Thursday, December 8, 2011

Lepas dari Rokok Lebih Susah Ketimbang Narkoba

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).

Jakarta, Orang yang kecanduan narkoba tentu akan susah untuk bisa terlepas dari jeratan benda haram tersebut. Tapi ternyata lepas dari jeratan nikotin rokok lebih susah ketimbang lepas dari narkoba.

Hal ini disampaikan oleh Dr. H. Aulia Sani, SpJP(K) FJCC FIHA, pengajar Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI, dalam acara konferensi pers menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Jakarta, Rabu (26/5/2010).

"Untuk lepas dari kokain dan morfin saja harus dengan perjuangan keras sampai harus direhabilitasi, tapi ternyata lepas dari rokok 5 hingga 10 kali lebih susah ketimbang narkoba," ungkap dokter yang pernah menjadi Direktur Utama Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Hal ini karena kandungan nikotin dalam rokok lebih mudah lepas dan menempel lebih lama di reseptor otak, sehingga sangat sulit untuk dapat lepas dari 'barang setan' ini.

Ketika seseorang merokok, nikotin akan terserap dalam darah dan diteruskan ke otak. Kemudian reseptor alpha 4 - beta 2 yang menerima nikotin dalam otak akan memicu pelepasan hormon dopamin yang memberi rasa nyaman.

Bila kadar hormon berkurang, maka orang akan kembali merokok dan terus merokok. Inilah yang menyebabkan seseorang kecanduan untuk merokok, dan kesulitan untuk lepas karena adanya faktor hormon dopamin.

Dr Aulia juga menuturkan bahwa nikotin 5 sampai 10 kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia ketimbang kokain dan morfin. Terlebih lagi lebih mudah mendapatkan rokok ketimbang narkoba, khususnya di Indonesia.

Maraknya informasi yang menerangkan bahaya merokok menyebabkan tingginya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok. Namun, orang dihadapkan dengan kuatnya adiksi nikotin yang menyebabkannya gagal untuk berhenti.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 70 persen perokok ingin berhenti merokok, tetapi hanya 5 hingga 10 persen saja yang dapat melakukannya tanpa bantuan dari orang lain.

"Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah pasien yang menjalani terapi berhenti merokok. Sayangnya, dalam proses pengobatan banyak yang mogok di tengah jalan karena turunnya motivasi untuk terus melanjutkan terapi," ujar dokter yang lahir di Bagan Siapi-api 64 tahun silam.

Oleh karena itu, selain dukungan dari lingkungannya, saat ini telah tersedia terapi farmakologi yang dikhususkan untuk membantu perokok untuk berhasil menghentikan kebiasaan merokok.

Merry Wahyuningsih - detikHealth


*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.

Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.

Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.

Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.

*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.

UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.

Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.

Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun