Friday, September 17, 2010
Tinggal di Kota Besar Lebih Rentan Sakit Jiwa
Wales, Pulang kampung sepertinya bisa mengurangi risiko gangguan jiwa. Sebab, meski dimanjakan oleh fasilitas yang canggih, warga yang tinggal di kota besar ternyata lebih rentan menjadi gila.
Hubungan sosial yang buruk, beban kerja yang tinggi dan tingkat kemacetan lalu lintas, dapat menjadi alasan mengapa orang yang tinggal dan dibesarkan di kota lebih cenderung mengembangkan skizofrenia (penyakit gila) dan gangguan psikotik lain dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di pedesaan.
"Ada variasi yang cukup besar dalam insiden skizofrenia di seluruh dunia. Berdasarkan pola geografis, orang yang tinggal di daerah perkotaan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi mengalami skizofrenia daripada orang pedesaan," Stanley Zammit, peneliti dari Cardiff University di Wales, seperti dilansir dari Healthday, Kamis (9/9/2010).
Dalam studi tersebut, Zammit dan rekannya menganalisis data dari hampir 204.000 orang yang tinggal di kota besar, yaitu di Swedia.
Hasilnya, ditemukan bahwa 328 orang (0,16 persen) pernah beberapa waktu dirawat di rumah sakit untuk pengobatan skizofrenia, 741 orang (0,36 persen) mengakui pernah mengalami gangguan psikosis non-afektif (tidak berhubungan dengan respons emosional), 355 orang (0,17 persen) dengan psikosis afektif (seperti gangguan suasana hati) dan 953 orang (0,47 persen) dengan gangguan psikosis lainnya.
Peneliti juga mempelajari bagaimana pengaruh individu, sekolah atau karakter daerah terhadap psikosis. Dari studi tersebut, peneliti menemukan bahwa orang yang dibesarkan di daerah perkotaan lebih dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk berbagai gangguan psikotis non-afektif.
Menurut Zammit, rendahnya hubungan sosial merupakan penyebab paling penting yang menjelaskan tentang peningkatan risiko psikosis pada orang-orang yang dibesarkan di kota-kota besar.
"Temuan kami menyoroti bahwa tidak hanya diperlukan integrasi fisik saja, tetapi tradisi hubungan karakteristik yang positif, seperti rasa kepedulian, kebersamaan dan semangat sosial juga harus dipertahankan untuk meningkatkan kesehatan mental dari individu-individu dalam sebuah populasi," jelas Zammit.
Hasil temuan ini telah diterbitkan dalam jurnal Archives of General Psychiatry edisi September 2010.
Merry Wahyuningsih - detikHealth
Labels:
stres
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun