Thursday, November 3, 2011

Olah Raga Tenaga Dalam


Energi dibutuhkan oleh tubuh manusai untuk dapat melakukan aktivitasnya baik internal (pemanasan tubuh, regenerasi sel, dll) maupun untuk eksternal (kerja). Kemampuan tubuh manusia untuk melangsungkan kegiatannya dipengaruhi oleh struktur fisik yang membentuknya, dimana terdiri dari subsistem-subsistem (rangkah, peredaran darah, syaraf, otot, hormon, reproduksi, dll) yang saling berintrkasi dan bekerjasama untuk menjaga keseimbangan tubuh agar dapat bekerja secara optimal.

Bila ditinjau pada tingkat sel, tubuh manusia disusun dari 100 triliun sel dan mempunyai sifat dasar tertentu yang sama dimana terdiri dari 2 bagian utama yaitu inti dan sitoplasma. Setiap sel digabung oleh struktur penyokong intrasel, dan secara khusus beradaptasi untuk melakukan fungsi tertentu. Dimana 25 triliun sel yang ada merupakan sel darah merah yang mempunyai fungsi sebagai alat transportasi bahan makanan dan oksigen di dalam tubuh dan membawa karbon dioksida menuju paru-paru untuk dikeluarkan.

Semua sel menggunakan oksigen sebagai salah satu zat utama untuk membentuk energi, dimana mekanisme umum perubahan zat gizi menjadi energi di semua sel pada dasarnya sama. Bahan makanan yang berupa karbohidrat, lemak, dan protein yang dioksidasi akan menghasilkan energi untuk digunakan membentuk sejumlah besar Adenosine TriPosphate (ATP), dan selanjutnya ATP tersebut digunakan sebagai sumber energi bagi banyak fungsi sel. Sehingga ATP merupakan senyawa kimia labil yang terdapat di semua sel, dan semua mekanisme fisiologis yang memerlukan energi untuk kerjanya mendapatkan energi langsung dari ATP.

Bila ATP di urai secara kimia menjadi ADP akan menghasilkan energi sebesar 7 kkal/mol, dan cukup untuk berlangsungnya hampir semua langkah reaksi kimia dalam tubuh. Beberapa reaksi kimia yang memerlukan energi ATP hanya menggunakan beberapa ratus kalori dari 8 kkal yang tersedia, sehingga sisa energi ini hilang dalam bentuk panas.

Beberapa fungsi utama ATP sebagai sumber energi antara lain:
1. Mensintesis komponen sel yang penting,
2. Kontraksi otot,
3. Transport aktif untuk melintasi membran sel (Absorpsi dari traktus intestinalis (usus),
4. Absorpsi dari tubulus ginjal,
5. Pembentukan sekreksi kelenjar,
6. Membentuk perbedaan konsentrasi ion di dalam syaraf yang memberikan energi untuk transmisi impuls syaraf).

Inti dipisahkan dari sitoplasma oleh membran inti, dan sitoplasma dipisahkan dari cairan sekitarnya oleh membran sel. Berbagai zat yang membentuk sel secara keseluruhan dinamakan protoplasma, dimana terdiri dari atas 5 senyawa dasar, yaitu 1. air,
2. elektrolit,
3. protein,
4. lipid,
5. karbohidrat.

Sel juga mengalami pertumbuhan dengan menggandakan diri. Inti merupakan pusat pengawas sel, dimana berfungsi mengawasi reaksi kimia dan reproduksi sel. Inti mengandung asam deosirebonukleat (DNA) dalam jumlah besar, dimana menentukan sifat-sifat protein enzim sitoplasma dan mengawasi aktivitas sitoplasma, untuk mengawasi reproduksi (pembelahan sel) yang disebut mitosis.

Inti sel juga mengandung satu atau lebih nukleoli yang merupakan struktur protein sederhana yang mengandung asam ribonekleat (RNA), dimana memegang peranan penting untuk pembentukan protein. Sedangkan Sitoplasma terisi oleh partikel dan organel kecil dan besar yang tersebar, dimana ukurannya dari nano meter sampai 3 mikron.

2 organel yang sangat penting dalam sitoplasma adalah mitokondria dan lisosom.

Mitokondria dinamakan “pusat energi” bagi sel, karena menyaring energi dari zat gizi dan oksigen dan selanjutnya menyediakan sebagian besar energi (95%) yang diperlukan agar sel dapat melakukan fungsinya. Jumlahnya dalam setiap sel berbeda (dari puluhan sampai ribuan), dimana tergantung pada jumlah energi yang diperlukan oleh setiap sel, dan mitokondria mengadakan replikasi sendiri sampai jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan energi sel. Komponen utama sel memperoleh energi adalah oksigen dan satu atau lebih bahan makanan (nutrisi).

Di dalam sel, bahan makanan secara kimia bereaksi dengan oksigen dibawah pengaruh berbagai enzim (puluhan enzim) yang mengawasi kecepatan reaksi dan menyalurkan energi yang dikeluarkan dalam arah yang tepat.

Lisosom merupakan sistem pencernaan intrasel yang memungkinkan sel mencerna, dan membuang zat dan struktur yang tidak diinginkan, khususnya struktur sel rusak atau asing (bakteri). Lisosom granula kecil yang banyak (kumpulan protein enzim hidrolitik) yang mampu memecahkan senyawa organik menjadi 2 bagian atau lebih dengan mengikatkan hidrogen dari molekul air dengan bagian senyawa ini (protein di hidrolisis menjadi asam amino, glikogen menjadi glukosa). Lebih dari 40 jenis hidrolase asam telah ditemukan dalam lisosom. Zat utama yang dicerna adalah protein, asam nukleat, mukopolasakarida, lipid dan glikogen.

Sel tersusun dari 4 unsur utama, yaitu
1. karbon,
2. hidrogen,
3. oksigen,
4. nitrogen.

Sel hidup dan tumbuh bila mendapatkan zat gizi dan zat lainnya dari cairan sekitarnya, dimana zat tersebut dapat melewati membran sel melalui 3 jalan:
1. Difusi, melalui pori-pori membran atau melalui matriks membran itu sendiri;
2. Tranpor aktif, melalui membran, suatu mekanisme tempat sistem enzim dan zat pembawa khusus yang membawa zat melalui membran;
3. Endositosis, suatu mekanisme membran menelan cairan ekstrasel dan isinya) Gen mengawasi fungsi sel dengan menentukan zat (struktur, enzim, dan zat kimia) yang akan disintesis di dalam sel.

Gen yang merupakan asam nukleat dinamakan asam deoksiribonukleat (DNA) yang secara otomatis mengawasi pembentukan asam ribonukleat (RNA), yang menyebar ke seluruh sel dan mengawasi pembentukan protein. Sebagian protein berjenis protein struktural, yang berhubungan dengan berbagai lipid (lemak) untuk membentuk struktur berbagai organel, dan protein jenis enzim yang berfungsi sebagai katalisator berbagai reaksi kimia dalam sel, seperti enzim untuk menggiatkan semua reaksi oksidatif yang memberi energi pada sel, sehingga menggiatkan sintesis berbagai zat kimia (lipid, glikogen, ATP, dan sebagainya).

DNA mempunyai bentuk dasar yang terdiri dari:
4. Asam fosfat
5. Deoksiribosa (gula)
6. Empat basa nitrogen (Adenin, Guanin, Timin, dan Sitosin)

Asam fosfat dan deoksiribosa membentuk dua utas heliks DNA, serta basa nitrogen terletak di antara utas dan menghubungkannya. Sedangkan Nukleotida dibentuk dari penggabungan satu molekul asam fosfat, satu molekul deoksiribosa, dan salah satu dari empat basa nitrogen. Sehingga terbentuk empat nukleotida terpisah, yang masing-masing mengandung salah satu dari empat basa nitrogen. Nukleotida dibagi atas dua pasangan komplementer, yaitu:
1. pasangan yang dibentuk dari asam adenilat dan asam timidiloat
2. pasangan yang dibentuk dari asam guanilat dan asam sitidilat.

Basa nitrogen pada tiap-tipa pasangan dapat berikatan secara longgar satu sama lainnya, sehingga memberikan dua utas heliks DNA saling berikatan. Nukleotida tersebut berikatan sedemikian rupa sehingga asam fosfat dan deoksiribosa saling bergantian satu sama lain dalam dua utas yang terpisah, dan utas tersebut diikat yang kekuatannya lemah bersama-sama oleh pasangan basa komplementer masing-masing.

Untuk meletakkan DNA diperlukan pengangkatan kedua ujung dan memutarnya menjadi bentuk heliks. Sepuluh pasang nukleotida terdapat pada setiap putaran heliks sempurna dalam molekul DNA. Kepentingan DNA terletak pada kemampuannya untuk mengawasi pembentukan zat-zat lain dalam sel, yang disebut dengan kode genetik. Bila kedua utas molekul DNA saling berpisahan, rangkaian basa purin dan piramidin yang terpapar ini menonjol ke samping tiap-tiap utas untuk membentuk kode. Kata kode terdiri atas “triplet” basa (tiga basa yang berurutan).

Rangkaian kata-kata kode mengawasi rangkaian asam amino dalam molekul protein selama sintesis protein dalam sel. Tiap molekul DNA berutas dua membawa kode genetiknya sendiri-sendiri, misalnya utas yang mempunyai kode genetik GGC, AGA, CTT. Kata-kata kode ini bertanggung jawab untuk meletakkan tiga asam amino(prolin, serin, dan asam glutamat) dalam molekul protein.

Selanjutnya ketiga asam amino ini akan berbaris dalam molekul protein asam seperti barisan kode genetik dalam utas DNA. Karena hampir semua DNA terletak di dalam inti sel dan sebagian besar fungsi sel dilangsungkan di dalam sitoplasma, harus terdapat beberapa cara pada gen inti untuk mengawasi rekai-reaksi kimia sitoplasma. Untuk itu, pengawasannya dilakukan dengan melalui perantaraan asam ribonukleat (RNA), dimana pembentukan RNA diawasi oleh DNA inti, proses ini disebut transkripsi. RNA kemudian ditranspor ke dalam ruang sitoplasma tempat ia mengawasi sintesis protein.

Salah satu utas molekul DNA yang mengandung gen, bekerja sebagai “template” untuk tempat mensintesis molekul RNA. Kata kode dalam DNA menyebabkan pembentukan kata-kata kode komplementer yang dinamakan kodon dalam RNA.

Perlu diingat bahwa terdapat empat jenis basa DNA dan empat jenis basa nukleotida RNA. Basa-basa ini selalu berikatan satu sama lain dengan kombinasi khusus. Oleh karena itu, kode yang terdapat pada utas DNA dipindahkan dalam bentuk komplementer ke molekul RNA. Ribosa basa nukleotida selalu berikatan dengan basa deoksiribosa dengan kombinasi sebagai berikut:

Puluhan ribu protein enzim yang dibentuk pada hakekatnya mengawasi semua reaksi-rekasi kimia lain yang berlangsung dalam sel. Enzim-enzim ini meningkatkan sintesis lipid, glikogen, purin, pirimidin, dan beratus zat lainnya.

Dalam proses pengawasan fungsi genetik dan aktivitas biokomia sel, pada dasarnya terdapat dua cara pengawasan aktivitas biokimia sel
yang berbeda, yaitu :
1. Pengaturan genertik, tempat aktivitas gen itu sendiri diawasi
2. Pengaturan enzimatik, tempat kecepatan aktivitas enzim dalam sel diawasi.

Pertumbuhan dan pembiakan sel biasanya terjadi secara bersama-sama, dimana pertumbuhan dalam keadaan normal mengakibatkan replikasi DNA inti, beberapa jam kemudian diikuti oleh mitosis (pembelahan sel).

Pada tubuh manusia normal, pengaturan pertumbuhan dan pembiakan sel sebagai suatu peristiwa ajaib. Sel-sel tertentu tumbuh dan berbiak terus-menerus, seperti pada sel-sel yang membentuk darah pada sumsum tulang, lapisan germinativum kulit, dan epitel usus. Bila terdapat ketidak-cukupan pada beberapa jenis sel dalam tubuh, sel-sel ini akan tumbuh dan berkembang biak dengan amat cepat sampai jumlah semula/asal.

Misalnya 7/8 bagian organ hati dibuang sehingga tersisa 1/8 bagian saja, sel yang tersisa akan tumbuh dan berkembang biak sampai bentuk hati kembali seperti semula. Peristiwa ini terjadi di hampir semua sel (kelenjar, sumsum tulang, jaringan subkutis, epitel usus).

Mekanisme yang mempertahankan jumlah yang tetap berbagai jenis sel dalam tubuh disebabkan oleh adanya zat–zat pengawas perkembang-biakan yang disebut “chalone” yang disekresi oleh berbagai sel yang menyebabkan efek umpan balik untuk menghentikan atau memperlambat pertumbuhan dan mitosis sel.

Adapun penyakit kanker yang sering terjadi pada saat ini adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, yang hampir semuanya mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) serta mengakibatkan pertumbuhan liar dan penyebaran sel kanker. Penyebab perubahan genom ini adalah:
1. Mutasi (perubahan) salah satu gen atau lebih
2. Mutasi sebagian besar segmen utas DNA yang mengandung banyak gen,
3. Pada beberapa keadaan, penambahan atau pengurangan sebagian besar segmen kromosom.

Dalam tubuh manusia terjadi pembentukan bermilyaran sel baru yang dibentuk pada setiap tahun. Pembentukan sel tidak terjadi bila utas kromosom DNA mengadakan replikasi dengan tepat sebelum berlangsung mitosis, dan walaupun sudah terbentuk utas baru, ketelitian proses replikasi “dikoreksi” beberapa kali.

Bila ada suatu kesalahan, utas yang baru dipotong dan diperbaiki sebelum proses mitosis berlangsung. Walaupun terdapat semua pencegahan seperti ini, mungkin salah satu dari ratusan ribu sampai jutaan sel yang baru dibentuk tetap mempunyai sifat mutan. Setiap gen pada manusia mempunyai kemungkinan 1 dalam 100.000 merupakan suatu mutan bila dibandingkan dengan gen orangtuanya. Sehingga hanya dibutuhkan kesempatan saja agar mutasi dapat berlangsung. dimana faktor-faktor lain yang menambah kemungkinan mutasi adalah
(1) Radiasi ionisasi,
(2) Zat kimia tertentu (karsinogen),
(3) Beberapa virus,
(4) Iritasi fisik,
(5) Prediposisi herediter.

Dua perbedaan utama antara sel kanker dan sel normal adalah:
1. Sel kanker tidak mematuhi batas-batas pertumbuhan sel yang umum, karena ia tidak mensekresi “cholone” yang sesuai.
2. Sel kanker jauh kurang adhesif satu sama lain dibandingkan sel normal, mempunyai kecenderungan mengembara melalui jaringan, memasuki aliran darah, dan ditranspor ke seluruh tubuh tempat mereka membentuk banyak nodus untuk pertumbuhan kanker baru.

Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan hampir semua jenis organisme/toksin yang merusak jaringan dan organ. Kemampuan tersebut dinamakan kekebalan. Kekebalan dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu:
1. Kekebalan didapat/kekebalan khusus, yang membentuk antobodi serta limfosit peka yang menyerang dan menghancurkan organisme spesifik/toksin.
2. Kekebalan bawaan/alamiah, membuat tubuh manusia resisten terhadap penyakit-penyakit pada binatang, kolera, campak, penyakit virus yang membunuh. Kekebalan ini disebabkan oleh proses berikut:
• Fagositosis bakteri dan penyerang lain oleh sel darah putih dan sel dari sistem makrofag jaringan.
• Destruksi organisme yang tertelan dalam lambung oleh enzim-enzim pencernaan.
• Daya tahan kulit terhadap invasi oleh organisme asing.
• Adanya senyawa kimia tertentu dalam darah yang menyerang organisme asing/toksin dan menghancurkannya.

Tubuh manusia mempunyai kekebalan spesifik yang sangat kuat terhadap tiap-tiap agen penyerang seperti bakteri, virus, toksin. Sistem kekebalan didapat ini penting sebagai pertahanan terhadap organisme penyerang karena tubuh tidak mempunyai kekebalan bawaan/alamiah. Tubuh tidak menghambat invasi pada serangan pertama, tetapi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu terserang menyebabkan sistem imun khusus timbul dengan kuat untuk menahan penginvasi/toksin, sehingga timbul daya tahan sangat spesifik untuk penginvasi tertentu dan tidak untuk penginvasi jenis lainnya. Kekebalan didapat sering dapat memberikan proteksi ekstrim, misalnya toksin tertentu/tetanus dapat memproteksi dalam dosis 100 ribu kali jumlah yang akan menimbulkan kematian tanpa kekebalan tersebut. Karena alasan ini proses yang dikenal dengan vaksinasi sangat penting dalam melindungi manusia terhadap penyakit tertentu.

Dalam tubuh manusia terdapat 2 jenis dasar kekebalan yang didapat/khusus dan berhubungan sangat erat, yaitu:
1. Kekebalan humoral, tubuh manusia membentuk antibodi yang beredar, yang merupakan molekul globulin yang mampu menyerang agen penginvasi.
2. Kekebalan seluler/limfositik, didapat melalui pembentukan limfosit yang sangat khusus dalam jumlah besar yang peka terhadap agen asing, yang mempunyai kemampuan menyerang agen asing dan menghancurkannya.

Tiap-tiap toksin atau jenis organisme penginvasi mengandung satu senyawa kimia spesifik atau lebih yang membedakannya dari semua senyawa lainnya. Umumnya senyawa ini adalah suatu protein, polisakarida besar, atau kompleks lipoprotein besar, dan inilah yang menyebabkan kekebalan didapat, zat ini disebut antigen. Hal sama pada jaringan, seperti jantung yang ditransplantasikan dari manusia lain juga mengandung sejumlah antigen yang dapat menimbulkan proses imun dan selanjutnya menyebabkan destruksi cangkokan.

Zat-zat yang bersifat antigenik biasanya harus mempunyai berat molekul yang besar, selanjutnya proses antigenisitas mungkin tergantung atas rantai prostetik yang secara teratur timbul pada permukaan molekul besar, yang mungkin menerangkan mengapa protein dan polisakarida hampir selalu bersifat antigenik, karena mereka mempunyai kedua jenis sifat streokimia ini.

Kekebalan didapat adalah hasil dari jaringan limfoid tubuh. Pada orang yang secara genetik tidak mengandung jaringan limfoid atau rusak oleh radiasi atau zat kimia, kekebalan didapatnya tidak terbentuk. Walaupun sebagain besar limfoit dalam jaringan limfoid normal, sel-sel ini secara nyata dibagi atas 2 golongan, yaitu:
3. Limfosit T, bergantung jawab dalam pebentukan limfosit yang disensitisasi yang memberikan kekebalan seluler, dimana Limfosit T dibentuk dalam timus
4. Limfosit B, untuk pembentukan antibodi yang memberikan kekebalan humoral, dimana limfosit B dibentuk dalam hati fetus Limfosit bersikulasi dalam darah selama beberapa jam tetapi kemudian terjebak oleh jala retikulum di dalam jaringan limfoid, selanjutnya limfosit terus berproduksi dan tumbuh jaringan limfoid di seluruh tubuh.

Sebenarnya bila orang menjadi kebal terhadap jaringannya sendiri, proses kekebalan didapat akan menghancurkan tubuhnya sendiri. Untungnya, mekanisme kekebalan normal mengenali jaringannya sendiri sebagai jaringan yang berbeda dengan jaringan penginvasi/toksin, dan sistem kekebalan membentuk sedikit antibodi maupun limfosit yang disensitisasi terhadap antigennya sendiri. Fenomena ini dikenal sebagai toleransi terhadap jaringan tubuhnya sendiri.

Oleh karena itu, dianggap bahwa selama pembentukan limfosit T dan B, semua koloni limfosit spesifik bagi jaringan tubuh sendiri dihancurkan sendiri karena mereka terus menerus terpapar antigen tubuh. Karena sifat antibodi yang bervalensi dua, dan tempat antigen multipel pada sebagian besar agen penginvasi/toksin, antibodi dapat tidak mengaktifkan toksin dengan salah satu jalan berikut ini, yaitu:
1. Aglutinasi, tempat agen antigenik multipel terikat bersama-sama dalam suatu gumpalan.
2. Presipitasi, tempat kompleks antigen yang larut dan antibodi menjadi tidak larut dan mengalami presipitasi.
3. Netralisasi, tempat antobodi yang meliputi tempat toksik agen antigenik.
4. Lisis, Tempat sebagian antibodi yang sangat berat yang mampu langsung menyerang membran agen seluler, dan menyebabkan pecahnya sel.

Efek pengaktifan enzim sebagai awal reaksi lokal jaringan untuk melindungi terhadap kerusakan oleh penginvasi/toksin sebagai berikut:
1. Lisis, enzim proteolitik sistem komplemen mencernakan bagian membran sel sehingga pecahnya agen seluler (bakteri).
2. Opsonisasi dan Fagositosis, enzim komplemen menyerang permukaan bakteri/antigen yang mengakibatkan mereka sagnat peka terhadap fagositosis oleh neutrofil dan makrofag jaringan (opsonisasi)
3. Kemotaksis, satu atau ;lebih dari hasil komplemen menyebabkan kemotaksis neutrofil dan makrofag sehingga sangat meningkatkan jumlah fagosit dalam daerah sekitar agen antigenik.
4. Aglutinasi, enzim komplemen juga mengubah permukaan agen antigenik sehingga mereka saling melekat satu sma lain.
5. Netralisasi virus, enzim komplemen sering menyerang struktur molekuler virus.
6. Efek peradangan, produk komplemen yang menimbulkan reaksi peradangan lokal yang mengakibatkan hiperemia, kogulasi protein dalam jaringan, dan aspek lain dari poroses peradangan sehingga mencegah pergerakan agen penginvasi melalui jaringan.

Dalam proses vaksinasi yang telah digunakan selama bertahun-tahun untuk memberikan kekebalan didapat/khusus terhadap penyakit spesifik. Orang yang divaksinasi dengan memasukkan organisme mati ke dalam tubuh melalui suntikan yang tidak lagi mampu menyebabkan penyakit tetapi tetap mempunyai antigen kimia. Jenis vaksinasi ini digunakan untuk melindungi terhadap penyakit demam tifoid, pertusis, difteria, dan yang serupa.

Kekebalan juga dapat dicapai terhadap toksin yang telah diolah dengan zat kimia sehingga sifat toksiknya telah dimusnahkan walaupun antigen penyebab kekebalan tetap utuh. Tindakan ini digunakan untuk vaksinasi tetanus, botulism, dan yang serupa.

Orang divaksinasi dengan menginfeksi mereka dengan organisme hidup yang telah dilemahkan, yaitu organisme yang dibiakkan pada medium khsuus sampai mengalami mutasi yang cukup sehingga mereka tidak akan menyebabkan penyakit tetapi tetap membawa antigen spesifik. Tindakan ini digunakan untuk melindungi terhadap penyakit pliomielitis, demam kuning, campak, caar, dan penyakit virus lainnya.

Adapun untuk kasus transplantasi jaringan atau organ tertentu, seperti kulit, ginjal, jantung, dan lain-lain. Percobaan secara seksama perlu dilakukan untuk mencegah reaksi antigen-antibodi. Tindakan khusus perlu dilakukan untuk memberikan keberhasilan klinis dengan cara mencegah penolakan cangkokan.

Antigen terpenting yang menyebabkan penolakan cangkokan adalah sekelompok antigen yang disebut HLA yang terdiri dari 50 antigen atau lebih dalam membran sel jaringan. Keberhasilan terbaik bila mempunyai kecocokan golongan jaringan antara anggota keluarga yang sama, atau dengan menggunakan hormon glukokortioid dari kelenjar adrenalin yang mempunyai kemampuan menekan pembentukan antibodi dan limfosit.

Pemberian hormon dalam jumlah besar (ACTH) menyebabkan kelenjar adrenalin menghasilkan glukosa kortikoid yang sangat membantu dalam mencegah penolakan transplantasi organ, dan telah menjadi bagian utama banyak program terapi.

Bila dilihat secara fisiologis (Guyton, 1987), pada saat seseorang dalam keadaan panik atau terancam jiwanya, tubuh seseorang akan mengalami perubahan akibat dari sebagian besar susunan syaraf simpatis menjadi terangsang secara serentak sehingga dalam banyak hal meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan hebat (Peningkatan tekanan arteri, Peningkatan aliran darah ke otot-otot aktif yang secara bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organorgan yang tidak penting untuk kegiatan cepat, Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh, Peningkatan konsentrasi glukosa darah, Peningkatan glikolisis di dalam otot, Peningkatan kekuatan otot, Peningkatan kegiatan mental).

Dimana Pada kondisi stres (rasa takut/terancam jiwa) tubuh terpaksa menyalurkan seluruh sumber daya yang dimiliki, termasuk kekuatan dan kecepatan. Hal ini berdampak pada:
• Otak yang menumpulkan kepekaan tubuh terhadap rasa sakit dan meningkatkan daya ingat dan daya pikir.
• Pupil mata membesar supaya penglihatan membaik.
• Paru-paru makin rajin menghirup oksigen.
• Nadi mengalirkan oksigen dan glukosa/gula darah ekstra sebagai tenaga.
• Denyut jantung dan tekanan darah meningkat.
• Hormon adrenalin dipacu keluar lebih banyak.
• Sel darah merah ekstra juga dipaksa mengalir keluar sehingga memungkinkan darah mengakut lebih banyak okdigen ke seluruh otot.
• Sistem pencernaan berhenti supaya tubuh bisa memaksimalkan penggunaan energi untuk otot.
• Bulu-bulu tubuh berdiri.

Beberapa menit setelah respon aktif, tubuh melakukan beberapa penyesuaian agar proses metabolisme tetap stabil.

Hippocampus sebagai tempat pusat ingatan dan daya belajar otak mulai aktif menghadapi stres. Tetapi mekanisme ini
menyebabkan:
• Perlindungan terhadap infeksi lenyap.
• Membuat tubuh terpaksa menghabiskan energi yang tersisa.
• Cadangan lemak (tempat tenaga disimpan) terpaksa disedot habis dan diubah menjadi energi.

Jika kondisi ini terlalu sering terjadi, respon terhadap stres dapat menyebabkan:
• Merusak sistem kekebalan.
• Merusak otak.
• Merusak jantung.

Jaringan otak berubah menjadi sel otak beracun, dan berpotensi merusak kemampuan kognitif. Rasa lelah, amarah dan depresi meningkat. Sel-sel antibodi yang bekerja keras secara berulang-ulang akan menjadi lemah juga, sehingga berakibat daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun. Dari keterangan diatas, pertanyaan yang timbul adalah bagaimana cara/metode yang dapat mengatur respon terhadap stres tersebut ?.

Para ahli di University of Massachusett mempunyai cara ampuh, yaitu melalui latihan meditasi dan relaksasi dengan pengaturan pernafasan. Tujuan dari program tersebut adalah untuk membebaskan pikiran dari gangguan pengalaman masa lalu dan masa depan, dimana partisipan diminta berbaring, dan membuat otot-otot santai pada saat bersamaan.

Cara latihan tersebut mampu menguapkan aliran hormon adrenalin/stres yang membantu menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Walau tidak diketahui secara pasti bagaimana perubahan secara pasti, olahraga diketahui dapat meningkatkan:
1.Produksi hormon endorfin ( mirip dengan zat morfin) dalam tubuh,
2. Menambah pasokan oksigen di otak,
3. Melemaskan ketegangan otot).

Jumlah efek ini memungkinkan seseorang melakukan kegiatan fisik yang jauh lebih berat dibanding dengan tiada efek ini. Karena stres fisiklah yang biasanya merangsang syaraf simpatis untuk mengadakan peningkatan kegiatan tambahan bagi tubuh.

Sistem syaraf simpatis juga sangat digiatkan bila dalam keadaan emosional (marah, takut) yang terutama ditimbulkan oleh perangsangan hipotalamus, isyarat dikirimkan melalui formasio retikulasis dan medulla spinalis yang menyebabkan pencetusan syaraf simpatis secara besar-besaran dan terjadi reaksi alarm simpatis atau reaksi melawan atau kabur (fight or flight reation). Bila tubuh dalam keadaan reaksi tersebut dan dalam kondisi siaga (memutuskan apakah tetap diam untuk melawan atau melarikan diri) akan membuat kegiatan-kegiatan selanjutnya menjadi sangat hebat.

Manusia adalah mahluk aerobik, yaitu kehidupan manusia sangat tergantung pada Oksigen, dimana ketiadaan oksigen selama kurang dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Pasokan oksigen kedalam tubuh terjadi melalui sistema respirasi/pernafasan, sehingga sistema ini berfungsi sebagai gerbang pemasukan oksigen. Kebutuhan oksigen tergantung pada intensitas gerak, kerja atau olahraga yang dilakukan.

Pada kondisi istirahat dan olahraga ringan (sub-maksimal) kebutuhan oksigen selalu dapat dipenuhi, akan tetapi tidak dapat meningkatkan kemampuan fungsional yang sudah ada. Sehingga untuk meningkatkan kemampuan fungsional perlu diciptakan kondisi pelatihan, yaitu kesenjangan antara kebutuhan oksigen dan pasokannya. Pada OlahRaga Tenaga Dalam (OR TD), kondisi pelatihan diciptakan melalui pengendalian pernafasan.

Bila dikaji sampai pada tingkat sel, kondisi pelatihan pada olahraga konvensional hanya terjadi pada sel-sel otot yang aktif, sedangkan pada OR TD terjadi pada semua sel tubuh. Pelatihan sel-sel tubuh yang bersifat sistemik/menyeluruh pada OR TD akan meningkatkan kualitas fungsional sel secara keseluruhan. Kondisi ini akan merangsang seluruh sel untuk meningkatkan kemampuannya menyelenggarakan olahdaya/metabolisme dengan meningkatkan kualtias dan kuantitas komponen-komponen seluler sehingga meningkatkan derajat vitalitasnya.

Tenaga Dalam secara fisiologis adalah tenaga hidup atau vitalitas yang lebih tinggi yang bersumber pada unsur kehidupan terkecil dari tubuh, yaitu: sel, yang diperoleh melalui pelatihan anaerobik-sistemik (pengendalian pernafasan).

Semua alat tubuh manusia dalam menjalankan fungsinya selalu berkaitan dengan masalah listrik, khususnya sel saraf dan otot yang merupakan penghasil listrik terbesar. Listrik tubuh dibangkitkan dari adanya perbedaaan potensial antara dalam sel dengan diluar sel, beda potensialnya rata-rata 70 mVolt. OR TD yang terdiri dari olah gerak yang berarti pelatihan jaringan otot sehingga meningkatkan listrik otot, termasuk otot pernafasan. Dan disertai dengan konsentrasi yang berarti pelatihan jaringan syaraf sehingga meningkatkan listrik syaraf.

Jika kita ingin meningkatkan sistem energi tubuh adalah terutama dengan latihan endurance aerobik dan atau latihan stamina anerobik. Dalam proses pembentukan dan penggunaan energi/metabolisme tubuh, ilmu kedokteran memakai prinsip ilmu fisika (hukum dan kaidah termodinamika) dimana satuan dasarnya Kilokalori (kcal).

Berdasarkan hukum termodinamika I tentang kekekalan energi, prinsip keseimbangan/homeostastis pertukaran/perubahan energi tubuh. Energi Kimia dari makanan yang diubah menjadi energi listrik (penjalaran dan perangsangan syaraf dan otot), energi mekanik (kontraksi otot, sekresi kelenjar, dll) dan energi panas(suhu tubuh), atau dirumuskan sebagai berikut:

E Kimia Makanan = E Listrik + E Mekanik Kerja + E Panas + E Kimia Cadangan

Latihan Pernafasan bermanfaat untuk meningkatkan dan memantapkan Kesegaran Jasmani (KJ) pada umumnya, serta secara khusus latihan Hipoksik-anerobik. Keadaan Hipoksik-anerobik dalam dunia olahraga atletik telah menjadi salah satu topik pembahasan dalam upaya peningkatan prestasi.

Pada latihan LSBD “Hikmatul Iman” agar latihan dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas semua unsur KJ secara optimal, maka faktor cara/metode dan takaran/dosis latihan amat penting. Disamping pemberian secara gradual beban/intensitas latihan terutama pada awal latihan, waktu /lama repetisi dan sesi, serta interval antar latihan cukup menentukan.

Jika hal-hal tersebut tentang latihan yang aman dan efektif terpenuhi, maka manfaat yang diperoleh secara praktis klinis adalah:
1. Meningkatnya kebugaran dan kesehatan pada umumnya.
2. Dengan peningkatan derajat kesehatan dan kualtias hidup, maka meningkatkan potensi/kapasitas dan produktivitas kerja dengabn memalui peningkatan efesisensi “mesin” tubuh serta berkurang/tidak cepat timbulnya kelelahan kerja.
3. Mencegah dan mengurangi kesakitan (morbility) dan kematian (mortality) beberapa penyakit pada khususnya, seperti:
Penyakit sistem kardiovaskular (koroner), mengurangi keparahan dan resiko timbulnya penyakit diabetes mellitus, rehabilitasi penyakit paru-paru menahun.
1. Pencengahan Ostoporosis/perapuhan tulang.
2. Peningkatan kepercayaan diri.

Kesimpulannya adalah latihan pernafasan ini pada umumnya, manfaatnya sama dengan program olahraga/latihan fisik yang dilaksanakan secara teratur dan terukur. Dengan lancarnya aliran darah keseluruh tubuh akan meningkatkan berbagai fungsi organ/sistem tubuh seperti jantung dan pembuluh darah yang berperan penting pada kebugaran tubuh dan pembinaan kesehatan pada umumnya.

Oleh : Marsidi

Sumber:
Makalah Seminar,”Pemanfaatan Pelatihan Pernafasan untuk Pengobatan Penyakit”, LSBD Hikmatul Iman Indonesia, Gedung Pos, Bandung, 2000.

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun