Wednesday, November 9, 2011

Risiko di Balik Zat Pengawet Methylparaben


Jakarta, Hampir semua orang sepakat makanan yang diproses secara kimiawi akan berbahaya bagi tubuh jika digunakan secara berlebihan. Begitu juga dengan Methylparaben (Methyl P-Hydroxybenzoate atau E218) tetap ada risiko di balik manfaatnya.

Methylparaben jadi buah bibir terkait masalah pencekalan produk mi instan Indomie di Taiwan. Zat ini memang bermanfaat untuk mencegah pembusukan dan kontaminasi dari jamur dan bakteri sehingga produk tahan dalam beberapa jangka waktu.

Zat ini dikenal sebagai ester dari asam para-hidroksibenzoat yang bahan dasarnya dikembangkan dari asam organik dan alkohol. Walaupun paraben adalah produk alam, namun karena penggunaannya massal paraben diproduksi secara sintetis.

Meski Methylparaben bisa larut dalam air dan mudah diserap oleh saluran usus atau kulit tetap saja ada risiko jika penggunaannya berlebih.

Indonesia melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan memberikan ambang batas aman untuk produk ini yang batas maksimum penggunaan diijinkan misalnya pada kecap adalah 250 mg/kg. Dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, batas maksimum penggunaan adalah 1000 mg/kg.

Tapi menurut temuan yang dipublikasikan pada Journal of Applied Toxicology, penggunaan yang berlebihan dalam jangka waktu lama dapat membahayakan tubuh, karena Methylparaben tidak selalu dipecah dan dikeluarkan oleh tubuh.

Dilansir dari beberapa jurnal kesehatan yakni Journal of Applied Toxicology dan Journal of Reproductive Toxicology yang dikutip Selasa (12/10/2010), ada beberapa efek negatif kesehatan dari zat pengawet Methylparaben yang digunakan secara berlebihan:

1. Kanker payudara
Penggunaan Methylparaben secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat membahayakan tubuh. Zat pengawet yang tidak dipecah dan dikeluarkan tubuh dapat bertindak sebagai estrogen yang kemudian menumpuk di organ reproduksi. Pada perempuan, hal ini dapat memicu kanker payudara.

Berdasarkan hasil studi yang telah diterbitkan dalam Journal of Applied Toxicology pada tahun 2004, pada beberapa kasus kanker payudara ditemukan adanya sejumlah paraben pada jaringan kanker payudara yang di biopsi.

2. Infertilitas (ketidaksuburan) pada pria
Paraben menyerupai hormon estrogen pada wanita dalam tubuh. Menurut studi Januari 2009 yang diterbitkan dalam Journal of Reproductive Toxicology, penggunaan paraben secara berlebihan dapat menyebabkan kemandulan dan kanker prostat pada pria.

Studi tersebut melaporkan bahwa sifat estrogenik ringan pada bahan pengawet ini dapat mengubah kesehatan sel-sel di testis, yang pada gilirannya menyebabkan jumlah sperma lebih rendah dan potensi reproduksi berkurang.

3. Alergi
Pada sebagian orang yang sentisif terhadap Methylparaben dapat menyebabkan alergi. Orang yang alergi paraben bisa mengalami dermatitis dan iritasi kulit bila mengalami kontak dengan zat pengawet tersebut.

Meski hal ini tidak terjadi pada kebanyakan orang, beberapa individu yang rentan terhadap alergi kulit, eksim dan rosacea (kondisi kulit kronis yang ditandai dengan kemerahan) sebaiknya menghindari penggunaan produk dengan zat pengawet paraben.

4. Gangguan pencernaan
Penggunaan Methylparaben dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pada saluran percernaan seperti asam lambung meningkat dan tukak lambung.

5. Gangguan pernapasan
Selain gangguan pencernaan, penggunaan Methylparaben dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan, seperti menyebabkan sakit tenggorokan, batuk dan kesulitan bernapas.

Merry Wahyuningsih - detikHealth

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun