Tuesday, November 1, 2011

Makkah Pusat Waktu Global yang Sesungguhnya?

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH--Kota Makkah kini memiliki sebuah jam raksasa kini diletakkan di tembok sebuah gedung pencakar langit Makkah yang diharapkan akan menjadi pengganti GMT khususnya bagi satu setengah miliar umat Muslim di seluruh dunia.

Keinginan untuk menjadikan Makkah sebagai pusat rujukan jam dunia telah dibahas tahun 2008 di Doha. Saat itu para tokoh dan cendekiawan Islam berdiskusi, dan tiba pada suatu kesimpulan bahwa Makkah merupakan titik zona nol magnet bumi, sebab posisi kota itu sejajar dengan magnet bumi utara. Dengan posisi seperti itu sesungguhnya Makkah merupakan garis waktu global dunia yang sebenarnya, bukan GMT.

Dengan argumen seperti itu, para tokoh dunia Islam berharap jam raksasa di Makkah itu nantinya tidak hanya menjadi rujukan umat Muslim sedunia saja, tetapi lebih dari itu, yakni menjadi rujukan dunia secara umum, menggantikan GMT yang sudah dipergunakan selama 125 tahun. Atau setidaknya, ada acuan lain di luar GMT yang selama ini memonopoli rujukan waktu dunia, termasuk di negara-negara Islam.

Cita-cita menjadikan jam gadang Makkah sebagai rujukan dunia kini secara fisik telah terwujud dengan hampir selesainya pembangunan kompleks menara jam di Abraj Al Bait, Makkah. Sebuah menara setinggi 590 meter berdiri tegak di sana dengan jam berdiameter 45 meter, lebih besar dari Big Ben di London, Inggris yang tingginya 94,8 meter dengan diameter jam 6,9 meter.

Jam raksasa berbentuk bulat dengan dasar warna hijau serta angka romawi penanda waktu itu tampak indah dari kejauhan. Hiasan kaligrafi bertuliskan `Allah` yang berada tepat di tengah-tengah diameter jam menjadi ciri khas jam tersebut sebagai jam umat Muslim.

Bagi jemaah haji yang saat ini sudah berkumpul di Makkah, jam gadang yang telah dioperasikan sejak 12 Agustus 2010, bukan hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu, tetapi juga sebagai patokan letak Masjidil Haram, sebab menara jam tersebut berada hanya selemparan batu dari pelataran masjid.

Sosok menara jam tampil dominan, sebab menara di sisinya tingginya hanya setengah dari tinggi menara jam. Gedung-gedung pencakar langit lainnya yang berada di sekitar Masjidil Haram juga hanya setinggi enam menara itu, termasuk bangunan tempat tinggal raja.

Dengan posisi seperti itu, menara jam Makkah menjadi bangunan tertinggi di Arab Saudi, dan nomor dua di dunia. Ketinggiannya hanya kalah dari menara Burj Khalifa (828 meter) di Dubai.

Bila malam menjelang, jam raksasa seharga tiga juta dolar AS itu disinari 21.000 lampu bewarna putih dan hijau. Lampu akan berkedap kedip sebagai petanda waktu shalat telah datang. Istimewanya lagi, lampu dan sinarnya itu sudah dapat dilihat dari jarak 29 kilometer, merupakan titik check-point pemeriksaan kendaraan dan penumpangnya saat memasuki kota suci Makkah dari Jeddah. Kini, bangunan setinggi hampir 2.000 kaki ini merupakan bangunan tertinggi di Mekkah.

Jam empat sisi dengan diameter 151 kaki ini total diterangi lampu LED 2 juta bersama dengan besar huruf Arab bertulis "Dengan nama Allah". Jam akan menjadi rujukan baru yang disebut Arabia Standard Time (AST), tiga jam lebih cepat dari GMT.

Selama 125 tahun terakhir, masyarakat internasional telah menerima bahwa awal setiap hari harus diukur dari meridian utama, yang mewakili bujur 0 derajat, yang melewati Greenwich Observatory. Sebuah waktu standar yang ditetapkan, namun sudah lama dunia -- terutama negara-negara terjajah di masa lampau -- beranggapan pedoman waktu GMT dipandang sebagai anakronisme kolonial.

Menurut Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama Mesir dikenal di seluruh dunia dan menjadi nara sumber acara televisi populer di Inggris, "Syariah dan Kehidupan", Makkah memiliki klaim yang lebih besar untuk menjadi meridian utama. Alasannya, kata dia, karena Makkah berada "dalam keselarasan sempurna dengan magnetik kutub utara."

Hal ini menyatakan bahwa kota suci adalah "nol zona magnet" telah memenangkan dukungan dari beberapa ilmuwan Arab seperti Abdel-Baset al-Sayyid dari Pusat Penelitian Nasional Mesir yang mengatakan bahwa tidak ada gaya magnet di Makkah.

"Itu sebabnya jika seseorang melakukan perjalanan ke Makkah atau tinggal di sana, dia tinggal lebih lama, lebih sehat, dan kurang dipengaruhi oleh gravitasi bumi," katanya. "Anda mendapatkan diri Anda diisi dengan energi."

Ilmuwan Barat telah menentang pernyataan tersebut, dan berargumen bahwa Kutub Utara Magnetik sebenarnya adalah sebuah fakta aktual garis bujur yang melewati Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, dan Antartika.

Sumber: Berbagai sumber

0 comments:

Post a Comment

sabar ya, komentar anda akan kami moderasi terlebih dahulu. laporkan kepada kami apabila ada post yang masih berbentuk kiri ke kanan. nuhun