Jakarta, Nama Abraham Lincoln telah tercatat dalam sejarah sebagai presiden Amerika Serikat ke-16. Lincoln adalah seorang pemimpin yang kuat, yang mampu memimpin bangsanya keluar dari perang saudara Amerika, mempertahankan persatuan bangsa dan menghapuskan perbudakan. Tapi tahukah Anda bahwa Lincoln menderita depresi yang cukup parah?
Entah penyakit, gangguan ataupun kondisi pikiran, yang pasti depresi telah mempengaruhi lebih dari seratus juta orang per tahun, termasuk sosok pemimpin tangguh Abraham Lincoln.
Orang nomor satu Amerika Serikat yang menjabat sejak 4 Maret 1861 ini adalah seorang yang melankolis. Lincoln juga ternyata menderita depresi dari tahun ke tahun.
Dilansir dari PsychologyToday, Senin (26/7/2010), kondisi Lincoln merupakan kasus psikologis yang tidak biasa. Meski seorang yang melankonis kronis dan menderita depresi, tapi Lincoln termasuk orang terkuat dalam sejarah.
Selama tahun 1800-an, Lincoln diketahui menderita depresi, kecemasan dan insomnia. Depresi yang dialaminya dimulai dengan kematian orang-orang yang dicintainya. Sejak masa kanak-kanak, Lincoln juga diketahui mengalami berbagai macam trauma.
Lincoln berasal dari keluarga yang miskin dan tidak memiliki latar belakang pendidikan. Dilansir dari mcmanweb.com, satu-satunya saudara laki-lakinya meninggal saat masih bayi. Ibu, bibi dan pamannya meninggal karena epidemi pada saat ia berusia 9 tahun. Sepuluh tahun kemudian, kakak perempuannya meninggal saat persalinan.
Tidak hanya sampai disitu, Lincoln sempat bertunangan dengan Anne Rutledge, tapi Anne meninggal karena tiroid (Thyroid Fever), yang membuatnya sangat hancur. Lincoln kemudian bertunangan dan menikah dengan Mary Todd, meski ia diam-diam mencintai Matilda Edwards. Ketika hubungannya dengan Matilda berakhir, Lincoln tampak semakin 'gila'.
Akhirnya, Lincoln bertemu kembali dengan Mary Todd dan menikah lagi 3 tahun kemudian. Dari pernikahannya, Lincoln dikarunia 4 orang anak. Ia sangat mencintai anak-anaknya, tapi hanya 2 orang yang bertahan hidup. Yang paling membuat terpukul adalah kematian putranya Willie di usia yang masih sangat muda, yaitu 11 tahun.
Tak hanya karena masalah keluarga, Lincoln juga sering menghadapi masalah-masalah besar dalam kehidupan karirnya, baik di bidang hukum, ekonomi maupun politik.
Sepanjang hidupnya, Lincoln berusaha untuk melawan sifat melankolis dan depresi pada dirinya. Tapi ia tak pernah menjadi orang yang ceria, meski ia senang membaca, bercerita, ahli di bidang hukum, intrik politik dan juga suka bermain dengan anak-anak.
Anehnya, disisi pandang filosofis-psikologis yang sama dengan depresi, Lincoln juga menjadi seorang yang sangat kuat. Keputusasaan dan kegagalan telah menguatkan karakternya. Bahkan Lincoln dinilai sebagai presiden AS yang paling hebat sepanjang sejarah Amerika.
Lincoln memiliki perasaan yang kuat dan peduli pada nasib seluruh umat manusia. Lincoln memiliki sifat baik dan tragedi, membuat ilmu psikologi tidak dapat dengan mudah menyimpulkan kondisi yang dialaminya.
Sulit bagi ilmu psikologi moderen untuk memahami bagaimana orang yang depresi bisa memiliki rasa percaya diri dan energi untuk memimpin negara yang paling kuat di dunia. Ia harus melewati kehancuran dirinya sendiri tapi tak pernah kehilangan rasa kemanusiaannya.
Merry Wahyuningsih - detikHealth
0 comments:
Post a Comment
sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun