Thursday, December 8, 2011

Saya Menangguhkan Makanan Enak itu

Pada suatu hari, sewaktu Amirul Mu’minin Umar bin Khattab sedang duduk menghadapi hidangan, ia dikunjungi oleh Hafash bin Abil ‘Ash. Maka dia mengundang Hafash agar turut makan bersamanya. Tetapi ketika Hafash melihat dendeng kering yang menjadi lauk pauknya, dia menolak tawaran Amirul Mu’minin itu dengan mengucapkan “terima kasih“.

Hafash tak mau repot mengunyah daging keras yang akan merusak perut besarnya untuk mencernanya. Umar memaklumi penolakannya sambil bertanya:
“ Apa yang membuatmu berat menerima hidangan kami ?”

Hafash yang mempunyai sifat terbuka menyahut:
“Lauknya terlampau keras dan liat, …dan sebentar lagi saya akan pulang untuk memakan makanan empuk yang telah disediakan untuk saya …”.

Maka ujar Umar:
“Pikirmu saya tak sanggup memesan domba-domba muda, kemudian saya suruh buang kulitnya, kemudian saya suruh pula menyediakan tepung terigu untuk membuat roti yang empuk, beberapa liter kurma yang digodok dengan minyak samin, hingga bila warnanya telah kemerah-merahan maka dituangi air, hingga bagaikan daging rusa…, tinggallah bagi saya menyantapnya dan meminum airnya …“.

Sambil tertawa, Hafash menjawab:
“Rupanya anda tahu juga makanan enak … “

Umar segera memotong perkataan Hafash dengan ucapannya:
“Demi Allah yang jiwa saya berada di tanganNya, sekiranya kebaikan-kebaikan saya tidak berkurang karenanya, tentulah saya akan mengikuti jejak tuan-tuan dalam hidup senang…

Seandainya saya suka, tentulah saya (sebagai Amirul Mu’minin) orang yang terenak makannya dan paling mewah hidupnya. Dan sebetulnya, kami ini lebih mengetahui makanan-makanan enak daripada orang-orang yang biasa memakannya. Tapi kami menyisakannya untuk bekal suatu hari… di mana setiap ibu yang menyusui akan lengah dengan anak susuannya, dan setiap wanita yang hamil akan keguguran…

Saya menangguhkan memakan makanan-makanan yang enak itu, karena saya mendengar Allah berfirman mengenai beberapa kelompok manusia:

“…..Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniamu dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik”. (QS Al-Ahqaf 46 : 20)

IBROH :

Rasa malu Umar terhadap Allah menjauhkan dirinya dari segala kemewahan dan kesenangan dunia. Dia telah menghindarkan diri dari menjamah berbagai macam makanan enak, begitu pula menikmati kesenangan-kesenangan yang tidak diharamkan Allah atasnya. Alasannya karena ia tidak mampu mensyukuri nikmat yang sedikit, apalagi untuk mensyukuri nikmat yang banyak lagi besar.

Sekiranya kesenangan dunia yang sebentar itu merupakan pahala atas kebaikan amalnya, maka dia memilih untuk menangguhkan diterimanya pahala itu di akhirat yang abadi kelak. Padahal jika dia menginginkan kesenangan dan kemewahan, tentulah dengan mudah diperolehnya seberapapun banyaknya. Sebagai Amirul Mu’minin, dia memikul amanat untuk menjadi contoh ikutan bagi umat. Untuk itu, dia tidak menghendaki kehidupan selain yang sederhana dan bersahaja. Dia dan keluarga tidak memakan suatu makanan kecuali sekedar untuk menunjang hidup.

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun