Thursday, December 8, 2011

Sempurnanya Pemeliharaan Al-Muhaimin


Sebelum meninggalkan sarangnya, seekor induk burung memeriksa lingkungannya. Ia baru terbang meninggalkan sarangnya bila dipastikan anak burung yang ditinggalkannya benar-benar aman dari binatang pemangsa. Setelah cukup mendapatkan makanan yang bisa mengenyangkan perutnya dan bekal untuk anaknya, ia segera beranjak pulang. Dengan penuh kesabaran, sang induk menyuapi makanan dan merentangkan sayapnya untuk melindungi anak-anaknya. Rutinitas itu dilakukannya setiap hari sampai si anak burung dapat makan sendiri.

Dalam keadaan si anak burung itu masih lemah, jangan coba-coba mengganggu. Si Induk pasti marah dan mematok pengganggunya, hampir-hampir ia sendiri tak memedulikan keselamatannya sendiri. Begitulah pemeliharaan si induk burung terhadap anaknya. Ia menjaga, merawat, dan memeliharanya, juga mengajarinya berjalan, terbang, dan mencari makan. Sang induk baru melepaskan tanggung jawab pemeliharaannya ketika sang anak sudah benar-benar mandiri. Pemeliharaan seperti ini oleh orang Arab disebut MUHAIMIN.

Tak hanya induk burung yang secara naluriah melakukan pemeliharaan seperti ini, juga sebagian besar induk binatang lainnya terhadap anak-anaknya. Demikian pula makhluk Allah yang bernama manusia. Suatu hari Aisyah mendapati seorang ibu bersama dua anaknya sedang berjalan mencari makanan. Dari tangan Aisyah, si ibu mendapatkan tiga potong roti, yang segera dibagikan secara merata, masing-masing satu potong. Karena sangat lapar, kedua anak itu melahapnya sangat cepat hingga habis, sementara bagian si ibu belum dimakan. Si ibu sejenak memandangi kedua anaknya yang kelihatan masih kurang. Dengan penuh kasih sayang, roti sepotong yang menjadi bagiannya itu dibagi habis untuk anak-anaknya, sementara sang ibu rela menahan lapar demi anak-anaknya.

Peristiwa tersebut diceritakan Aisyah kepada suaminya, Rasulullah saw. Beliau kemudian berkomentar bahwa kasih sayang dan pemeliharaan Allah kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang dan pemeliharan sang ibu kepada anak-anaknya.

"Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Memelihara." (QS. Al-Hasyr: 23)

Bagaimana pemeliharaan Allah terhadap hamba-Nya? Dialah AL MUHAIMIN yang memelihara seluruh alam, terlebih manusia dengan segala kesempurnaan-Nya. Pemeliharaan Allah kepada manusia tak bisa dibandingkan dengan apapun juga. Disamping karena kasih sayang-Nya yang tak terbatas, pengetahuan-Nya tentang yang dipelihara-Nya meliputi segala sesuatu hingga detailnya.

“Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifat-nya?)” (QS Ar-Ra’d: 33)

AL MUHAIMIN adalah Dzat yang memelihara dan mengurusi segala permasalahan makhluk-Nya. Dia melihat dan mengetahui segalanya tentang makhluk-Nya, tanpa ada yang tersembunyi, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, juga gerakan hati. Tidak ada sesuatu apapun yang luput dari-Nya, termasuk sebiji atom yang sangat kecil dan ringan. Dia mengawasi segala sesuatu, menjaga dan memeliharanya.

Menurut Al Ghazali, kata Al Muhaimin yang menjadi salah satu Asma Allah yang Indah mengandung makna bahwa Allah itu menangani, mengawasi segala urusan makhluk-Nya dari sisi amal perbuatan mereka, rejeki, dan ajalnya. Pengawasan dan pemeliharaan itu dilakukan dengan pengetahuan, penguasaan terhadap kodrat, dan pemeliharaan terhadap akal.

Jika dikaitkan dengan Asma al Husna sebelumnya, Al Muhaimin dideretkan setelah As Salam dan Al Mukmin. Itu artinya bahwa untuk memenuhi rasa damai dan aman yang dikandung oleh As Salam dan Al Mukmin, diperlukan pengetahuan yang sangat dalam menyangkut hal-hal yang bersifat tersembunyi, yaitu Al Muhaimin. Sifat ini bermakna kesaksian yang dilandasi pengetahuan menyeluruh tentang detail, serta pandangan yang mencakup keseluruhan dari yang lahir maupun yang batin, sehingga tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.

Bagi kita yang menghayati Al Muhaimin senantiasa menyadari bahwa Allah menguasai dan mengetahui segala gerak geriknya, bahkan yang disembunyikan dalam hatinya. Itulah sebabnya penghayat Al Muhaimin selalu meluruskan niat dan motivasinya agar tidak melenceng dari garis ketentuan-Nya.

Ya Ilahi, Engkau pengawas sempurna lagi saksi yang pengetahuan-Nya mencakup seluruh alam raya, ...Engkau pula yang terlaksana kudrat-Nya di seluruh wujud ini, limpahkanlah cahaya rahasia nama-Mu “AL MUHAIMIN” sehingga aku mengetahui rincian gejolak hatiku, sisi terdalam dari nuraniku, serta rahasia-rahasia penutup diriku... agar aku bisa mengawasi niat dan motivasiku, meluruskan anggota tubuhku, dan mampu pula menegakkan perbuatanku sesuai dengan apa yang Engkau sukai. Ya Allah, laksanakanlah keinginanku melalui kudrat-Mu terhadap anggota tubuhku sehingga aku dapat mengarahkannya menuju syariat-Mu.

* Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Nebula (ESQ Magazine) edisi cetak No. 06/Tahun I/2005
Oleh: Hamim Thohari

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun