Wednesday, November 9, 2011

Darah Dan Fungsinya


Tubuh manusia dewasa disusun dari sekitar 100 triliun sel, dimana 25 triliun sel tersebut adalah darah merah, dan sekitar 80 persen dari tubuh adalah cairan. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa tubuh manusia bersifat konduktor listrik yang baik.

Dari kebanyakan cairan tersebut adalah darah, baik darah merah maupun darah putih. Fungsi darah merah adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan.

Sel darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf yang mempunyai garis tengah rata-rata sekitar 8 mikron dengan tebalnya 2 mikron dibagian sisi dan 1 mikron dibagian tengah. Bentuk sel darah merah dapat berubah sewaktu melalui kapiler, karena sel normal merupakan suatu kantong yang dapat berubah menjadi hampir semua bentuk dan mempunyai membran.

Pada pria normal jumlah rata-rata sel darah merah per mililiter kubik sekitar 5,2 juta dan untuk wanita sekitar 4,7 juta. Persentase darah merah normal (hematrokit) 40-45 persen. Untuk setiap hemoglobin mampu mengikat sekitar 1,39 ml oksigen (20 ml oksigen pada setiap 100 ml darah merah).

Sel darah merah berasal dari sel hemositoblast yang dibentuk dari sel induk primordial sumsum tulang. Hemositoblast mula-mula membentuk eritoblast basofil untuk mensintesis hemoglobin, eritoblast selanjutnya menjadi eritoblast polikromatofilik yang mengandung campuran zat basofilik dan hemoglobin merah. Selanjutnya inti sel menyusut sedangkan hemoglobin dibentuk dalam jumlah lebih banyak, dan menjadi normoblast.

Sitoplasma normoblast yang terisi hemoglobin menyebabkan initi sel menjadi sangat kecil dan dibuang, sedangkan retikulum endoplasma direabsorpsi. Kondisi ini sel disebut dengan retikulosit karena masih mengandung sejumlah kecil retikulum endoplasma basofilik yang mneyelingi diantara hemoglobin di dalam sitoplasma. Sel masuk ke dalam kapiler darah dengan menyelip melalui pori-pori membran(diapedesis). Retikulum erndoplasma tersisa di dalam retikulum teus menghasilkan hemoglobin dalam jumlah kecil sampai dua hari, sampai retikulumnya hilang. Setelah retikulum diresopsi semuanya, sel ini menjadi eritrosit matang.

Setiap keadaan yang menyebabkan jumlah oksigen yang ditrnaspor ke jaringan berkurang
biasanya meningkatkan kecepatan pembentukan sel darah merah. Misalnya, orang yang
mengalami kekurangan darah(anemi) akibat pendrahan, sumsum tulang dengan segera mulai
membentuk sel darah merah dalam jumlah besar. Begitu juga dengan tempat yang tinggi yang kadar oksigen sangat kurang.

Oleh karena itu, bukan konsentrasi darah merah yang mengawasi kecepatan pembentukan darah merah, tetapi kemampuan fungsioanl sel untuk mentranspor oksigen ke jaringan dalam hubungannya dengan kebutuhan oksigen jaringan.

Kondisi kekurangan oksigen (hipoksia) menyebabkan hormon eritropoietin yang meruapakan salah satu hormon glikoprotein yang terdapat di dalam darah bekerja pada sumsum tulang untuk meningkatkan kecepatan pembentuk sel darah merah. Begitu juga dengan organ ginjal, dalam keadaan hipoksia akan mengeluarkan enzim faktor eritropoietin ginjal yang disekresi ke dalam darah untuk memecahakan molekul glikoprotein eritropietin. Eritropoitien selanjutnya beredar dalam darah selama kira-kira satu hari dan selam waktu itu bekerja pada sumsum tulang.

Vitamin B12 adalah zat gizi yang penting bagi tubuh, karena vitamin ini dipelukan untuk sintesis DNA. Kekuerangan vitamin ini menyebabkan kegagalan pemantangan inti dan pembelahan sehingan sangat menghambat kecepatan produksi darah merah. Penyebab kegagalan pemantangan seirng terjadi karena kegagalan mengabsopsi vitamin ini dari saluran pencernaan.

Kebutuhan vitamin ini sekitar 1 mikrogram setiap hari. Kadang-kadang anemia kegagalan
pemantangan akibat defisiensi asam folat (anggota vitamin B kompleks) pengganti defisiensi vitamin b12. Asam folat diperlukan untuk pembentukan DNA dengan cara meningkatkan pembentukan salah satu nukleotida yang di[perlukan untuk sintesis DNA dan RNA.

Komponen lain yang diperlukan dalam pembentukan sel darah merah adalah zat besi. Zat ini berguna juga untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin otot, dan zat lainnya. Jumlah total besi dalam tubuh sekitar 4 gram, dan kira-kira 65 persen dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persen dalam bentuk mioglobin, 1 persen dalam bentuk berbagai semnyawa hem yang mengawasi oksidasi intrasel, 0,1 persen berikatan dengan protein tranferin dalam plasma darah, 15 sampai 30 persen disimpan dihati dalam bentuk feritin.

Sel darah merah dari sumsum tulang yang masuk ke sistem sirkulasi darah dalam keadaan normal berusia sekitar 120 hari. Walalupun sel darh merah tidak mempunyai inti serta tidak mempunyai mitokondria atau retikulum endoplasma, tetapi mempuayai enzim-enzim sitoplasma yang sanggup memetabolisme glukosa dengan proses glikolitik (tanpa oksigen|) untuk menghasilkan sejumlah kecil ATP, kemudian ATP ini memberikan nenergi yang diperlukan untuk menjaga sel darah tetap hidup dan membran sel lentur. Dan apabila memran sel sangat rapuh, kemudain dapat pecah dalam perjalanannya melalui bagian yang sempit (limfa) dari sirkulasi darah. Sehingga bila limfa dibuang menyebabkan sel abnormal dan sel tua yang beredar dalam darah sangat meningkat.

Hemoglobin yang dilepas dari sel sewaktu [pecah akan difagosit segera oleh sel retikuloendotel untuk melpaskan besinya ke dalam darah untuk dapat dipergunakan kembali, sedangkan hem molekul hemoglobin diubah oleh sel retikuloendotel melalui berbagai tingkatan menjadi pigmen empedu (bilirubin) yang dilepasakan ke dalam darah dan disekresi oleh hati ke dalam empedu. Tubuh manusia terus menerus terpapar bakteri, virus, jamur, dan parasit, khsusnya pada organ kulit, mulut, jalan pernafasan, usus, membran mukosa, mata, saluran kemih, dan lainya.

Untungya badan kita mempunyai sistem khusus untuk melawan berbagai agen toksik dan infeksi, yaitu
1. sel darah putih (lekosit),
2. sistem makrofag jaringan
3. jaringan limfoid.

Jaringan ini berguna untuk mencegah infeksi dan mempunyai 2 fungsi, yaitu;
1. Menghnacurkan agen penyerangdengan proses fagositosis,
2, membentuk antibodi dan limfosit yang disensitifkan, salah satu atau keduanya akan menghancurkan penyerang.

Darah putih terdiri dari 6 jenis dan persentasenya, yaitu:
1. neutrofil polimorfonuklear (62,0%),
2. eosinofil polimorfonuklear (2,3%),
3. basofil polimorfonuklear (0,4%),
4. monosit (5,3%),
5. limfosit (30,0%),
6. dan plasma.

Sedangkan jenis yang ketujuh adalah trombosit yang ada dalam sumsum tulang (megakariosit) dan setiap mililiter kubik ada sekitar 300.000. Jenis sel polimorfonuklear berbentuk granular (granulosit). Granulosit dan monosit berfungsi melindungi tubuh terhadap invasi organisme dengan memakannya (proses fagositosis).

Salah satu fungsi limfosit adalah melihat ke organisme penyerang spesifik dan menghancurkannya.

Fungsi trombosit adalah untuk mengaktifkan mekanisme pembekuan darah. Orang dewasa normal mempunyai sekitar 7000 sel setiap mililiter kubik darah.

Sel polimorfonuklear dan monosit dibentuk hanya oleh sumsum tulang dan akan dikeluarkan dalam sistem sirkulasi pada saat dibutuhkan, sedangkan limfosit dan plasma dihasilkan oleh organ limfogen yaitu :
1. kelenjar limfe,
2. limpa,
3. timus,
4. tonsil.

Terutama neutrofil dan monosit yang menyerang dan menghancurkan bakteri, virus penyerang dan agen penimbul cedera laiunnya. Neutrofil merupakan sel matang yang dapat menyerang ddan merusak bakteri dasn virus bahkan yang ada di dalam darah yang bersikluasi. Monosit tak matang mempunyai kesanggupan sangat kecil melawan agen infeksi, tetapi setelah memasuki jaringan akn mulai membengkak dengan memperbesar diameter sdampai 5 kali lipat dan disebut sebagai makrofag dan telah menajdi matang.

Neutrofil dan monosit dapat ditekan melalui pori-pori pembuluh darah dengan proses diapedesis. Neuitrofil dan makrofag bergerak melalui jaringan dengan gerak amoboid dengan kecepatan samapi 40 mikron per menit (3 kali panjangnya per menit). Zat kimia dalam jaringan dapat menyebabkan neutrofil dan majkrofag bergerak mendekati sumber zat kimia (kemotaksis), dimana terjadi pada saat jaringan meradang.

Fagosit harus memuilih zart yang akan difagosit/dimakan/dihancurkan, karena bila tiodak akan menyebabkan sel normal akan dimakan juga. Peristiwa fagositosis akan terjadi atau tidak bergantung pada 3 keadaan, yaitu:
1. Bila permukaan kasar, memungkinkan peningkatan fagositosis
2. Sebagian besar zat alamiah tubuh mempunyai muatan permukaan elektron-negatif dan karen itu menolak fagosit yang juga mempunyai muatan permukaan elektron-negatif, dan sebaliknya pada jaringan mati dan partikel asing sering bermuatan elektron-positif, dan karena itu merupakan bahan uyntuk fagositosis.
3. Mengenali benda asing, fungsi sistem imunisasi mengembagankan antibodi tehadap agen infeksi (bakteri) dan kemudian antibodi tersebut melekat ke membran bakteri sehingga bakteri sangat rentan terhadap fagositosis (opsonin).

Setelah partikel asing telah difagosit, limosos segera melekatkan diri pada vesikel fagositik dan membran mereka saling bersatu dengan membran vesikel yang menyebabkan berlimpahnya enzim asam pencernaan limosom ke dalam vesikel (vesikel digestif) sehingga pencernaan partikel yasng difagosit segera dimulai.

Makrofag sanggup mengembara melalui jaringan, tetapi kebanyakan monosit sewwaktu memasuki jaringan dan setelah menjadi makrofasg menajdi melekat ke jaringn dan tetap melekat sampai tahunan samapai diminta melakukan fungsi perlindungan spesifik. Makrofag mempnyai kesanggup[an untuk fagositosis babnyak bakteri, virus, jaringan nekrotik atau partikel asing lain yang ada dalam jaringan.

Peradangan adalah serangkaian perubahan yang komnpoleks dalam jaringan akibat cedera yang dapat disebabkan oleh bakjteri, trauma, zat kimia, panas, atau fenomena lainnya. Jairngan yang cidera akan melepaskan histamin yang berguna untuk meningkatkan aliran darah lokal dan juga permeabiliotas kapiler, vena dan venula, memungkinkan sejumlah besar cairan dan protein termasuk fibrinogen masuk ke dalam jaringan, bradikinin, serotonin dan zat lainnya ke cairan sekitarnya. Terjadi edema ekstrasel lokal serta cairan ekstrasel dan cairan limfe yang keduanya membeku karena efek koagulasi eksudat jaringan atas fibrinogen yang mengalami keobocoran. Raungan jaringan dan pembuluh limfe pada daerah yang merandang ditutup oleh bekuan fibrinogen sehingga cairan hampir tidak mengalir melalui ruang tersebut sehingga menghambat penyebaran bakteri (toksin).

Setelah peradanfgan dimulai, area yang meradang diinvasi oleh neutrofil dan makrofag untuk memulai fungsinya membersihkan jaringan dari agen infeksi yang mempunyai beberapa stadium, yaitu:
1. Makrofag jaringan pada garis pertahanan pertama, Makrofag jaringan yang terdapat subkutis, aveolar paru, otak, segera memulai kerja fagositiknya dalam waktu beberapa jam dan jumlahnya tidak besar.
2. Neutrofilia dan invasi neutrfil pada area yang meradang pada garis pertahan kedua, Dalam beberapa jam setelah peradangan akut, jumlah neutrofil meningkat sampai 3 kali lipat yang berasl dari sumsum tulang. Peradangan merusak dinding kapiler sehingga menyebabkan neutrofil melekat (marginasi) dan selanjutnya meningkatkan permeabilitas/kelenturan kapiler dan venula kecil sehingga neutrofil dapat masuk ke dalam ruangan jaringan (diapedesis), hal ini menyebabkan neutrofil berpindah ke jaringan cedera (kemotaksis) dan siap berperang dengan agen asing.
4. Proliferasi makrofag dan respons monosit sebagai garis pertahanan ketiga, Akibat
perandangan merangsang produksi monosit oleh sumsum meningkat, juga meningkatkan rasio makrofag terhadap neutrofil di dalam jaringan.

Bila neurofil dan makrofag menelan bakteri dan jaringan nekrotik dalam jumlah besar sehingga banyak yang mati, setelah beberapa hari sering terbentuk rongga dalam jaringan yang merandang berisi berbagai jaringan netrotik, neutrifil dan makrofag yang mati dan campuran tersebut biasa disebut nanah. Pembentukan nanah trerus berlangsung sampai semua agen infeksi dapat diatasi.

Leukemia dibagi atas 2 jenis yaitu,
1.limfogen yang disebabkan oleh pembentukan kanker sel-sel limfiod, yang dimulaipada nodus jaringan limfogen atau limfatikus dan kemudian menyebar kedaerah tubuh lainnya.
2.Leukemia mielogen dimulai dengan pembentukaN KANKER PADA SEL MIOLOGEN MUDA (BENTUK DINI NEUTROFIL, MONOSIT ATAU LAINNYA) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehigga sel darah putih dibentuk banyak organ ekstramedula.

Hampir semua leukemia menyebar ke limpa, kelenjar getah bening, hati dan daerah vaskular khusus lainnya, dengan tanpa memadang apakah asal leukimia dari sumsum tulang atau dari kelenjar gentah bening. EFEK LEUKEMIA YANG Sangat lazim atas pengmebangan infeksi, anemi parah dan kecenderungan perdarahan yang disebabkan oleh kekurangan trombosit (trombositopenia). Efekini menghasilkan sel baru begitu cepat yang membuat kebutuhan sangat tinggi dalam tubuh akan bahan makanan terutama asam amino dan vitamin. Sementara jaringan leukemia tumbuh , jaringan alinnya melemah, sehingg TERJADI KELAPARAN METABOLIK YANG CUKUP LAMA DAN akan menyebabkan kematian.

Oleh : Marsidi

Sumber:
12. Guyton A.C,”Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit”, ECG, Jakarta, 1987.
13. Kroemer,etal,”Engineering Physiology”, 2nd Edition, VanNostrand,NewYork, 1990
14. Schumm D.E,“Intisari Biokimia”, Binarupa Aksara, Jakarta, 1993.
15. Vanders, et al,”Human Physiology”, 6Th Edition, McGraw-Hill, 1994.

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun