Thursday, November 3, 2011

Siapa Guru saya?

Guru itu sesuatu yang mengarahkan....
Kita sering lihat khan di tv itu ada tulisan BO yaitu “bimbingan orang tua” tapi ternyata kita tidak menjalankan hal itu sehingga anak lebih mudah dan lebih banyak mendapatkan masukan dari lingkungan sekitar tanpa adanya arahan dari orang tua.

Orang tua hanya tahu hasil jadi dari kecerobohannya sehingga ketika anak itu berbeda pendapat atau berbeda kelakuan tidak sesuai dengan orang tuanya atau dengan norma yang berlaku di keluarga maka anak itu disalahkan dan disudutkan sehingga anak menjadi stress.

Stress ini akan menimbulkan 2 reaksi yaitu reaksi melawan dan reaksi kabur.
Reaksi Melawan
Bayangkan anak yang melawan kepada orang tua maka dia akan dikatakan anak durhaka padahal ke durhakaan seseorang itu harusnya akibat dari tingkah lakunya yang melawan perintah Allah SWT bukan karena melawan akibat perbedaan pola fikir antara orang tua dan anak.

Reaksi Kabur
Bayangkan anak yang merokok dan nongkrong dipinggir jalan. Mereka menghabiskan kesempatan hidupnya pada sesuatu yang sia-sia. Kita harus pahami tingkah laku ini munculnya dari mana bukan hanya menyalahkan satu pihak yaitu anak itu sendiri.

Tingkah laku ini muncul akibat komunikasi di keluarga yang kurang ataupun yang terlalu ketat atau banyak larangan, sehingga tatkala mereka ingin belajar atau berbagi dengan di rumah malah dicegah. Contohnya: Anak yang ingin bercerita kepada orang tuanya malah dimarahin atau tidak didengar dengan alasan cape baru pulang kerja, malas, sudah malam dll. Padahal resiko kita punya anak itu berarti kita harus memberikan perhatian kepada mereka apapun alasannya dan dalam kondisi bagaimanapun.

Seorang anak yang kurang diperhatikan maka dia akan mencari cara untuk bisa diperhatikan oleh orang yang disayanginya atau dia akan mencari orang lain yang bisa menyanyanginya.

Coba fikirkan seorang anak yang merokok atau nongkrong di pinggir jalan maka dia ingin agar orang lain memperhatikan dia, ingin seseorang bisa menyanyanginya hanya saja apakah orang yang memperhtikan itu bertujuan baik atau malahan memberinya racun yang lebih besar seperti perzinahan di kalangan remaja, narkoba dll.

Dimana tanggung jawab seorang guru dan orang tua yang tidak mampu melakukan pengarahan dan seharusnya juga orang tua itu menjadi guru bukan hanya melempar tugas kepada guru di sekolahan.

Kalau kita lihat di TV maka banyak sinetron yang mengajarkan anak untuk marah kepada orang tua, pacaran, berkelahi hanya saja kita malah mendukung prilaku itu dengan menonton acara itu. Kita hanyut ke dalam acara itu tanpa adanya filter ilmu yang kita pelajari dari setiap kejadian itu dan juga kita juga tidak mengajarkan ilmu atau pemahaman itu kepada anak-anak yang nonton bersama kita.

Perhatiin deh kalau anak kecil main bola maka dia kejar bolanya berombongan lalu mereka itu tidak bisa diberi tahu tentang taktik dan strategi, hingga akhirnya mereka maen seenaknya aja. Kita lihat bahwa anak kecil itu belum tahu maksud dan tujuan yang jelas. kita tidak bisa memaksakan suatu tujuan kepada mereka dengan alasan bahwa itu untuk kebaikan mereka padahal tujuan hidup yang diberikan kepada mereka itu merupakan cita-cita yang tidak kesampaian oleh orang tuanya atau apapun alasannya.

Orang bergerak sesuai dengan yang dikehendakinya hanya saja ada yang bisa mengendalikan dengan ilmu dan pemahaman tapi ada juga yang hanya mengikuti instingnya tanpa mengambil hikmah dari setiap kejadian.

Orang tua yang baik tidak akan mengajak anaknya untuk masuk ke dalam dunia dia tapi orang tua itu harus bisa masuk ke dalam dunia anak dan memberikan ilmu-ilmu dan arahan pada dunia mereka. Sehingga anak itu mengerjakan setiap pekerjaan penuh dengan ilmu, kewajaran dan kesadaran bukan sesuatu yang dipaksakan.

AC Mild: "Ibu melahirkan kita sambil menangis kesakitan. Masihkah Kita menyakitkan-nya? Masih mampukah kita tertawa melihat penderitaan-nya? Mencakimaki-nya? Melawan-nya? Memukul-nya? Mengacuhkan-nya? Meninggalkan-nya? Ibu tidak pernah mengeluh membersihkan Kotoran Yang ada pada waktu kita masih kecil, Memberikan ASI waktu kita bayi, Mencuci celana kotor kita, Menahan derita, Menggendong kita sendirian. SADARILAH bahwa di Dunia ini ga ada 1 orang pun yang mau mati demi IBU. Kirimkan ke 10 orang kalo memang Anda sayang IBU..::. "

Sekarang ini banyak sekali pemutar balikan keadaan yang akhirnya membuat kita mundur. Coba lihat iklan diatas kita diajarkan agar mati demi ibu. Kalau begitu kita bertuhankan ibu donx. Dalam salah satu hadist dikatakan surga di bawah telapak kaki ibu tapi ibu yang bagaimana sehingga surga ada di telapak kakinya.

Kalau ibu itu sering menyuruh anak, egois terhadap anak, lebih mementingkan kesenangan dirinya maka surga dibawah kaki ibu itu tidak berlaku. Betul ibu yang melahirkan, mengurus dll terhadap kita tapi kalau kita sadari itu merupakan suatu konsekuensi dari kelahiran anak itu sendiri. Kalau dia tidak mau mengurus kita maka lebih parah lagi yaitu calon penghuni neraka.

orang tua kita terkadang mementingkan les bagi anak dibanding menyuruh solat. Orang tua ada yang lebih mementingkan dunia dan statusnya dibandingkan dengan kepentingan di akhirat.
dunia itu hanya sebagai kedai berpindah saja disitu kita melakukan niaga dengan sebaiknya....

tuhan itu sesuatu yang kita takuti, nah kita sering menakut-nakuti anak kecil dengan berkata "ayo tidur kalau tidak nanti dipanggilin polisi". orang tua merasa bahwa itu suatu ajakan yang biasa-biasa aja tapi sebenernya dampaknya luar biasa bagi perkembangan anak.

Ada lagi saat anak jatuh lalu orang tua itu memarahi jalan atau batu yang menyebabkan anak itu jatuh. disitu itu orang tua sudah mengajarkan cara untuk menyalahkan orang lain. Jadi kalau anak dalam posisi terjepit maka cari kambing hitam.

Kita lebih patuh kepada orang tua, guru yaitu ketika kita disuruh mengerjakan sesuatu tapi bagaimana dengan pekerjaan yang Allah perintahkan.

Lagu guru disitu kita puji-puji guru tapi kapan kita memuji Allah SWT?

Ada suatu pendapat yaitu bahwa guru yang baik yaitu guru yang dapat membuat anak didiknya lebih baik darinya. Kita lihat internet ada, buku banyak tapi kenapa kita batasi seseorang itu dengan keharusan mempertahankan pendapat orang lain.

Anak belajar dari guru sedangkan guru dari buku. Cara pendidikan seperti ini hanya mengganjal kemajuan murid itu sendiri, sehingga dia tidak dapat berkreasi menggunakan segala daya dan upayanya.

Padahal dari suatu tema yang kecil bisa mendapatkan hasil yang besar seperti penemu pesawat terbang apakah mereka pernah melihat pesawat terbang tapi malahan orang yang banyak ilmu tapi tidak mampu membuat sesuatu.

Kalau kita sudah lewati akhil baliq alias udah merasa dewasa maka kita juga harus bisa menjadi guru bagi diri kita sendiri. Bukan alasan kita mengerjakan tindakan buruk atau kegagalan karena kesalahan orang lain tapi salahkan saja diri kita sendiri kenapa kita tidak mau berubah dan kita juga malas berfikir.

Sadarilah bahwa apa yang disentuh, dirasakan, dilihat, didengar merupakan suatu pelajaran

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun