Thursday, December 8, 2011

Internet dan TV Picu Tingkat Perceraian

SEMARANG, KOMPAS.com — Perkembangan internet dan tayangan televisi, yang banyak mengumbar perselingkuhan dan eksploitasi tubuh perempuan, ikut menjadi pemicu meningkatnya kasus perceraian, kata Kepala Bagian Humas Pengadilan Agama Kota Semarang, Wahyudi.

"Mudahnya orang mengakses internet serta tayangan televisi yang mengeksploitasi tubuh perempuan merupakan faktor penting pendorong terjadinya perselingkuhan," katanya di Semarang, Rabu.

Berdasarkan data di Pengadilan Agama Kota Semarang, sepanjang Januari-Juli 2010 terjadi 1.389 kasus perceraian, 50 persen di antaranya dipicu akibat perselingkuhan dalam satu pasangan.

Padahal, tahun-tahun sebelumnya kasus perceraian tidak sebanyak itu dan cenderung gugatan cerai didominasi masalah ekonomi.

Menurut Wahydui, berdasarkan keterangan dari persidangan kasus perceraian dari pihak suami, mereka menempuh jalan berpisah dengan pasangannya karena sering menyaksikan tayangan televisi dan internet yang sering mengeksploitasi tubuh.

Tayangan-tayangan itu, katanya, mendorong mereka untuk meniru, termasuk dalam hal berselingkuh hingga terjadi perceraian.

Ia menambahkan, dampak negatif perkembangan teknologi informasi saat ini juga dibarengi dengan meningkatnya kasus perempuan hamil di luar nikah. Dalam kasus ini, menurut dia, pihak perempuan yang paling dirugikan.

"Pasangan yang menikah karena pihak wanita telah hamil menyebabkan mental pasangan tersebut belum siap menikah sehingga kasus perceraian pada pasangan muda juga meningkat," katanya.

Pasangan yang menikah karena hamil di luar nikah, katanya, biasanya belum cukup dewasa dalam menghadapi masalah keluarga sehingga pasangan tersebut mudah mengambil keputusan untuk bercerai.

Dia mengatakan, hal tersebut juga disebabkan karena kemajuan teknologi tidak diimbangi dengan pengetahuan. "Menurunnya informasi pendidikan agama dan sosial di zaman serba teknologi saat ini menyebabkan masyarakat sulit menyaring informasi dan tayangan yang perlu dan tidak perlu ditiru," kata Wahyudi.

Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Undip Semarang, Dr Adi Nugroho, menyatakan, diperlukan komitmen kuat dari pengelola televisi untuk hanya menayangkan program yang memberi hiburan sehat, mendidik, dan mencerahkan publik.

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun