Thursday, November 10, 2011

Al-Baari, Yang Maha Merencanakan


Manusia adalah salah satu mahakarya Allah yang luar biasa. Manusia bukanlah bentuk pengulangan dari ciptaan sebelumnya. Tidak ada manusia yang sama, sekalipun telah mencapai milyaran jumlahnya. Baik dari segi fisik, apalagi struktur kejiwaannya.

Allah menciptakan segala ciptaannya dengan teliti, sehingga tak satupun manusia yang memiliki sidik jari yang sama, bentuk mata yang sama, bahkan bau badan yang sama. Masing-masing individu berbeda. Manusia memang tidak diciptakan secara mass-product, demikian juga binatang, dan segala ciptaan lainnya. Sungguh luar biasa.

"Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?" (QS. Al-Insaan: 1)

Al-Baari adalah nama Allah yang menunjukkan kemampuan menciptakan sesuatu dari tiada sama sekali menjadi ada. Makhluk manusia diciptakan dari tiada menjadi ada. Sebelum diciptakan, manusia belum bisa disebut apa-apa (lam yakun syaian madzkuura). Sebelum berbentuk setetes mani yang dimiliki bapak kita, sebutan apa yang cocok untuk kita? Sebelum bapak ibu kita menikah, apa sebutan kita? Allahu Akbar, hanya Dia yang mengadakan manusia dari tiada menjadi ada.

Lalu, adakah keberadaan kita di muka bumi ini tanpa rencana dan blueprint-Nya Al-Baari? Sungguh mustahil, karyacipta yang mahakompleks itu tercipta tanpa rencana, tanpa design, dan tanpa blueprint. Semuanya telah dituang dalam sebuah blueprint yang tersimpan rapi di sisi-Nya. Semua yang tercipta, termasuk alam semesta, ada, berkembang, dan kemudian menjadi tiada kembali sesuai dengan rencana dan blueprint-Nya.

Jika sekiranya rencana Allah itu digambar dalam lembaran kertas, tak kan terhitung jumlah kertas yang dibutuhkan. Apalagi rencana itu tidak saja bersifat global, tapi hingga detailnya. Bagian demi bagian, elemen per elemen. Mahasuci Allah dari segala bentuk penyerupaan dan dari segala angan-angan.

Al-Baari dengan demikian dapat diartikan sebagai Yang Maha Merencanakan segala sesuatu. Dengan sifat dan Asma-Nya tersebut, Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar senantiasa membuat rencana sebelum mengerjakan sesuatu. Jika Allah Yang Maha Sempurna dan Berkuasa atas segala sesuatu dalam penciptaan mahakarya-Nya saja menggunakan sebuah rencana, bagaimana dengan kita, makhluk dan hamba-Nya yang lemah dan hina? Dalam rangka bertakhalluq (meneladani Sifat dan Asma Allah itu) kitapun hendaknya membuat rencana setiap kali hendak melakukan sesuatu.

Setiap individu harus memiliki rencana, baik yang bersifat jangka panjang, menengah, dan pendek. Bahkan setiap hari hendaknya setiap pribadi menyusun sebuah rencana. Jangan tidur sebelum membuat rencana kegiatan esok hari. Seorang karyawan, jangan pulang dari kantor sebelum menulis catatan tentang rencana kerja esok hari. Seorang guru, jangan meninggalkan sekolah sebelum membuat rencana untuk mengajar esok hari.

Apalagi seorang pemimpin, mereka dituntut untuk menyusun visi dan misi agar organisasi, bisnis, atau sosial yang dipimpinnya dapat berjalan sesuai harapan. Visi yang bagus merupakan hasil perencanaan yang matang dan seksama yang mencerminkan sebuah proses kegiatan yang rapi, sistematis, dan berkelanjutan.

Tolok ukur kepemimpinan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya menyusun rencana. Seorang pemimpin yang gagal menyusun rencana, berarti dia telah menggali lubang kematian bagi diri dan organisasi yang dipimpinnya. Dia akan membiarkan organisasi berjalan apa adanya, tanpa target, tanpa arah, dan tanpa tujuan. Biasanya organisasi seperti ini akan layu sebelum berkembang.

Merencanakan sama artinya dengan membangun sebuah proses untuk sebuah sukses, sebab sukses itu merupakan serangkaian proses panjang yang diusahakan secara terus menerus dan berkelanjutan. Sukses itu bukan seperti durian jatuh dari pohon. Bukan pula sesuatu yang tiba-tiba jatuh dari langit, tanpa direncanakan dan diupayakan. Sukses adalah paduan dari rencana dan usaha keras untuk mencapainya.

Ya Allah, anugerahi kami kemampuan untuk mengendalikan diri agar kami dapat membuat rencana yang baik, rapi, sistematis, dan berkelanjutan dalam kehidupan kami di dunia ini menuju ridha-Mu.

Ya Allah, karuniai kami kemampuan mendesign rencana, agar kami terhindar dari sikap tergesa-gesa dan aniaya.

Ya Allah, kabulkan doa kami.

* Tulisan ini dimuat di Majalah Nebula (eks ESQ Magazine) edisi cetak No. 11/Tahun I/2005

Oleh: Hamim Thohari

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun