Ellyzar Zachra PB
INILAH.COM, Jakarta - Produk pengisi daya atau charger universal kini mulai marak dijual di pasaran. Charger yang selalu menyertai ponsel baru diperkirakan akan menghilang.
“Ini adalah sesuatu kejadian yang membuat Anda ingin berkata, apa yang dinanti industri hingga membuat begitu lama untuk mengambil keputusan,” kata Michael Gartenberg analis di Altimeter Group, kemarin.
Selain tidak fleksibel bagi konsumen, charger ponsel juga sangat buruk bagi lingkungan. Menurut GSM Association (GSMA), kelompok industri ponsel yang berbasis di London, sekitar 51 ribu ton charger terjual setiap tahun. Jumlah ini sama artinya dengan limbah elektronik yang sulit dihancurkan.
Pemotongan setengah dari jumlah charger ini dapat mengurangi efek gas rumah kaca terkait pabrikasi dan transportasi sekitar 13,6 juta hingga 21,8 ton per tahun, berdasarkan data GSMA.
Oleh karena itu, perlu perangkat pengisi daya universal yang tidak hanya bisa dipakai bagi ponsel tertentu tetapi juga produk lain. Perangkat ini bisa dijual hanya beberapa puluh ribu rupiah.
Pengisi daya ini dapat digunakan pada sebagian besar ponsel sehingga memungkinkan ponsel dapat hidup tanpa charger asli. GSMA menawarkan pengadopsian solusi charger universal di seluruh dunia hingga 2012. Tahun lalu, organisasi ini mengumumkan 17 operator seluler utama dan pabrik menyetujui rencana ini.
Beberapa ponsel yang dijual di Amerika Serikat, termasuk Nexus One, Incredible, EVO dan BlackBerry memiliki bagian pengisi baterai untuk micro-USB sehingga memungkinkan cara ini.
Di sisi lain, meskipun Apple menandatangani perjanjian di Eropa untuk menyerukan pengisi daya universal, beberapa spekulasi menunjukkan bahwa perusahaan tampak tidak sepakat. Apple secara historis telah bergantung pada perangkat pengisi baterai khusus milik mereka.
Charger dengan teknologi pengisian induktif tanpa listrik, bisa secara pasif menyerap energi dari medan elektromagnetik. Pengisi baterai model induktif ini punya masa depan namun baru dibuat oleh pihak ketiga seperti Powermat.
Gartenberg menilai masalah tersebut menjadi alasan kunci mengapa pengisian model itu sulit dilakukan. “Kecuali pengisi daya itu langsung terintegrasi ke dalam perangkat,” katanya.
Ponsel membutuhkan sekitar 20 miliwatt untuk terus siaga dan 50 miliwatt untuk mengisi ulang baterai. Beberapa perusahaan berencana meluncurkan produk baru akhir tahun ini dengan memanen listrik dari udara, serta menggunakan sinyal WiFi untuk mengisi baterai ponsel.
“Saat ini, daya dalam kisaran beberapa puluh microwatt telah tersedia di udara,” kata Joshua Smith, profesor University of Washington yang bekerja sebagai insinyur utama di Intel Labs Seattle.
Meskipun begitu, Smith skeptis udara merupakan solusi untuk pengisian daya baterai. Gartenberg juga skeptis. “Di masa depan, kebanyakan dari kita masih membutuhkan cara memasukkan kabel ke dinding,” katanya.
0 comments:
Post a Comment
sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun