Thursday, December 8, 2011

Mulianya Al-Aziz


Selain Ar Rahman dan Ar Rahim, Al Aziz termasuk Asma-Nya yang paling banyak disebut dalam Al Qur’an. Pengulangan yang tidak kurang dari 99 kali ini mengisyaratkan pentingnya asma Al Aziz.

Al Aziz dalam ensiklopedi Arab berarti kukuh, kuat, dan mantap. Bisa juga berarti angkuh, tidak terbendung, kasar, keras, dukungan, dan semangat membangkang. Bila dikaitkan langsung dengan Allah, maka berarti Yang Maha Mengalahkan siapapun yang melawan-Nya, dan tidak terkalahkan. Kekuatan-Nya tidak bisa dibendung dan kedudukan-Nya tidak bisa diraih. Begitu tingginya sehingga tidak bisa disentuh oleh keburukan dan kehinaan, karenanya Dia-lah Yang Maha Mulia.

"Barangsiapa yang menghendaki Al-izzat (kemuliaan), maka kemuliaan seluruhnya hanya milik Allah." (QS Al-Faathir: 10)

Imam Al Ghazali memberi tiga syarat bagi penyandang sifat dan nama Al Aziz. Pertama, perannya sangat penting dan hanya sedikit yang bisa menjalankan. Kedua, keberadaannya sangat dibutuhkan. Ketiga, sulit untuk diraih atau disentuh. Tanpa terhimpunnya tiga syarat di atas, tidak wajar jika dinamai Al Aziz. Al Ghazali memberikan contoh matahari. Sekalipun dalam tata surya ia tidak ada bandingannya, manfaat dan kebutuhan terhadapnya sangat besar, namun ia belum layak disebut Al Aziz, karena siapapun tidak sulit menyaksikannya.

Al Aziz hanya pantas disandang Allah, karena hanya Dia yang bisa menghimpun tiga syarat itu sekaligus. Tak satupun yang bisa menghimpun tiga syarat di atas, tanpa kekurangan. Oleh karena itu Dia-lah Yang Maha Mulia, karena peran-Nya sangat sentral, dan hanya Dia yang bisa memegang peran itu. Segala makhluk membutuhkan-Nya dalam banyak hal, termasuk dalam hal wujud dan kesinambungan eksistensi. Di samping itu, tidak ada yang bisa meraih-Nya, sebab tidak ada yang bisa mengenal Allah kecuali Allah sendiri. Kita bisa mengenal Allah, karena Dia memperkenalkan eksistensi-Nya.

Karena kemuliaan (Al Aziz) itu milik Allah, maka Allah-lah yang paling berhak menganugerahkan kemuliaan kepada yang dikehendaki-Nya. Kaitannya dengan hal ini, Dia telah menegaskan dalam QS Al Munaafiquun: 8 bahwa kemuliaan dianugerahkan kepada Rasul dan orang-orang yang beriman.

Bagaimana cara mendapatkannya? Melalui hadis Qudsi Allah menjawab, “Sesungguhnya Tuhan kalian berfirman setiap hari, Akulah Al Aziz (Yang Maha Mulia), barangsiapa yang menghendaki kemuliaan dunia dan akhirat, hendaklah dia taat kepada Al Aziz”.

Seseorang yang mencari kemuliaan dengan cara mengabdi kepada manusia dan dunia (harta, tahta, dan mahkota), maka mereka tidak mendapatkan apa-apa, melainkan kehinaan di mata Allah dan di mata manusia. Allah akan menghinakan di dunia dan di akhirat. “Siapa yang mencari kemuliaan melalui suatu kaum, Allah akan menghinakannya melalui mereka”.

Itulah sebabnya, Rasulullah SAW yang memiliki sifat Aziz, menolak ketika ditawari jabatan, harta benda, dan wanita cantik, agar dia bersedia meninggalkan agamanya. Bahkan beliau berulangkali menyampaikan kepada manusia bahwa perjuangan dan dakwahnya sama sekali tidak minta diupah oleh siapapun. Beliau dan keluarganya juga tidak menerima shadaqah, zakat, dan infaq dari manusia. Sebaliknya, beliau amat peduli kepada manusia tanpa mengharap balas jasa.

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS At Taubah:128)

Orang yang mulia (aziz) di sisi Allah adalah mereka yang sangat banyak dibutuhkan hamba-hamba Allah dalam urusan yang paling penting, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan akhirat dan kebahagiaan abadi. Dalam hal ini, maka ranking pertama diduduki oleh para Rasul dan Nabi. Disusul kemudian para sahabat, tabiin, dan mereka yang melanjutkan risalah perjuangannya. Tingkat kemuliaan ini sangat ditentukan oleh besar kecil peranannya dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat ke jalan-Nya.

Orang yang menghayati sifat Al Aziz senantiasa menjaga dirinya dari ketergantungan kepada siapapun. Ia senantiasa iffah (menjaga kesucian diri) dan uzlah dari kepentingan dunia. Ia tidak pernah mau mengulurkan tangan meminta bantuan orang lain, apalagi meminta-minta. Dalam keadaan yang paling sulit sekalipun, ia tetap menahan diri. Mereka ini telah digambarkan dalam Al Qur’an: “Orang-orang yang tidak tahu mengira mereka orang kaya karena memelihara diri mereka dari meminta-minta.” (QS Al Baqarah: 273)

Orang yang meneladani sifat Al Aziz senantiasa mengedepankan integritasnya, ia selalu tampil berwibawa, disegani, dan dihormati oleh setiap yang mengenalnya. Integritas pribadinya sangat menonjol, karena ia tidak pernah merendahkan diri kepada dunia maupun orang lain disebabkan harta atau kedudukan sosial. “Barangsiapa merendah demi kekayaan, maka dua pertiga agamanya telah hilang”.

Tuhan kami, Engkaulah Al Aziz, bersihkan hati kami dari rayuan materi sehingga kami tidak memandang mulia selain Engkau. Persaksikan kepada kami makna kemuliaan sehingga jiwa kami menjadi tebusan untuk-Mu dan himpunlah kami bersama orang-orang arif yang telah Engkau anugerahi kemuliaan sehingga hati mereka penuh kemuliaan-Mu serta curahkanlah kepada kami rahasia kemuliaan-Mu sehingga jiwa kami mengangkasa menuju keharibaan-Mu. Amin.

(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Nebula (eks ESQ Magazine) edisi cetak No. 07/Tahun I/2005)
Oleh: Hamim Thohari

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun