Thursday, December 8, 2011
Menangis dan Tertawanya Umar bin Khattab
APABILA sedang menyendiri, Umar bin Khattab suka kelihatan merenung. Terkadang dia sampai menangis tersedu-sedu. Setelah itu, tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak. Para sahabat, yang kebetulan menyaksikan hal tersebut, suka merasa heran. Akhirnya, ada seorang di antara mereka mencoba bertanya.
"Aku sering menelaah diriku sendiri. Muhasabah, setelah aku menyadari aneka macam kekeliruan yang pernah aku lakukan dulu sehingga mendorongku untuk bertobat. Memohon ampun kepada Allah SWT," kata Umar.
"Apa saja kekehVuanmu itu, wahai anak Khattab sehingga membuat Anda menangis lalu tertawa ?" tanya sahabat.
"Aku ingat pada masa jahiliah dulu, ketika kebodohan menyelimuti diriku. Tradisi kami adalah mengubur hidup bayi perempuan. Begitu lahir, langsung dimasukkan ke lubang yang sudah disediakan. Anggapan kami yang diselimuti kebodohan akal dan pikiran, lebih mengutamakan gengsi, bayi perempuan adalah pembawa kehinaan. Hanya akan menjadi beban keluarga. Tidak akan menjadi penung-gang kuda yang gagah. Tidak akan menjadi pemain pedang andal di medan perang. Pokoknya, serbaburuk. Nah, setelah Islam datang mengajarkan nilai-nilai akidah, ibadah dan akhlak yang baik dan benar, tradisi itu kami hapus dari diri kami yang telah Muslim. Islam mengajarkan, perempuan mukminat-muslimat, punya hak sama sederajat dengan laki-laki mukminin-muslim. Punya hak masuk surgadengan amal-amalan mereka yangWk dan bajik..."
"Lantas hubungannya dengan kelakuan aneh Anda?" sahabat mendesak.
"Ya, pada masa jahiliah, aku pernah membunuh bayi pe-rempuanku. Jika ia dibiarkan hidup, mungkin ia sudah memberiku beberapa cucu yang lucu-lucu. Itulah sebabnya aku menangis. Ingat kepada bayiku dulu, ingat kepada nasibnya akibat kebodohan ayahnya..." Umar kembali terisak-isak membuat para sahabat ikut meneteskan air mata.
"Nah, jika Anda tertawa terbahak-bahak?" sahabat bertanya lagi.
"Pada masa jahiliah, kami semua sangat gemar membuat patung-patung sembahan. Se-lain patung utama Latta, Uzza, Manat, Hubal, dan lain-lain, kamijuga membuat patung-patung tambahan sesuka kami sendiri. Nah, kalau musim panen kurma berhasil, melimpah mah, kami buat patung raksasa dari kurma. Kami gotong ke Kabah. Lalu kami sembab, beramai-ramai. Kami puja-puji, karena kurma merupakan salah satu makanan pokok kami, yang kami anggap berjasa memberi kekuatan kepada tubuh. Tetapi, tatkala kami mengalami paceklik gagal panen, kekurangan pangan, patung kurma itu kami pereteli, untuk dijadikan bahan makanan. Kini aku suka tertawa mengingat kelakuan kami menyembah berhala kurma di suatu waktu, dan memakan sembahan kami itu diwaktu lain!"
Mendengar penuturan Umar, para sahabat ikut tertawa.
"Untunglah, Islam datang, dan aku mendapat hidayah setelah mendengar ayat-ayat Allah SWT yang dibacakan sau-dariku dan suaminya yang telah terlebih dulu memeluk Islam," kataUmar sambil mengucapkan ayat-ayat awal surat Thaha (1-8). Ayat-ayat yang menyatakan Alquran diturunkan bukan untuk menyusahkan manusia, melainkan per-ingatan,bagi orang yang takut kepada Allah. Diturunkan dari Allah, pencipta langit dan bumi, yang Maha Pemurah ber-semayam di Arsy, Maha Pemilik segala yang ada di langit dan bumi, yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi. Yang pemilik nama-nama yang indah (Asmaul Husna) dan hanya Dia yang berhak di-sembah.*"
Oleh H.USEP KOMU H.M.
Labels:
kisah-kisah,
umar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment
sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun