Thursday, December 8, 2011

Damainya As Salaam



Dalam tradisi masyarakat ketimuran, jika seseorang bertemu atau berpapasan dengan orang lain, baik di jalan ataupun dalam suatu pertemuan, baik yang dikenal maupun yang belum dikenal, sangat dianjurkan untuk saling bertegur sapa. Meski sama-sama melakukan sebuah amaliah kebajikan, orang yang menyapa terlebih dahulu menyandang nilai kemuliaan yang lebih tinggi dari orang yang menjawab sapa.

Ucapan salam dalam tradisi spiritual, merupakan suatu jaminan kedamaian dari orang yang memberi salam kepada mereka yang ditemuinya. Ucapan assalamu’alaikum, dalam keyakinan spiritual keislaman, similar artinya dengan, “Saya jamin keselamatan dan kedamaian Anda. Saya tidak akan berbuat jahat atau berniat mencelakakan Anda.”

Ketika malaikat menyampaikan salam kepada Nabi, beliau, para Angel of God tadi pun tak lupa menebarkan salam itu kepada umatnya yang shaleh. Dialog indah itu kemudian menjadi bacaan “wajib” dalam epilog akhir ibadah shalat.

Tak hanya cukup sampai di situ, ketika hendak usai menutup ibadah shalatnya, maka sekali lagi sebuah kewajiban bagi mereka tertunaikan dengan melafazkan salam teriring tengokan ke kanan ke kiri. Maknanya, pekerjaan utama orang yang memiliki kaidah keberserahdirian adalah menyapa, menyebarkan salam, dan merealisasikan kedamaian sebagai sebuah pesan universal.

Surga sebagai salah satu tempat tujuan manusia ‘digital’ yang futuristik, disebutkan juga dalam beberapa ajaran agama samawi di dunia sebagai, “heaven” ...the perfect happiness place that gives you great pleasure..., sebagai tempat ‘keselamatan’ karena siapapun yang tinggal di dalamnya pasti selamat dari segala bentuk penderitaan, kepedihan, dan kebinasaan.

Sungguh indahnya perbuatan menyapa itu, begitu damai ucapan salam itu, sehingga tatkala para malaikat menjumpai kaum beriman yang berada dalam surga, ...where the good people are believed to go after they die... memberi penghormatan dengan melantunkan salam kemuliaan. Dan orang-orang beriman itu memasuki tempat mulia “The Heaven” dengan penuh kedamaian, buah kesabaran dari apa yang telah mereka usahakan selama hidup di dunia. Mereka dengan wajah-wajah cerah dan penuh kegembiraan memasuki bilah pintu-pintu gerbang surga. Dan makhluk-makhluk yang terbuat dari cahaya, The Angel of God itu menyapa dengan penuh ketulusan, menebarkan salam kedamaian yang universal, mempersilakan semua manusia-manusia yang telah berbuat baik di dunia itu untuk melangkah menapaki tangga-tangga surgawi yang begitu indah dan menakjubkan mata. Salam yang penuh bahagia, perwujudan pelayanan tulus yang setinggi-tingginya.

Duhai, betapa indahnya salam itu, sehingga perjumpaan Sang Pencipta dengan para abdi yang diciptakan-Nya, didahului dengan sapaan “Salaam”. Dalam kitab agama Samawi, the Bible pun disebutkan bahwa hari pertemuan antara The Creation (God) dan creationist (yang dicipta) adalah sebuah keadaan yang indah dan penuh kedamaian serta keselamatan. Begitupun halnya dengan banyak kepercayaan lainnya, bahwa hari pertemuan dengan Sang Creation itu selalu digambarkan dalam suasana kedamaian dan salaam (selamat).

As-Salaam adalah salah satu dari sekian Asma Allah yang lainnya. Sang pemilik dan penyebar kedamaian. Dia-lah yang mengajarkan manusia arti kedamaian dan keselamatan. Ia-lah jua yang mengutus manusia-manusia beriman untuk terus menerus menebarkan kedamaian di muka bumi. Dan lewat asma-Nya yang satu ini, Rasulullah saw telah menjadikan kedamaian sebagai bagian integral ajaran yang ditebarkannya, beliau bersabda: Assalaamu minal islam, menyebarkan kedamaian merupakan bagian terpenting Islam, yang juga memuat makna keselamatan.

* Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Nebula (ESQ Magazine) edisi cetak No. 04/Tahun I/2005
Oleh: Hamim Thohari

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun