Thursday, December 8, 2011

Al-Mutakabbir: Yang Pantas Menyombongkan Diri


Bumi, matahari, bulan, bintang, langit, dan seluruh alam adalah ciptaan-Nya, milik-Nya, dan berada dalam kendali-Nya. Tidak ada daun kering yang jatuh dari tangkainya, kecuali atas ijin-Nya. Tiada semut hitam yang merayap di atas batu hitam, pada malam yang gelap gulita, kecuali atas pantauan dan penglihatan-Nya.

Dia-lah yang Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengendalikan. Dia-lah Yang Maha Besar, di tangan-Nyalah segala urusan.

Dengan kekuasaan yang sangat besar dan tak terbatas itu, adalah pantas bagi-Nya untuk menyombongkan diri. Sikpa sombong itu terutama ditujukan oleh-Nya kepada mereka yang angkuh, yang berjalan di muka bumi-Nya dengan membusungkan dada. Kepada mereka yang angkuh itu, Allah seolah menyapa: di bumi mana engkau sekarang menginjakkan kaki? Udaranya siapa yang anda hirup? Kepada makhluqnya siapa anda menyombongkan diri?

"Kebesaran (kesombongan atau kecongkakan) adalah pakaian-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barangsiapa yang merampas salah satu (dari keduanya), Aku lemparkan ia ke neraka Jahannam." (Hadits Qudsi Riwayat Abu Dawud)

Allah adalah Al-Mutakabbir, hanya Dia yang pantas menyandang gelar ini. Seorang raja yang paling berkuasa sekalipun tak pantas menyandang kesombongan, sebab mereka lahir ke muka bumi tidak membawa apapun. Bahkan dirinya sendiri tak pernah meminta dilahirkan sebelumnya. Tidak ada manusia yang bisa memilih dikandung dalam rahim siapa, dan akan beribu bapak dengan siapa. Dalam penciptaan manusia, tidak ada intervensi, tidak juga interupsi. Penciptaan itu benar-benar murni kehendak Allah.

"Dia-lah Allah yang menciptakan kalian semua di dalam rahim-rahim ibu kalian, sesuai dengan yang diinginkan-Nya." (QS. )

Bagaimana mungkin manusia berbuat sombong, sedang mereka sepanjang hidupnya senantiasa membawa urine dan kotoran yang busuk baunya? Setiap hari manusia mengeluarkan bau busuk melalui pori-porinya, berupa keringat. Bau busuk itu lebih menyengat lagi ketika Buang Air Kecil, maupun Buang Air Besar. Kelak ketika mereka mati, seluruh tubuhnya membusuk. Adakah yang bisa disombongkan manusia? Wahai manusia, janganlah kalian berjalan di muka bumi dengan angkuh, sebab kakimu tidak bisa menembus bumi, sedangkan ketinggianmu tidak bisa menembus langit.

Sesungguhnya orang yang sombong itu telah menggabungkan kebodohan dan kebohongan. Mereka bodoh karena tak tahu diri. Mereka berbohong karena sesungguhnya yang mereka bangga-banggakan bukan miliknya. Ia membohongi dirinya sendiri sebelum berbohong kepada orang lain.

Iblis dikutuk dan dilaknat sepanjang hidupnya bukan karena tidak mengakui eksistensi Allah, bahkan ia sangat mengenal-Nya. Ia juga mengakui keberadaan-Nya. Iblis dikutuk, karena ia menyombongkan diri, ketika menolak diperintah sujud kepada Adam. Iblis memandang dirinya lebih mulia dan lebih utama dari pada dirinya. Ia memandang Adam lebih hina dan pantas dihinakan.

"Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan kafir." (QS. Al-Baqarah: 34)

Allah tidak memberi toleransi sedikitpun kepada orang yang menyombongkan diri. Bagi Allah, tempat yang layak bagi mereka adalah neraka, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Tidak akan masuk surga seseorang yang terdapat di dalam hatinya sebesar atom bibit keangkuhan.”

Bersikap sombong hanya boleh dilakukan oleh manusia, jika ia sedang menghadapi orang-orang yang menyombongkan diri. Sikap seperti itu, bahkan merupakan sedekah. Rasulullah saw juga bersabda: “Menyombongi orang yang angkuh adalah sedekah”.

Jika kita ingin meneladani sikap Al-Mutakabbir-Nya Allah, maka yang boleh kita tiru adalah bersikap sombong kepada orang-orang yang menyombongkan dirinya agar mereka segera sadar dan tidak berlarut-larut dalam keangkuhannya. Itulah sebabnya, berjalan dengan angkuh pada saat perang diperbolehkan, bahkan dianjurkan, agar musuh-musuh Islam merasa gentar dan berniat mengurungkan peperangan. Ketika Rasulullah menyaksikan para sahabat berjalan dengan angkuh pada saat perang, beliau berkomentar: “Sesungguhnya ini adalah cara jalan yang dibenci Allah, kecuali dalam situasi seperti ini”.

Ya Mutakabbir, hilangkan sifat sombong di hati kami dan gantikan dengan sifat tawadhu, merendah diri. Bukalah dada kami untuk menerima kebenaran, dari siapapun datangnya. Jauhkan kami dari sikap diskriminatif dan memandang rendah oorang lain. Ya Mutakabbir, hanya Engkau yang pantas menyandang gelar ini.

(Tulisan ini dimuat di Majalah Nebula (eks ESQ Magazine) edisi cetak No. 09/Tahun I/2005)
Oleh: Hamim Thohari

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun