Monday, November 14, 2011

Intensitas keterlibatan orang tua


Sebenarnya gagal atau tidak itu hanya suatu rangkaian cerita saja, mindsett kita yang menilai bahwa gagal itu pahit dan berhasil itu manis.

Coba bayangkan orang yang menurut kita berhasil itu disuruh oleh perusahaannya untuk keluar kota anggaplah selama seminggu.
Kalau dia mementingkan keluarga maka dia akan mengajak keluarganya untuk ikut, tapi kebayakan tidak dan juga rata-rata intensitas pergi keluar kota itu rutin dan akhirnya anak gak keurus atau diserahkan hanya ke istri aja, pembantu, sekolah atau siapapun itu.

Intensitas keterlibatan orang tua (ortu) akan mempengaruhi keberhasilan anak. Kalau kita punya cukup waktu maka kita bisa saja tidak mensekolahkan anak tapi
mengajarkan ilmu yang udah kita dapatkan or mengarahkan anak sesuai bakatnya, apalagi sekarang itu ada banyak perpustakaan besar baik daerah maupun kota yang gratis dan juga internet.

Kebayang atau tidak?
Saat kita sedang belajar si guru or dosen hanya mengajarkan isi suatu buku. kenapa tidak kita beli aja buku atau jika kita punya dana kita bikin iklan di koran butuh seorang pengajar untuk mengajarkan bidang pelajaran tertentu dan jam kerjanya sehari 8 jam untuk mengajarkan anak kita atau kita.

Dimana peranan orang tuanya?
Bisa atau tidak kita mensupport anak hingga maksimal dari segi ide usaha, motivasi jika gagal dan pendidikannya juga?
Akhirnya lucu juga pada saat anak anggaplah berbuat salah atau gagal dalam suatu bidang atau terjerat kasus dengan hukum, cenderung orang tua itu menyalahkan si anak.

Padahal anak itu gak pernah salah, kalo anaknya seperti itu maka yang salah ialah ortu dan yang ngurusnya. Kenapa? Karena anak itu pencontoh yang terbaik dan dia mencontoh siapa panutannya baik buruk atau baik.

Bukti - bukti aku kumpulin loh, dari gambar dan cerita yang aku ambil dari internet tentang pergaulan remaja. mis: pemalakan di kalangan SD, tawuran SD-SMP-SMU-Kuliah, sex bebas, Narkoba, Pembunuhan, bunuh diri.
Disini terlihat mental tidak terbentuk dengan baik dan kuat untuk mengarungi hidup sedangkan tuntutan lingkungan dan orang tua itu besar banget dan berubah-ubah pula.

Kenapa kita sebagai orang tua tidak memberikan arahan yang bener, malahan menuntut untuk sesuatu pada anak?

Orang itu biasa berkata hidup itu mengalir seperti air, tapi kalo menurutku hidup kita yang buat bukan orang lain dan tidak selalu harus mengalir mengikuti arus. Tapi kalo mau jadi air maka jadilah air yang bisa berubah sesuai tempat dan air itu tidak hilang jati dirinya sebagai air.
Air pada botol maka bentuknya botol, dituang pada gelas bentuknya seperti gelas tapi tetap saja molekulnya air.
Mau gak mau kita akui saja bahwa kita menyuruh anak itu bukan untuk cari ilmu tapi untuk cari izasah.

saya mau ngasih saran aja:

Biaya mahal memang jadi masalah, tapi kita bergantung pada pemerintah juga bukan suatu solusi.
Saran saya sih, masukan saja ke home schooling.
Ada 2 type home schooling:

1. Pindahin pelajaran sekolah ke rumah,
2. Ada mata pelajaran berdasarkan ketertarikan anak.

Di Indonesia yang paling banyak yang type ke 1, biasanya di daerah maju seperti Jakarta.
Type ke 2, sekolah type ini dinamakan prodigy.
Prodigy ini mata kuliahnya berdasarkan ketertarikan anak atau berdasarkan permintaan kita.

khusus Untuk type ke 2 dia gak ada izasah tapi anak itu dilatih untuk menjadi dirinya sendiri dan seorang enterpreneur (pengusaha).
Jikalau anak di didik dari kecil di type ke 2, pada saat umur anak 11 tahun ke atas dia udah mempelajari pelajaran sedalam S2.
Nah disitulah kelebihan type no 2.

Silakan pilih apa yang anda yakini.

1 comments:

Anonymous said...

Hal mendasar yg perlu diperhatikan orang tua dalam intensitas keterlibatan dalam dunia pendidikan adalah memahami karakter anak. Tidak sedikit orang tua yang benar-benar memahami karakter anak, meskipun anaknya sendiri. Contoh dalam hal penyerapan informasi, sebaiknya orang tua juga paham betul apakah anaknya memiliki tipical Auditor, Visual atau Kinestetik, dengan begitu orang tua bisa menerapkan metode belajar yang pas buat anaknya tanpa mengurangi minat belajarnya. Justru hal ini yang sering lebih ditangkap oleh lembaga2 pendidikan yang menerapkan metode belajar dengan pendekatan pribadi. Hal lain yang bisa didapat dari pemahaman karakter anak adalah orang tua akan lebih bisa menumbuh kembangkan minat,bakat, potensi kesemuanya dari anaknya.

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun