Tuesday, November 15, 2011

Mossad Dibalik Kematian Ahli Rudal Iran?

Ledakan di sebuah kompleks Garda Revolusi Iran, Sabtu (12/11/2011). Seorang komandan senior program pengembangan rudal Iran, Brigadir Jenderal Hassan Moghaddam, tewas dalam ledakan itu yang diduga dilakukan agen dinas rahasia Israel.

TEHERAN, KOMPAS.com - Seorang komandan senior program pengembangan rudal Iran tewas dalam ledakan di sebuah pangkalan militer, Sabtu (12/11/2011) lalu. Sontak, kejadian itu mendorong spekulasi bahwa Mossad, badan intelijen Israel, terlibat.

Komandan itu adalah Brigadir Jenderal Hassan Moghaddam. Total 17 orang tewas dalam ledakan yang terjadi di sebuah kompleks Garda Revolusi yang terletak 25 mil di sebelah timur ibukota Teheran itu. Pemerintah Iran menyatakan, ledakan tersebut disebabkan 'kecelakaan' ketika amunisi dipindahkan. Namun posisi tinggi Moghaddam di program pengembangan rudal itu telah menimbulkan spekulasi bahwa kejadian tersebut merupakan aksi sabotase yang dilakukan badan intelijen Israel atau bahkan mitra Amerikanya, CIA, yang berupaya untuk menghentikan program senjata nuklir Iran.

Kejadian itu terjadi pada minggu yang sama saat putra seorang mantan komandan Pengawal Revolusi Iran ditemukan tewas di sebuah kamar hotel di Dubai. Situs web milik ayah dari orang yang meninggal di Dubai itu menyebutkan kematian tersebut 'mencurigakan'. Namun polisi Dubai bersikeras bahwa kematian itu tidak mencurigakan.

Daily Mail, Senin (14/11/2011), melaporkan, Brigadir Jenderal Moghaddam dikatakan bertanggung jawab atas 'penelitian industrial yang bertujuan menjamin swasembada kebutuhan 'senjata' Pengawal Revolusioner Iran. Para pengamat Iran percaya, insiden itu merupakan kode untuk mengatakan, dia bertanggung jawab atas persediaan rudal itu.

Richard Silverstein, yang secara teratur mengungkapkan informasi yang disensor di Israel, mengatakan di blog-nya, sebagaimana dikutip Daily Mail, bahwa sebuah sumber telah mengonfirmasi, Mossad bekerja sama dengan kelompok Mojaheddin Rakyat Iran (MEK) yang berada di pengasingan untuk melakukan ledakan itu. Dia mengatakan, "Telah secara luas diketahui dalam kalangan intelijen bahwa Israel menggunakan MEK untuk berbagai tindakan spionase dan teror."

Ledakan pada Sabtu itu merupakan 'bencana' terbaru yang menyerang program nuklir Iran dalam dua tahun terakhir. Pada 2010, sebanyak 18 orang tewas setelah sebuah ledakan di sebuah pangkalan yang menjadi tempat penyimpanan rudal-rudal jarak jauh, Shahab-3. Pada tahun yang sama, seorang ilmuwan nuklir senior tewas dan yang lainnya cedera ketika mobil mereka ditempeli bom oleh pengendara sepeda motor. 'Bencana' lain yang dituduhkan pada Isreal adalah serangan virus komputer sangat canggih yang menyebabkan sentrifugal yang digunakan untuk pengayaan uranium jadi tergangggu.

Mossad, yang tidak pernah mengaku bertanggung jawab atas serangan-serangan itu, diduga terlibat dalam semua kejadian tersebut.

Namun Shahin Gobadi, seorang juru bicara MEK, menolak dengan tegas bahwa kelompoknya terlibat. Soal ledakan pada Sabtu lalu itu, ia mengatakan bahwa itu bisa saja terjadi di Garda Revolusi, yang menurut dia, punya reputasi terkait 'kecerobohan'.

Juru bicara Garda Revolusi, Jenderal Ramazan Sharif mengatakan, ledakan hari Sabtu itu juga melukai 16 orang lainnya. Ia membantah klaim bahwa ledakan itu terjadi saat Pengawal Revolusi mencoba untuk memasang hulu ledak nuklir pada rudal. Dia mengatakan, "Rekan-rekan saya di Garda itu mengangkut amunisi di salah satu depot di tempat itu ketika ledakan tersebut terjadi sebagai akibat dari kecelakaan itu."

Ledakan itu terjadi seminggu setelah pembeberan sebuah laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tentang program nuklir Iran. Dalam laporan itu IAEA menyatakan, bukti "yang bisa dipercaya" memperlihatkan bahwa Iran telah terlibat dalam proyek dan percobaan yang berkaitan dengan pembuatan senjata nuklir. Teheran membatah isi laporan itu dan berkeras Iran tak memiliki program senjata nuklir. Iran juga mengkritik laporan IAEA tersebut sebagai "tidak seimbang, tidak profesional, dan dilatarbelakangi motif politik". Meski begitu, laporan IAEA itu kembali memicu seruan di Israel untuk melakukan serangan pre-emptive terhadap fasilitas nuklir Iran itu.

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun