Thursday, November 3, 2011

Perokok Makin Muda, Bencana Nasional

Kompas.com — Anak-anak Indonesia kini dalam bahaya karena mereka merokok sejak dini. Usia prevalensi anak merokok bergeser ke usia balita. Permasalahan merokok pada anak adalah bencana nasional yang harus segera ditangani.

Seto Mulyadi, Ketua Komisi Perlindungan Anak, menyalahkan peningkatan iklan rokok yang agresif dan banyaknya orangtua yang merokok. "Peraturan yang melindungi anak dari bahaya merokok perlu segera diberlakukan di Indonesia," katanya.

Menurut data Badan Pusat Statistik, 25 persen anak usia 3-15 tahun pernah merokok dan 3,2 persennya adalah perokok aktif. Jumlah anak usia 5-9 tahun yang merokok naik dari 0,4 persen pada tahun 2001 menjadi 2,8 persen pada tahun 2004.

Beberapa waktu lalu media juga menampilkan contoh nyata para bocah perokok. Di Surabaya, ada Sandi (4) yang sudah merokok sejak berusia 18 bulan. Sementara di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, ada Ardi Rizal (2), yang sering mengamuk (tantrum) jika keinginannya untuk merokok tidak dituruti.

Ardi juga diperkenalkan rokok oleh orangtuanya sejak ia berusia 18 bulan. "Saya tidak khawatir pada kesehatannya, selama ini Ardi terlihat sehat saja. Bila ia tidak diberi rokok, ia akan menangis dan mengamuk karena ia sudah kecanduan," kata Mohammad Rizal, ayah Ardi.

Hingga saat ini rancangan peraturan pemerintah tentang tembakau belum juga disahkan. Padahal, peraturan itu adalah mandat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 (Pasal 116) yang berpihak pada anak-anak sebagai sasaran empuk industri rokok.

Kebijakan yang direkomendasikan adalah peringatan kesehatan bergambar, kawasan tanpa asap rokok, serta larangan total iklan, promosi, dan sponsor rokok, serta peningkatan cukai dan harga rokok.

Kebijakan ini dinilai bisa meningkatkan pendapatan pemerintah, melindungi keluarga miskin, dan mengurangi keterjangkauan anak-anak membeli rokok.

Tubagus Haryo Karbyanto, anggota Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, mengatakan, selain faktor iklan untuk mengurangi jumlah perokok, perlu diperhatikan juga pengaruh kondisi sosial, yakni pengaruh keluarga dan lingkungan pergaulan.

Anak-anak, apalagi balita, yang merokok tidak mungkin kita anggap sebagai hal biasa. Ini adalah kenyataan serius yang menyangkut masa depan dan kesehatan anak.





*otak manusia selalu dipenuhi oleh berbagai macam hal atau usaha bagaimana menyenangkan diri sendiri, dan mungkin untuk mencapai hal itu akan digunakan berbagai macam cara, baik cara menurutnya benar ataupun kalau perlu menggunakan cara yang sebetulnya ia mengetahui persis bahwa cara itu salah. Semua cara akan dibungkus oleh pembenaran – pembenaran yang dibuat sedemikian rupa agar bisa diterima oleh orang lain. Cara seperti ini akan secara turun temurun diturunkan, sehingga akan menjadi semacam budaya yang akan dianggap benar oleh keturunannya.

Contoh yang paling mudah di zaman sekarang adalah soal MEROKOK. Dorongan untuk MEROKOK sangat kuat karena diajarkan oleh lingkungan dan pergaulan, dan ketika sudah memulai, maka akan sangat sulit untuk menghentikannya.

Di dalam rokok ada zat-zat berbahaya yang membuat pemakainya menjadi merasa enak dan membuatnya ketagihan. Padahal semua perokok tahu persis, bahwa yang dilakukannya itu salah, dan rokok mengandung berbagai macam zat berbahaya yang akan merusaknya dalam waktu tidak seketika seperti KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI, GANGGUAN KEHAMILAN dan GANGGUAN PADA JANIN.

Bahkan yang sebetulnya paling dirugikan adalah para perokok pasif. Mereka yang tidak merokok akan menghisap asap rokok dari hidung dan langsung ke paru-paru, dan itu secara lambat laun akan merusak kesehatan mereka, terutama pada anak-anak. Akan tetapi para perokok itu sama sekali tidak perduli, kesehatan mereka saja tidak diperdulikan, apalagi kesehatan orang lain.

Hanya satu dipikiran mereka , bagaimana caranya supaya enak. Berbagai macam pembenaran dilakukan seperti merokok itu gaul, merokok itu berselera tinggi dan elite, merokok itu membantu mereka yang bekerja di pabrik rokok, merokok itu menjernihkan pikiran, dan berbagai macam alasan menyedihkan lainnya. Padahal apabila menjawab dengan jujur, mereka akan berkata bahwa ROKOK ITU ADALAH RACUN*.

*Bahan dasar dari rokok adalah Tembakau. Bangsa ATLANTIS dahulu mengembangkan sebuah tanaman bernama UMBAKA yang merupakan singkatan dari UDERHA MONGULATUS BRODEA AGRETUS KEKRIVEROS AMATHEADUS atau diterjemahkan dengan UDARA MENGOTORI BADAN UNTUK MENG-AGRESI KEPALA DAN OTAK AGAR HILANG AMANAH DAN PIKIRAN.

UMBAKA ini atau yang sekarang dikenal sebagai Tembakau, memang dirancang agar manusia yang menghisapnya menjadi ketagihan, dengan demikian mutu darahnya menjadi tidak bagus, otomatis akan menambah jumlah KLAD di badan, sehingga kemampuan akan menjadi turun secara drastis. Pola pikir mereka menjadi terbatas, tidak akan mampu membaca alam secara baik dan benar.

Begitupun perokok pasif, mereka akan bernasib sama, bahkan lebih parah karena menghisap dari hidung. Hal itu sudah diperhitungkan oleh Bangsa pengembang agar hanya Bangsa mereka lah yang maju, dan bangsa lain hanya sebagai buruh-buruh dan robot-robot mereka. Terbukti, sekarang usaha mereka berhasil. Mereka berhasil mengembangkan UMBAKA ini ke seluruh dunia, dan berhasil pula menguasai dunia.

Pelajaran untuk menyenangkan diri sendiri ini sudah sangat mengakar di masyarakat zaman sekarang.

Rasulullah saw. bersabda, "Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan tidak boleh pula membahayakan orang lain." (HR. Ibnu Majah dari kitab Al-Ahkam 2340).
Allah SWT Berfirman , “Dihalalkan atas mereka apa-apa yang baik, dan diharamkan atas mereka apa-apa yang buruk .” (al-A’raf: 157).
"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan." (Al-Baqarah: 195)
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu." An-Nisa: 29

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun