat kerja (PHK), dan lain-lain. Stresor akan menyebabkan hormon adrenalin meningkat secara cepat, dimana tanda-tandanya dengan mudah dapat dikenali seperti :
• Jantung berdebar
• Mulut kering
• Perut mual/mules.

Salah studi klasik untuk melihat hubungan antara stres dan kegagalan sistem kekebalan tubuh dilakukan pada tahun 1991 oleh psikolog dari Carnegie Mellon bernama Sheldon cohen.

Kesimpulan penelitiannya mengatakan: Orang-orang yang meraih peringkat tinggi pada tes psikologi mengenai stres ternyata lebih mudah menderita demam bila secara sengaja diberi virus pernafasan.

Kemudian penelitian ini dilanjutkan pada 1998 dengan penelitian serupa yang menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Walaupun suatu kejadian penyebab stres dalam suatu kurun waktu (1 tahun), tidak mempengaruhi kemungkinan orang untuk sakit. Tetapi pada stes kronis (konflik terus menerus dengan rekan kerja atau keluarga) akan meningkat lebih besar kemungkinan sakit ( dari tiga sampai lima kali lipat).

Dr. Pamela Peeke dari University of Maryland mengatakan bahwa: Secara umum tubuh manusia sebetulnya secara alamiah punya kemampuan untuk mengatasi stres. Tetapi tubuh manusia tidak disiapkan untuk menerima stres kronis/berat dalam jangka panjang.

Adapun mekanisme stres dalam menghancurkan tubuh dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada kondisi stres (rasa takut/terancam jiwa) tubuh terpaksa menyalurkan seluruh sumber daya yang dimiliki, termasuk kekuatan dan kecepatan.

Hal ini berdampak pada:
• Otak yang menumpulkan kepekaan tubuh terhadap rasa sakit dan meningkatkan daya ingat dan daya pikir.
• Pupil mata membesar supaya penglihatan membaik.
• Paru-paru makin rajin menghirup oksigen.
• Nadi mengalirkan oksigen dan glukosa/gula darah ekstra sebagai tenaga.
• Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
• Hormon adrenalin dipacu keluar lebih banyak.
• Sel darah merah ekstra juga dipaksa mengalir keluar sehingga memungkinkan darah
mengakut lebih banyak okdigen ke seluruh otot.
• Sistem pencernaan berhenti supaya tubuh bisa memaksimalkan penggunaan energi untuk
otot.
• Bulu-bulu tubuh berdiri.

Beberapa menit setelah respon aktif, tubuh melakukan beberapa penyesuaian agar proses
metabolisme tetap stabil. Hippocampus sebagai tempat pusat ingatan dan daya belajar otak mulai aktif menghadapi stres, tetapi mekanisme ini menyebabkan:
• Perlindungan terhadap infeksi lenyap.
• Membuat tubuh terpaksa menghabiskan energi yang tersisa.
• Cadangan lemak (tempat tenaga disimpan) terpaksa disedot habis dan diubah menjadi energi.

Akibatnya, cortex secretes cortisol yang berfungsi untuk mengatur metabolisme dan sistem kekebalan dalam jangka panjang bisa keracunan sendiri.

Jika kondisi ini terlalu sering terjadi, respon terhadap stres dapat menyebabkan:
• Merusak sistem kekebalan.
• Merusak otak.
• Merusak jantung.

Jaringan otak berubah menjadi sel otak beracun, dan berpotensi merusak kemampuan kognitif. Rasa lelah, amarah dan depresi meningkat. Sel-sel antibodi yang bekerja keras secara berulangulang akan menjadi lemah juga, sehingga berakibat daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun. Sementara itu, aliran darah akan menurun yang berakibat pada mudahnya selaput kulit berubah menjadi borok. Meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung dapat merusak elastisitas pembuluh darah.

Dari keterangan diatas, pertanyaan yang timbul adalah bagaimana cara/metode yang dapat mengatur respon terhadap stres tersebut ?.

Para ahli di University of Massachusett mempunyai cara ampuh, yaitu melalui latihan meditasi dan relaksasi dengan pengaturan pernafasan.

Tujuan dari program pelatihan tersebut adalah untuk membebaskan pikiran dari gangguan pengalaman masa lalu dan masa depan. Partisipan diminta berbaring, dan membuat otot-otot santai pada saat bersamaan. Cara latihan tersebut mampu menguapkan/menurunkan aliran hormon adrenalin/stres yang membantu menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Dan akan lebih efektif bila melakukan olahraga dengan treatmill.

Walau tidak diketahui secara pasti bagaimana perubahan secara pasti, olahraga diketahui dapat meningkatkan:
• Produksi hormon endorfin ( mirip dengan zat morfin) dalam tubuh.
• Menambah pasokan oksigen di otak.
• Melemaskan ketegangan otot.

Oleh : Marsidi

Sumber:
• Stres yang Merusak Tubuh, Perilaku, Majalah Mingguan Tempo, 18 Juli 1999.
• Vander et al, Human Physiology, 6th editin, McGraw-Hill, 1994

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun