Thursday, December 8, 2011

Para Ilmuwan Kufah


Negeri 1001 malam, Irak, banyak menyimpan warisan peradaban Islam. Selain itu, kota-kota di Irak seperti Kufah, Baghdad, Basra, dan Najaf banyak melahirkan ulama dan ilmuwan ternama di dunia Islam. Kufah, misalnya, telah melahirkan ilmuwan kondang Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak al-Kindi.

Kufah, 170 km selatan Baghdad, pernah menjadi pusat pemerintahan Islam. Ali bin Abi Thalib saat menjadi khalifah memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah al-Munawwarah ke Kufah. Bahkan Ali meninggal di kota ini akibat tikaman Ibnu Muljam. Ia dimakamkan di Najaf, 10 km dari Kufah.

Umat Islam berhasil menguasai Kufah pada tahun 637 saat Khalifah Umar bin Khattab berkuasa. Kufah berhasil dikuasai umat Islam setelah pasukan tentara Muslim yang dipimpin Sa'ad bin Abi Waqqas berhasil mengalahkan pasukan Romawi dan Bizantium dalam Perang Yarmuk yang terjadi pada tahun 636. Setahun kemudian, Irak berhasil dikuasai pasukan Muslim. Kota pertama yang dibangun tentara Muslim adalah Kufah.

Sa'ad bin Abi Waqqas, atas persetujuan Khalifah Umar bin Khattab, memindahkan pusat kekuasaan Islam di Persia ke Kufah pada awal tahun 638. Sa'ad akhirnya bermukim di kota itu. Ia membangun kota, gedung pemerintahan, dan masjid. Kufah yang semula hanyalah daerah padang pasir dan tempat penggembalaan ternak disulap menjadi kota modern dan kota pelajar. Ini karena banyak sahabat Rasulullah yang hijrah dan bermukim di Kufah. Selain Sa'ad, mereka antara lain Ali bin Abi Thalib, Abdullah Ibnu Mas'ud, Abu Musa, Ammar Ibnu Yasir, dan Salman al-Farisi.

Dalam perkembangannya kemudian, Kufah menjadi pusat peradaban Islam, pusat politik, dan pusat ilmu. Banyak ulama besar lahir di kota ini seperti Syuraih bin Amir, Asy-Sya'bi, Sa'id bin Jubair, an-Nakhai, dan Abu Hanifah bin Nu'man al-Kufi yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Hanafi. Selain itu, Kufah juga melahirkan Abu Musa Jabir bin Hayyan (Geber) dan Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin Al-Asy'ats bin Qais al-Kindi.

Jabir bin Hayyan

Nama lengkapnya Abu Musa Jabir bin Hayyan. Orang Barat menyebutnya Geber. Jabir lahir dan wafat di Kufah. Ia hidup pada tahun 721 hingga 815. Jabir dikenal sebagai pakar kimia. Ia telah menulis buku-buku penting bagi pengembangan ilmu kimia. Di antaranya Kitab al-Kimya dan Kitab al-Sab'in. Kitab al-Kimya telah diterjemahkan oleh Robert dari Chester (Inggris) tahun 1144 dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Pakar Barat banyak menerjemahkan buku-buku karya Jabir seperti Book of The Kingdom, Book of the Balances, Book of Eastern Mercury, dan Sum of Perfection. Buku-buku ini menjadi rujukan bagi pengembangan ilmu kimia modern. Tak heran jika Jabir dianggap sebagai 'Bapak Kimia Modern'.

Jabir telah memperkenalkan eksperimen atau percobaan kimia. Melalui serangkaian eksperimen yang telah dilakukannya di laboratorium, ia mencoba mengelaborasi zat-zat dan senyawa-senyawa kimia. Eksperimen-eksperimen yang dilakukannya bersifat kuantitatif. Ia mengatakan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi. Karena itu Jabir bisa dianggap sebagai perintis ditemukannya hukum Perbandingan Tetap dalam ilmu kimia.

Jabir adalah penemu proses-proses kimia seperti destilasi, kristalisasi, dan sublimasi. Ia juga menciptakan alat-alat atau instrumen pengkristal, pemotong, pelebur, serta menyempurnakan proses dasar sublimasi, kristalisasi, penguapan, pencairan, penyulingan, pencelupan, dan pemurnian. Alembic, yaitu alat penyulingan yang terdiri dari dua tabung yang terhubung, ditemukan pertama kali oleh Jabir pada abad ke-8. Alat Ini merupakan alat penyulingan pertama di dunia yang digunakan untuk memurnikan zat-zat kimia.

Jabir juga banyak menemukan zat-zat atau senyawa-senyawa penting dalam ilmu kimia seperti asam nitrat, asam sitrat, asam asetat, dan asam klorida. Ia juga melakukan destilasi alkohol, membuat parfum, dan membuat kapur. Karena jasanya, teori oksidasi-reduksi dapat terungkap.

Al-Kindi

Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya'qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin Al-Asy'ats bin Qais al-Kindi. Namun ia lebih dikenal dengan nama al-Kindi. Al-Kindi dilahirkan di Kufah pada tahun 803, dan wafat tahun 873. Ia putra gubernur Kufah, Ibnu as-Sabah. Sang ayah menjadi gubernur pada era Khalifah al-Mahdi (775-785) dan Khalifah Harun ar-Rasyid (786- 809).

Al-Kindi menempuh pendidikannya di Kufah dan kemudian melanjutkan ke Baghdad. Dia menjadi penerjemah, ilmuwan, dan filsuf di era Khalifah al-Mamun dan Khalifah al-Mu'tassim. Al-Mu'tassim bahkan mempercayakan al-Kindi sebagai guru bagi putranya, Ahmad. Ia menjadi penerjemah khalifah karena menguasai tiga bahasa asing yaitu Yunani, Suryani, dan Arab.

Al-Kindi telah menulis buku tentang pengenalan aritmatika, delapan naskah tentang teori angka, dan dua buku tentang proporsi pengukuran dan waktu.

Dia merupakan orang pertama yang mengembangkan teori geometri bumi, mengembangkan teori astronomi, menghitung letak azimuth terhadap bola bumi, dan bagaimana menentukan level atau ketinggian dari bumi. Tak kurang ia telah menghasilkan 361 buku. Sebagian besar dari karyanya lebih dikenal dalam bahasa Latin ketimbang bahasa aslinya, Arab.

Selain dikenal sebagai pakar matematika eksperimental, al-Kindi juga dikenal sebagai fisikawan, filsuf, dan seniman. Ia bahkan dikenal sebagai ilmuwan Muslim pertama yang menulis buku tentang musik. Tak heran jika para ilmuwan menobatkan al-Kindi sabagai salah satu dari 12 pemikir terbesar yang pernah dilahirkan oleh peradaban Islam.

* Penulis adalah Alumni ESQ Eksekutif Angkatan 35 dan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Gontor
Oleh: Rusdiono Mukri*

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun